Mama: Kak, Kakak harus ikut karena ini adalah acara keluarga, jadi semua harus ikut. Kalau Kakak tak ikut, kita tidak jadi pergi.
Anak: Mama tak bisa memaksa orang lain untuk ikut menepati janji Mama. Kalau Mama yang janji, Mama sendiri yang harus menepati. Mama tak bisa suruh aku ikut.
Papa: Kakak mau belajar apa? Nanti, Papa bantu kamu belajar kalau kamu mau ikut pergi. Kita sudah janji dengan Tante Aya, Kak. Bagaimana?
Anak: Oke, aku ikut, tapi Papa tidak ikut makan. Papa harus temani aku. Papa ajari aku pelajaran yang akan diajarkan besok di sekolah.
Papa Oke. Ayo, bersiap!
Contoh 11
Tri: Saya setuju pemilihan objek wisata ke Bali, hanya waktunya jangan enam hari mengingat perjalanan pergi-pulang saja menghabiskan waktu tiga hari tiga malam. Saya usul menjadi delapan hari.
Tika: Saya tidak setuju. Apakah dengan biaya Rp900.000,00 cukup? Saya pikir tidak cukup.
Mawar: Saya setuju dengan Saudara Tri. Saya yakin dengan biaya Rp900.000,00 cukup, asalkan hotelnya jangan terlalu mahal, yang penting bersih dan nyaman.
Ketua: Kalau begitu, kita sudah sepakat. Panitia harus mencari hotel yang sekiranya cukup dengan biaya Rp900.000,00.
Contoh 12
Anak: Hari ini, Mama masak apa? Ayam goreng, ya, sepertinya?
Mama: lya, tapi kamu harus makan sayur bayam juga.
Anak: Yah. Kemarin, aku pesan cuma ayam atau daging, 'kan?
Mama: Mama suruh kamu makan sayur itu supaya kamu sehat.
Anak: Tapi, aku tak suka sayur bayam, Ma.
Mama: Ya, sudah. Hari ini, kamu boleh tak makan sayur bayam.
Anak: Begitu, dong.
Mama: Tapi, jangan terlalu senang dulu.
Anak: Maksudnya?
Mama: Hari ini, tak makan sayur bayam, tapi besok dan seterusnya, harus mau makan sayur, Anak: lya, janji.
Contoh 13
Aris: Wiko, besok kita latihan paduan suara, ya!
Wiko: Ah, malas! Saya, "kan, punya tugas dan kegiatan lain.
Aris: Jangan begitu, Wik. Paduan suara itu, kan, tugas kelas kita.
Wiko: Ya, besok saya datang jika saya bisa membagi waktu.
Aris: Lo, kamu, kok, begitu, Wik! Kalau kamu malas pergi, kita berlatih di rumahmu besok.
Wiko: Baiklah.
Contoh 14
Manajer: Perkenalkan, saya Indra. Saya manajer dari Klub Ujungberung United.
Andik: Oh. ya! Ada keperluan apa, ya, Pak?
Manajer: Begini, klub saya kebetulan sedang membutuhkan pemain striker yang memiliki kecepatan dan kelincahan. Jadi, saya bermaksud mengajak Anda bergabung dengan klub saya. Saya berani bayar tinggi jika Anda mau bergabung di klub kami.
Andik: Oh, begitu. Memang saya akan digaji berapa per bulan dan per tahun?
Manajer:Saya akan menggaji Anda sebesar Rp10.000.000,00 per bulan dan Rp200.000.000,00 per tahun.
Andik : Kalau sebanyak itu, masih kurang karena tidak sebanding dengan kebutuhan sehari-hari, seperti sepatu bola pelindung, dan lain-lain.
Manajer: Oh, tenang saja. Semua fasilitas untuk bermain bola sudah kami tanggung. Jadi, gaji tersebut bersih.
Andik: Tidak bisa. Tidak sebanding dengan skill yang saya miliki. Jika harganya naik hingga Rp18.000.000 per bulan dan Rp250.000.000,00 per tahun, dengan senang hati, saya menerimanya. Saya juga akan bermain dengan sungguh-sungguh.
Manajer: Baiklah, saya naikkan hingga Rp20.000.000,00 per bulan dan Rp250.000.000,00 per tahun dengan syarat, kami tidak memfasilitasi perlengkapan bermain Anda. Bagaimana?
Andik: Oke, saya setuju.
Contoh 15
Penjual: Mau cari apa, Mas?
Pembeli: Baju yang ini berapa, ya?
Penjual: Kalau yang ini, Rp150.000,00.
Pembeli: Wah, mahal sekali, Mbak!
Penjual: Ya, soalnya bahannya bagus dan juga barangnya limited edition.
Pembeli: Ya, memang benar bahannya bagus, tapi apakah harganya tidak bisa kurang?
Penjual: Baiklah, saya kurangi jadi Rp145.000,00.
Penjual: Wah, itu masih kemahalan, Mbak! Kurangi sedikit lagi, Mbak.
Pembeli: Penjual Gak bisa, Mas, Ini saja sudah murah.
Pembeli: Bagaimana kalau Rp140.000,00, Mbak?
Penjual: Gak bisa, Mas. Itu sudah paling murah.
Pembeli: Ayolah, Mbak! Ini buat oleh-oleh saya di rumah.
Penjual: Baiklah, buat Mas saya bolehkan. Mau beli apalagi?
Pembeli: Tidak, ini saja. Ini uangnya.
Contoh 16
Alia: Pak, berapa harga buku ini?
Penjual buku: Itu harganya Rp200.000,00, Mbak.
Alia: Wah, mahal sekali! Bisa kurang, Pak?
Penjual buku: Itu buku langka, Mbak, sudah tidak diterbitkan lagi.
Alia : Iya, Pak, saya tahu, tapi kurangi sedikit, ya. Saya, kan, mahasiswa yang sedang skripsi. Saya sangat membutuhkan buku ini.
Penjual buku:Itu sudah termasuk murah, Mbak.
Alia: Bagaimana kalau Rp150.000,00?
Penjual buku:Kalau segitu, tidak bisa, Mbak.
Alia: Saya tambah menjadi Rp175.000,00.
Penjual buku: Masih belum bisa, Mbak.
Alia : Ayolah, Pak! Saya sangat butuh buku ini, tapi dana saya terbatas. Bagaimana kalau Rp180.000,00, ya, Pak?
Penjual buku: Hmm, baiklah, boleh!
Alia: Terima kasih, Pak. Ini uangnya. Semoga buku-buku Bapak laris!
Penjual buku: Sama-sama, Mbak. Semoga lancar skripsinya, ya. Mbak. Silakan datang lagi.
Alia: lya, lain kali saya akan ke sini lagi kalau sedang mencari buku langka.
Contoh 17
Restow: Eh, Mongga. Mau beli apa?
Mongga: Wah, ada kaos K-On! Aku mau. Itu berapa?
Restow: Kamu jeli lihat yang bagus. Ini murah, cuma Rp110.000,00.
Mongga: Ah, harga temanlah!
Restow: Ya, karena teman makanya tak usah ditawar. He...he.....
Mongga: Rp90.000,00, ya.
Restow: Rp105.000,00, lah.
Mongga: Ayolah! Aku tambah Rp5.000,00, jadi Rp95.000,00, ya.
Restow: Rp100.000,00 atau tidak sama sekali! He...he.....
Mongga: Ya, sudahlah. Rp100.000,00 ya. Ini uangnya.
Restow: Oke, terima kasih, Mongga.
Contoh 18
Wita: Dan, besok kita kerjakan tugas laporan observasi, ya.
Dani: Wah, kalau besok, aku tidak bisa, Ta! Aku ada acara keluarga di luar kota. Lusa, aku baru pulang.
Wita: Tapi, hari Selasa tugas ini harus sudah dikumpulkan. Sekarang sudah hari Jumat, Dan. Dani: Iya, tapi aku harus datang ke acara keluarga itu. Soalnya, acara itu penting.
Wita: Terus, kapan kita kerjakan tugas ini?
Dani: Bagaimana kalau hari ini sepulang sekolah? Kita bagi dua tugasnya agar lebih ringan.
Wita: Bagaimana pembagiannya?
Dani: Aku yang akan melakukan observasi. Kamu yang menyusun laporannya, bagaimana?
Wita: Tidak mau. Aku yang melakukan observasi. Kamu yang menyusun laporannya.
Dani: Lo, kenapa tidak mau?
Wita: Aku sudah terlanjur mengajak temanku untuk menemaniku observasi di Museum Etnobotani besok.
Dani: Lalu, kapan kamu serahkan hasil observasinya ke aku?
Wita: Hari Minggu, aku akan mengirimkan hasil observasiku melalui email. Kamu susun jadi laporan hasil observasi, ya.
Dani: Ya, sudah, aku setuju. Eh, tapi nanti, kamu bantu koreksi tulisanku, ya. Kamu, kan, ahli menyunting bahasa. (
Wita: Oke, aku bantu, tapi kamu susun laporannya dengan rapi. Jangan asal-asalan, ya!
Dani: lya, beres.
Contoh 19
Penjual: "Mas, saya ingin beli laptop Macbook Air 2020. Apakah di sini ada?"
Penjual: "Ada, Mas. Ini, Mas. Ada beberapa pilihan warna."
Pembeli: "Berapa harganya, Mas, untuk yang warna abu-abu ini?"
Penjual: "Semua warna harganya sama, Rp 13.150.000."
Pembeli: "Harganya boleh kurang nggak, Mas?"
Penjual: "Paling pasnya Rp 12.689.000."
Pembeli: "Baiklah, Mas, saya setuju. Ini uangnya."
Penjual: "Oke, Mas. Saya siapkan unitnya, ya."
Contoh 20
Pembeli: "Berapa harga sekilo duku ini, Bang?"
Penjual: "Rp 20 ribu, Bu. Murah."
Pembeli: "Boleh kurang, 'kan, Bang?"
Penjual: "Belum boleh, Bu. Barangnya bagus, lo, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon."
Pembeli: "Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang, 'kan? Kan, lagi musim, Bang. Rp 15 ribu saja, ya?"
Penjual: "Belum boleh, Bu. Rp20 ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu."
Pembeli: "Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, ya, Bang?"
Penjual: "Boleh, Bu."
Pembeli: "Makasih, Bang. saya ambil 3 kilo, ya, Bang"
Baca Juga: 25 Contoh Kalimat Langsung dalam Teks Negosiasi: Pendek dan Tepat
Contoh 21
Penjual: "Permisi, ada yang bisa saya bantu?"