Isra' Mi'raj adalah anugerah yang diberikan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad untuk menjadi obat atas segala cobaan yang dialami sebelum Isra' Mi'raj, sekaligus menjadi harapan besar atas langkah-langkah dakwah setelahnya.
Sebelum Isra' Mi'raj, Nabi mengalami beberapa kejadian sulit yang menyedihkan seperti wafatnya istri tercinta, Sayyidah Khadijah dan paman terbaik, Abu Thalib.
Keduanya bukan sekedar keluarga bagi Nabi Muhammad, tetapi hadir sebagai penyemangat dakwah kepada kaum Quraisy.
Setelah itu, Nabi mengalami kekerasan dan perlawanan orang Quraisy yang lebih berat terhadap dakwahnya.
Sampai Nabi menyampaikan keluh-kesah kepada Allah swt dalam doa sebagaimana yang diriwayatkan imam Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, Jilid 14, Halaman 139:
اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَشْكُو ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيلَتِي، وَهَوَانِي عَلَى النَّاسِ.
Artinya: "Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia."
Dari sini, dapat dilihat bahwa Isra' Mi'raj adalah bentuk anugerah dari Allah swt atas segala cobaan yang dihadapi Nabi sekaligus sebagai harapan baru untuk menelusuri jalan dakwah yang lebih cerah.
Allah memberikan pertolongan kepada Nabi sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am, ayat 34 sebagai berikut:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوْا عَلٰى مَا كُذِّبُوْا وَاُوْذُوْا حَتّٰٓى اَتٰىهُمْ نَصْرُنَاۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِۚ وَلَقَدْ جَاۤءَكَ مِنْ نَّبَإِ۟ى الْمُرْسَلِيْنَ (٣٤).
Artinya: "Sungguh rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, lalu mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat Allah. Sungguh, telah datang kepadamu sebagian berita rasul-rasul itu."
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah, Pelajaran yang harus diambil dari peristiwa Isra' Mi'raj ini adalah bahwa setiap ujian dan kesulitan yang dihadapi akan diganti dengan anugerah dan kemudahan.