Allah swt berfirman dalam surat Al-Syarh, ayat 5 dan 6 sebagai berikut:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً (٥) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً (٦).
Artinya: "Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan."
Ini adalah bentuk keyakinan seorang yang beriman terhadap Allah yang selalu menolong orang-orang yang beriman.
Bahkan ketika seluruh penghuni bumi menyakiti seorang yang beriman, maka seluruh penghuni langit akan turun memberikan pertolongan.
Hal ini tergambar dalam kondisi yang dihadapi oleh Nabi Muhammad ketika menerima tekanan dari penduduk Makkah, kemudian mencoba mencari pertolongan dari penduduk Thaif, tetapi ditolak dan ditentang.
Sampai akhirnya ketika Nabi ingin kembali ke Makkah, penduduknya selalu menghalangi kehadiran Nabi Muhammad.
Setelah itu, Allah dan seluruh penduduk langit turun untuk menolong Nabi dan membawa ke langit sebagai bentuk pertolongan dan semangat kepada Nabi untuk melanjutkan perjuangan dakwah.
Hal ini sebagaimana substansi sabda Nabi yang diriwayatkan imam Bazzar dalam kitab al-Musnad, Jilid 15, Halaman 327:
إنَّ المَعُونَةَ تَأْتِيْ مِنَ اللَّهِ عَلَى قَدْرِ المَؤُوْنَةِ وَإِنَّ الصَّبرَْ يَأْتِيْ مِنَ اللَّهِ عَلَى قَدْرِ البَلَاءِ.
Artinya: "Sesungguhnya pertolongan datang dari Allah sesuai kadar kesulitan yang jalani dan kesabaran datang dari Allah sesuai kadar ujian yang dihadapi."
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah, Semoga kita dapat mengaktualisasikan pelajaran berharga dalam Isra' Mi'raj ini dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan meyakini setiap kesulitan dan ujian yang datang kepada kita akan diganti oleh Allah dengan anugerah dan jalan keluar yang indah di dunia dan akhirat.
Amin, ya Rabbal Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
2. Khutbah Jumat Tentang Isra Miraj
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah kapan dan dimanapun kita berada, dengan senantiasa seoptimal mungkin mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala laranganNya.
Ma'âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Salah satu peristiwa besar yang hanya terjadi sekali seumur kehidupan manusia adalah peristiwa Isra dan Mi'raj Rasulullah saw.
Banyak hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini, namun ada satu isyarat penting yang jarang dibahas, yakni isyarat perubahan kepemimpinan dunia, dari tangan Yahudi ke tangan umat Islam.
Isyarat ini dijelaskan oleh Syeikh Shafiyyurrahmân al-Mubârakfûriy (w. 1427H), juara pertama perlombaan penulisan sirah (sejarah kehidupan Rasul), Rabitah Alam Islamy, Makkah, dalam kitab sirohnya, Ar Rahîqum Makhtûm, hal 124.
Beliau menangkap isyarat ini, diantaranya setelah mencermati bahwa dalam surat Al-Isra yang berisi 111 ayat, hanya satu ayat yang menceritakan peristiwa isra yakni ayat pertama, ayat-ayat berikutnya justru berbicara tentang kejahatan Bani Israil dan informasi kehancuran mereka akibat kejahatan mereka. Karena itulah kepemimpinan kaum Yahudi akan Allah pindahkan kepada Rasulullah saw, tidak hanya itu Allah akan menyatukan kedua pusat dakwah Nabiyullah Ibrahim as, yakni Makkah dan Baitul Maqdis ke pangkuan umat Rasulullah saw. Isyarat ini juga terlihat dari tampilnya Rasulullah SAW sebagai Imam shalat bagi para nabi di masjidil Aqsha.
Ma'âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Dalam peristiwa Isra', Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidil Haram di kota
Mekkah menuju kota Yastrib (Madinah), lalu Madyan Thursina (di Mesir), lalu Baithlehem, baru kemudian ke Baitul Maqdis, di sini beliau dipertemukan dengan nabi-nabi terdahulu. Beliau pun shalat bersama mereka dan didaulat sebagai imamnya.
Sejarah telah membuktikan, bahwa sekitar setahun setelah Isra dan Miraj, Rasulullah saw berhasil menegakkan kekuasaan Islam di Yatsrib (622 M), kemudian terjadi futuh Makkah 630 M). Adapun Suriah, Iraq dan Palestina dibebaskan tahun 637 -638 M, dan Mesir tahun 641 M. Praktis, sekitar 20 tahun pasca Isra' Miraj, semua rute perjalanan Isra dan Miraj sudah berada dalam kepemimpinan umat Islam.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Rajab Bahasa Sunda Terbaru, Singkat Tapi Menyentuh Hati
Ma'âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Kenapa Kepemimpinan Bani Isra'il Digantikan? Allah jelaskan dalam surat al Isra :4
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.
Imam at Thabari (w. 310 H) dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari kerusakan yang dibuat oleh Bani Israil, beliau menyatakan
Sungguh kalian akan bermaksiat kepada Allah wahai bani Israil, dan sungguh kalian akan menyelisihi perintahnya di negerinya (Jâmi'ul Bayân fî Ta'wîlil Qur'ân, 17/356). Karena kemungkaran, kemaksiatan, pengingkaran dan penyimpangan mereka dalam pelaksanaan hukum-hukum Allah SWT lah yang membuat mereka tidak layak lagi memimpin umat manusia. Tidak hanya itu, bahkan mereka merubah kitab Allah SWT lalu mengatakan "Ini wahyu dari Allah" 1, tidak hanya itu, mereka juga membunuh nabi mereka sendiri yakni nabi Zakariya dan Nabi Yahya a.s.
Sejarah membuktikan walaupun mereka pernah 250 tahun berjaya, sejak 975 SM, karena kemaksiatan ini, Allah menjadikan mereka dikalahkan oleh tentara Babilonia di bawah pimpinan Bukhtanashar (Nebukadnezar), yang menawan dan menjadikan mereka sebagai budak2.
Kehancuran karena kemaksiatan ini bukan hanya berlaku untuk Bani Israel, namun berlaku untuk siapa saja. Negeri Saba yang berkembang kira-kira tahun 1000 SM, negeri yang sangat makmur, namun karena kekufuran yg menyebar, Allah pun menghancurkan mereka.
Ma'âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Sungguh, berpalingnya manusia dari syari'ah-Nya lah yang Allah jadikan penyebab kehancuran suatu bangsa, siapapun bangsa tersebut, termasuk bangsa ini. Dan sungguh, tidak ada cara lain untuk berjaya kembali kecuali dengan taubat yang sebenarnya, yang diiringi dg sesegera mungkin menjalankan ketaatan sepenuhnya kepada Allah SWT. Sejarah membuktikan bahwa tatkala Bani Isreal bertaubat, maka Allah memberikan giliran kejayaan bagi mereka untuk berkuasa kembali pada tahun 536 SM, Allah berfirman:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri (QS. Al Isra' : 7).
Kemudian Allah mengancam kalau mereka kembali durhaka maka Allah juga akan kembali menghinakan mereka:
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bag iorang-orang yang tidak beriman. (QS. Al Isra : 8)
Ma'âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Sungguh tegaknya hukum Allah, itu jalan perbaikan umat ini, bahkan Rasulullah bersabda berkaitan dg satu hudud saja: "Sungguh satu hudud (hukum Allah) yang ditegakkan di bumi, itu lebih baik bagi penduduknya daripada mereka diberi hujan 40 pagi," (HR. Ahmad dan An-Nasa'i dari Abu Hurairah).
Semoga Allah jadikan kita orang-orang yang melakukan perbaikan, perbaikan diri kita, keluarga kita dan masyarakat, yakni dengan berupaya menjalankan dan mengupayakan tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi.
3. Khutbah Jumat Tentang Isra Miraj
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الإسراء: ١)
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Ma'asyiral Muslimin rahimukumullah,
Di bulan Rajab yang mulia ini kita bertemu dengan sebuah momen yang agung, yaitu peringatan Isra dan Miraj. Allah swt, berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الإسراء: ١)
Artinya: Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS al-Isra': 1).
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Mukjizat Isra telah tetap dengan nash Al-Quran, hadits-hadits yang shahih dan ijma'. Oleh karena itu, kita wajib mengimaninya. Perjalanan Isra' terjadi dengan roh dan jasad Nabi.
Hal itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Oleh karenanya, para ulama menegaskan: Barangsiapa yang mengingkari mukjizat Isra', berarti ia telah mendustakan Al-Quran dan barangsiapa mendustakan Al-Qur'an maka ia tidak lagi tergolong sebagai bagian dari kaum muslimin.
Ma'asyiral Muslimin rahimukumullah,
Perjalanan Isra dimulai dari rumah Ummu Hani' binti Abu Thalib sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Anas bin Malik ra, ia berkata: Abu Dzarr menyampaikan hadits bahwa Rasulullah bersabda: "Atap rumahku dibuka, ketika itu aku di Makkah, Jibril turun dan membelah dadaku, lalu membasuhnya dengan air zamzam, kemudian ia datang membawa bejana emas yang penuh dengan hikmah dan iman, maka ia menuangkannya di dadaku, kemudian menutup dadaku kembali," (HR Muslim).
Al-Baihaqi meriwayatkan dari sahabat Syaddad bin Aus ra, ia berkata: Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana engkau diperjalankan Isra'? Nabi menceritakan:
"Aku melakukan shalat malam bersama para sahabatku di Makkah, lalu Jibril mendatangiku dengan binatang putih, postur tubuhnya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghl (peranakan kuda dan keledai), maka Jibril berkata: 'Naiklah!' Namun Buraq bergoyang kegirangan saat aku mendekatinya. Lalu Jibril memutar Buraq dengan memegang telinganya dan menaikkanku ke atas punggungnya, sehingga akhirnya binatang tersebut berangkat membawa kami. Kakinya melangkah sejauh pandangan matanya, hingga kami sampai ke suatu daerah yang penuh dengan pohon kurma, lalu Jibril menurunkanku seraya berkata: 'Laksanakanlah shalat di tempat ini!' aku pun melaksanakan shalat di tempat tersebut. Kemudian kami naik ke atas Buraq lagi dan Jibril berkata: 'Tahukah engkau di mana engkau tadi melakukan shalat?' Aku menjawab: 'Allah-lah yang Maha Mengetahui.' Jibril berkata: 'Engkau tadi melakukan shalat di Yatsrib, di Thaybah (yang di kemudian hari disebut Madinah).'
Demikianlah, Nabi di malam itu berpindah dari satu tempat ke tempat berikutnya dengan mengendarai Buraq, dan ditemani oleh malaikat Jibril. Nabi melakukan shalat di bukit Thur Saina (Tursina), tempat diperdengarkannya kalam Allah kepada Nabi Musa as, kemudian di Bait Lahm (Betlehem), tempat 'Isa al-Masih bin Maryam as dilahirkan. Nabi bercerita:
"Kemudian Jibril kembali membawaku hingga kami memasuki kota Baitul Maqdis dari pintu Yamani. Jibril pun mendatangi arah kiblat Masjidil Aqsha dan mengikat Buraq di sana. Lalu kami memasuki Masjidil Aqsha dari pintu yang terkena cahaya matahari dan bulan. Kemudian aku melakukan shalat di salah satu tempat di masjid tersebut."
Ma'asyiral Muslimin rahimukumullah,
Peringatan Isra adalah peringatan yang agung, yang menyegarkan ingatan kita tentang sejarah hidup makhluk Allah yang paling agung, pemimpin makhluk seluruhnya yang menjelaskan hakikat kebenaran dan menampakkannya, pemilik mukjizat-mukjizat yang luar biasa nan menakjubkan, penghulu para nabi, Nabi agung Muhammad saw.
Di malam yang agung tersebut, Allah memperlihatkan keutamaan dan kemuliaan Sayyidina Muhammad saw di atas semua nabi dan rasul. Allah mengumpulkan untuk Nabi kita Muhammad saw, semua nabi dan rasul di Baitul Maqdis. Lalu Nabi Muhammad melaksanakan shalat sebagai imam bagi mereka semua.
Dalam perjalanan Isra, Nabi Muhammad saw, melihat banyak sekali keajaiban-keajaiban yang mengandung hikmah dan pelajaran bagi kita semua.
Di antaranya, ketika beliau melewati kuburan tukang sisir putri Firaun, beliau mencium bau wangi yang muncul dari kuburan perempuan muslimah yang shalihah tersebut, perempuan yang Allah berikan kepadanya dan kepada anak-anaknya karunia mati syahid.
Dalam kisahnya, bahwa suatu hari perempuan ini tengah menyisir rambut putri Fir'aun. Lalu jatuhlah sisir dari tangannya. Ia lalu berucap: "Bismillah (dengan menyebut nama Tuhan Allah)." Putri Firaun bertanya kepadanya: "Apakah kamu memiliki tuhan selain ayahku?" Tukang sisir itu menjawab: "Iya, Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah."
Putri Firaun kemudian memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Fir'aun lantas meminta tukang sisir itu untuk meninggalkan agamanya. Akan tetapi tukang sisir menolak. Fir'aun lalu memanaskan air di suatu wadah besar yang diisi minyak hingga mendidih. Kemudian ia memerintahkan para algojonya untuk melemparkan anak-anak tukang sisir itu satu persatu ke air panas tersebut, sehingga daging mereka meleleh dan lepas dari tulangnya.
Namun tukang sisir tidak surut sedikit pun untuk mempertahankan imannya. Hingga tibalah giliran anaknya yang masih menyusu untuk dilempar. Tiba-tiba anak itu berbicara kepada ibunya. Allah menjadikannya bisa bicara. Anak itu berkata: "Wahai Ibuku, bersabarlah karena siksa akhirat lebih pedih dari siksa dunia. Janganlah engkau gentar dan mundur selangkah pun, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran."
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Mampukah kita di masa sekarang ini meraih puncak kesabaran seperti ini? Di masa yang penuh godaan ini, mampukah kita mempertahankan kebenaran yang kita yakini? Seberapa kuat kita mampu memegang teguh nilai-nilai kebenaran yang diajarkan Baginda Rasulullah saw? Di masa yang penuh dengan fitnah ini, bisakah kita meneladani Masyithah (tukang sisir putri Firaun)?
Marilah kita berintrospeksi, menanyai diri sendiri. Apakah kita telah mengerjakan apa yang Allah wajibkan kepada kita? Apakah kita telah menjauhi segala hal yang Allah haramkan? Apakah kita telah melaksanakan shalat pada waktunya? Apakah kita telah membayar zakat yang diwajibkan atas kita?
Rasulullah dalam perjalanan Isra'nya juga melihat orang-orang yang menyebar seperti binatang-binatang ternak, aurat mereka hanya tertutup dengan kain-kain kecil. Jibril berkata kepada Rasulullah: "Mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat."
Nabi juga melihat sekumpulan orang yang retak dan pecah kepalanya, kemudian kembali seperti semula. Jibril berkata: "Mereka adalah orang-orang yang enggan dan malas menunaikan kewajiban shalat."
Rasulullah juga melihat orang-orang yang memperebutkan daging busuk dan mengabaikan daging bagus yang sudah terpotong-potong. Jibril berkata: "Mereka adalah orang-orang dari umatmu yang meninggalkan sesuatu yang halal, dan lebih memilih sesuatu yang haram dan keji, lalu memakannya. Mereka adalah para pezina." Rasulullah juga melihat orang-orang yang meminum nanah yang keluar dari para pezina. Jibril berkata: "Mereka adalah para peminum khamr yang diharamkan oleh Allah di dunia."
Inilah sebagian keajaiban yang Allah perlihatkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, dalam perjalanan Isra'. Mudah-mudahan kita dapat memetik hikmah dan pelajaran darinya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 2 Khutbah Jumat tentang Akhlak Generasi Muda, Ajakan Introspeksi Diri!