Sonora.ID – Pernahkah kamu mendengar istilah silent majority? Kata-kata ini biasanya terdengar disaat-saat Pemilihan Umum (Pemilu). Apa arti silent majority?
Arti Silent Majority
Istilah silent majority ini pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya pada tahun 1919 silam.
Pada tahun 1960-an, istilah silent majority kembali mendapatkan perhatian dari Nixon sebagai cara untuk menggalangkan semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena merasa tidak puas terhadap pemilu.
Dalam pidatonya pada tahun 1969, Nixon memakai istilah tersebut untuk menarik sejumlah pemilih yang mendukungnya, meskipun hal itu tidak terjamin dalam jajak pendapat atau kaum intelektual politik dan sosial internasional.
Pada umumnya, istilah ini mengacu pada kelompok besar pemilih yang secara tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (Paslon).
Biasanya, silent majority ini terdiri dari kelompok besar masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan umum.
Baca Juga: 50 Twibbon Pemilu 2024, dan Cara Memasangnya dengan Foto Kamu!
Mereka ini berasal dari beragam individu yang memiliki latar belakang, keyakinan, dan kepentingan yang berbeda-beda.
Silent majority mungkin terdiri dari pemilih biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari tanpa terlalu terpengaruh oleh berita politik atau perdebatan publik.
Bisa jadi mereka memiliki preferensi politik, namun mereka cenderung memilih untuk menjaga pendapat mereka sendiri dan mungkin tidak mengungkapkan dukungan mereka secara terbuka.
Meskipun terdengar kontradiktif, silent majority memiliki potensi untuk memengaruhi hasil pemilihan umum secara signifikan.
Karena jumlahnya yang besar, kelompok ini dikatakan memiliki kekuatan untuk menjadi penentu dalam menentukan hasil suatu pemilihan.
Kandidat yang dapat menarik dukungan dari silent majority memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilihan, karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.
Oleh karena itu, strategi kampanye yang berhasil harus mencoba untuk merangkul tidak hanya pemilih yang vokal secara politik, tetapi juga silent majority.