Sonora.ID – Berikut kumpulan contoh cerita Hari Raya Idul Fitri singkat, menarik, dan berkesan yang bisa dijadikan inspirasi untuk mengerjakan tugas sekolah.
Sebelum libur lebaran yang panjang, para siswa biasanya ditugaskan untuk membuat cerita liburan lebaran berdasarkan pengalaman pribadi.
Tugas menulis cerita liburan lebaran biasanya mengangkat topik bebas.
Sehingga, siswa diperbolehkan menceritakan pengalaman apa saja, contohnya cerita pengalaman Hari Raya Idul Fitri, perjalanan mudik, keseruan aktivitas di rumah saja, dan lain sebagainya.
Tugas menulis cerita liburan lebaran nantikan akan dikumpulkan ketika masuk sekolah nanti.
Maka dari itu, berikut 10 contoh cerita Hari Raya Idul Fitri singkat, menarik dan berkesan yang bisa dijadikan referensi untuk mengerjakan tugas.
Baca Juga: Puncak Arus Balik Lebaran, 7 Aplikasi Buat Pantau Lalu Lintas Mudik!
1. Contoh Cerita Pengalaman Hari Raya Idul Fitri
Dalam merayakan hari raya Idul Fitri, seluruh umat Islam larut dalam kegembiraan, kebahagiaan dan suka cita. Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang suci dan penuh kemuliaan.
Pada hari itu setiap umat muslim disunnahkan untuk saling bersilaturahmi dan berbagi kebahagiaan. Di momen Idul Fitri ini juga menjadi momen yang tepat untuk saling berbagi kebahagiaan.
Pagi hari ini, aku bangun tidur lebih pagi dibanding biasanya. Setelah bangun tidur, aku bergegas untuk sholat subuh dan mempersiapkan pakaian yang akan ku gunakan untuk melaksanakan sholat hari raya Idul Fitri.
Perayaan tahunan ini menjadi hari yang ditunggu-tunggu bagi seluruh umat muslim yang ada di penjuru dunia, termasuk aku dan keluargaku.
Selepas sholat dan menyiapkan pakaian, aku bergegas untuk mandi hingga bersih agar dapat sholat Idul Fitri dengan khusyu.
Setelah itu, aku langsung bergegas bersama keluarga untuk pergi ke tanah lapang yang biasa kami kunjungi untuk menunaikan sholat hari raya Idul Fitri.
Di tanah lapang, kami mengerjakan sholat sunah hari raya Idul Fitri bersama-sama dan mendengar khutbah dari khatib setelah sholat.
Sepulang dari tanah lapang dan menunaikan sholat hari raya Idul Fitri, aku dan keluargaku berkumpul di ruang keluarga untuk saling bermaaf-maafan.
Setelah itu, kami berfoto bersama untuk dijadikan sebagai kenangan. Kemudian kami mulai berkunjung ke rumah tetangga sekitar dan juga rumah sanak saudara untuk makan siang bersama.
Dikarenakan tahun lalu sudah Lebaran di Jakarta yaitu tempat tinggal keluarga kami, maka keputusan ayah memilih pulang ke Cimahi merupakan hal yang ditunggu-tunggu.
Saya senang sekali setiap pulang ke rumah nenek di Cimahi. Sebab daerah tersebut menyimpan banyak kenangan masa kecil yang indah dan tak akan pernah terlupakan.
Sebelum pulang ke Cimahi, saya dan Ibu sudah berkemas serta membeli beberapa bingkisan Lebaran untuk keluarga nenek dan teman-temanku di sana sebagai buah tangan.
Sejak lahir sampai duduk di bangku sekolah dasar, saya memang menjadi bagian dari warga Cimahi. Dahulu, saya mempunyai teman-teman sebaya yang sering bermain bersama di sana.
Mereka adalah Putri, Ila, dan Nina. Ketiga teman-teman itu rumahnya dekat dengan kediaman nenek karena bertetangga.
Hampir setiap hari, mulai dari berangkat sekolah, bermain di siang hari, sampai mengaji sore, kami bertiga selalu bersama-sama.
Ketika bulan puasa, setiap hari kami mengaji sore dan pulangnya singgah ke kebun kakek untuk sekadar mencari buah-buahan yang bisa dipetik untuk berbuka puasa.
Terkadang saat malam takbiran menjelang Lebaran, kami bertiga berinisiatif mengirim makanan dalam rantang ke rumah-rumah tetangga untuk saling mencicipi menu Lebaran.
Di Lebaran tahun ini, saya mempersiapkan bingkisan khusus untuk ketiga teman. Mulai dari kue-kue sampai pakaian dengan corak sama supaya bisa dipakai bersamaan saat Lebaran.
Kami berempat tidak pernah putus hubungan dan selalu berkomunikasi lewat pesan singkat atau media sosial.
Bahkan setiap kali memasuki bulan puasa, mereka bertiga selalu menanyakan hal sama. Apakah saya akan pulang ke Cimahi atau tidak ketika Lebaran.
Setiap kali saya bilang akan pulang ke Cimahi, mereka bertiga dan keluarganya selalu menyambut kedatangan keluarga kami dengan penuh kehangatan, selayaknya keluarga sendiri.
Hal itulah yang selalu berkesan di dalam hati saya dan keluarga, bahkan seringkali berat hati jika meninggalkan Cimahi untuk kembali pulang ke Jakarta.
Saya senang sekali, karena libur Lebaran tahun ini banyak menghabiskan waktu di kampung halaman nenek yaitu di rumah masa kecilku.
Selain berkumpul keluarga, saya juga bisa kembali bernostalgia bersama ketiga teman-teman sambil bermain dan keliling Cimahi sampai Bandung.
Rumah nenek itu, akan selalu menjadi saksi bisu betapa bahagia dan hangatnya kehidupan bertetangga kami yang rukun, sehingga selalu dibuat rindu untuk kembali pulang ke sana.
Setiap tahun saat libur Lebaran tiba, saya selalu bersemangat karena ini waktunya datang berkunjung ke kampung halaman kakek dan nenek. Perjalanan seru naik kereta selalu menjadi momen yang paling saya tunggu-tunggu.
Kami berangkat dari rumah pagi-pagi sekali. Selama perjalanan, saya melihat perbukitan, hutan, dan sawah yang hijau. Sungguh pemandangan yang menyejukkan mata.
Sambutan dan pelukan hangat selalu ada dari kakek dan nenek saat saya sampai di rumahnya. Mereka selalu punya cerita menarik dan kegiatan seru untuk saya. Setiap hari, saya bangun pagi-pagi dan bersiap untuk petualangan baru.
Salah satu kegiatan yang paling saya sukai adalah jalan pagi ke sawah dan memetik buah-buahan di kebun. Bersama sepupu-sepupu saya, kami menjelajahi kebun nenek yang penuh dengan pohon buah. Kami memetik mangga dan rambutan.
Setiap malam, kami berkumpul di teras rumah nenek dan kakek. Semua saling berbagi cerita tentang kegiatan sehari-hari yang seru, sambil memakan camilan tradisional buatan nenek.
Ketika liburan hampir berakhir, rasanya sulit untuk pulang karena saya masih rindu dengan suasana di desa. Saya sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan berharap waktu liburan berikutnya segera tiba.
Saat libur Lebaran kemarin, karena saya tidak mudik ke kampung halaman. Bunda dan Ayah mengajak saya menghabiskan waktu rekreasi di tempat wisata di sekitar sini saja. Kali ini, Ayah dan Bunda mengajak saya ke Kebun Binatang Ragunan.
Saking senangnya, sejak pagi saya sudah bersemangat membantu Bunda menyiapkan semua keperluan. Saya juga membantu menyiapkan bekal dan camilan untuk disantap di sana.
Supaya tidak terlalu panas dan lebih sepi, kami berangkat sejak pagi. Dari rumah, kira-kira perlu waktu sekitar satu jam perjalanan karena banyak sekali menemui lampu merah.
Sesampainya di depan kebun binatang, Ayah pergi ke loket untuk membeli tiket masuk. Kemudian kami pun masuk ke dalam kebun binatang.
Di dalam sana, saya melihat ada banyak sekali jenis-jenis hewan. Biasanya saya cuma melihat hewan-hewan ini dari buku saja. Selain itu, saya juga melihat akuarium berisi ikan-ikan unik berukuran besar.
Ketika hari mulai siang, udara pun semakin panas dan matahari mulai terik. Bunda mengajak saya istirahat dulu sambil menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Setelah itu, sekitar pukul 1 siang kami pun pulang. Rasanya sangat menyenangkan.
Persiapan mudik telah dilaksanakan di malam sebelumnya, barang bawaan sudah ditata ke bagasi mobil dan kami sudah siap berangkat dengan Ayah sebagai supirnya.
Selama perjalanan aku dan adikku tidur, sehingga lamanya perjalanan dari Bandung ke Kudus tidak terlalu terasa.
Perjalanan tersebut memakan waktu selama 6 jam melalui jalur Tol Semarang-Batang, kami beberapa kali beristirahat di rest area untuk sekedar kencing atau makan. Meski memakan waktu cukup lama, aku senang karena dapat bertemu kembali dengan kakek dan juga nenek tercinta.
Kami menetap di rumah Kakek dan Nenek selama 5 hari, sebelum akhirnya bersiap untuk kembali ke kota Bandung karena Ayah harus bersiap bekerja lagi. Aku tidak sabar untuk berlibur kembali di Kudus dan berkumpul dengan saudara-saudaraku lagi.
8. Contoh Cerita Pengalaman Hari Raya Idul Fitri
Hari Senin, aku dan keluarga bersiap ke stasiun untuk mudik Lebaran dengan menaiki Kereta Api kelas eksklusif.Hatiku berdebar, ini pertama kalinya aku naik kendaraan umum satu ini, rasa cemas dan antusias bercampur jadi satu.
Kereta kami dijadwalkan berangkat pada pukul 08.00 WIB pagi hari, kami sampai di stasiun pukul 07.30 WIB masih cukup waktu untuk mencetak tiket dan menunggu kereta datang.
Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya kereta tujuan Surabaya datang juga.
Gerbong kereta eksklusif yang aku naiki terletak di paling depan, jadi aku harus jalan cukup jauh dari tempat tunggu.
Kereta pun akhirnya berangkat pukul 8 tepat, saat mulai jalan rasanya ternyata tidak seburuk itu, getaran gerbong tidak semengerikan yang aku bayangkan, kursinya juga nyaman, sepertinya aku akan ketagihan naik kereta!
9. Cerita Liburan Sekolah di Rumah
Libur Hari Raya Idul Fitri tahun ini saya mengisi waktu dengan membantu ibu membuat kue lebaran.
Saya membantu ibu membuat kue bulan, nastar hingga lapis nanas.
Ketika saya membantu ibu membuat lapis nanas, saya terlalu lama memanggang kue sehingga kuenya gosong, sehingga ibu memarahi saya dan menyuruh saya untuk mengulang membuat kue dari awal.
Saya malu, karena saat kami membuat kue,sepupu saya melihatnya dan menertawai saya. Akhirnya dia pun membantu saya membuat kue.
Setelah selesai membuat kue, kemudian saya membersihkan rumah, mencuci piring dan menyapu halaman.
Semua pekerjaanku dibantu oleh sepupu saya sehingga semuanya terasa mudah.
Kegiatan itu saya lakukan untuk menyambut lebaran Idul Fitri agar orang-orang nyaman saat berkunjung.
10. Contoh Cerita Libur Lebaran
Tahun ini aku akhirnya berkesempatan untuk mudik ke rumah nenek setelah selama 2 tahun tidak bisa mudik karena kesibukan orang tua.
Aku sangat menantikan momen Lebaran di rumah nenek di daerah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah karena nuansanya yang asri.
Keluargaku berangkat menuju Tawangmangu mengendarai mobil yang dibawa oleh Bapak dan Ibu secara bergantian, untuk menghindari ngantuk katanya. Meski perjalanannya jauh, aku tidak merasa bosan, karena Ibu dan Ayah memutarkan lagu-lagu kesukaanku.
Setelah perjalanan Jakarta-Tawangmangu yang memakan waktu selama 7,5 jam akhirnya kita sampai di rumah kakek nenek. Kebetulan kami sampai di sana pukul 11.00 WIB, kakekku baru saja kembali dari berkebun.
Kami langsung berhambur memeluk kakek dan nenek menumpahkan rasa rindu yang sudah ditabung selama dua tahun. Tidak banyak yang berubah dari keduanya, tetap kakek nenekku yang masih segar meski sudah tidak muda lagi.
Begitulah, aku dan keluarga menghabiskan satu minggu di sana dengan berbagai kegiatan, sungguh indah momen kebersamaan dengan kakek dan nenek, semoga tahun depan bisa mudik lagi!