Ketika saya membantu ibu membuat lapis nanas, saya terlalu lama memanggang kue sehingga kuenya gosong, sehingga ibu memarahi saya dan menyuruh saya untuk mengulang membuat kue dari awal.
Saya malu, karena saat kami membuat kue, sepupu saya melihatnya dan menertawai saya. Akhirnya dia pun membantu saya membuat kue.
Setelah selesai membuat kue, kemudian saya membersihkan rumah, mencuci piring dan menyapu halaman. Semua pekerjaanku dibantu oleh sepupu saya sehingga semuanya terasa mudah.
Kegiatan itu saya lakukan untuk menyambut lebaran Idul Fitri agar orang-orang nyaman saat berkunjung.
4. Idulfitri dengan Keluarga
Pada hari pertama Lebaran, 1 Syawal 1445 Hijriah, saya bersama keluarga terlebih dahulu melaksanakan Salat Idulfitri berjemaah.
Kami mengikuti Salat Idulfitri berjemaah di lapangan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Di lapangan sudah tersedia karpet tebal. Namun, untuk mengantisipasi tidak mendapat tempat dengan karpet tersebut, saya bersama keluarga menyiapkan koran dan membawa sajadah sendiri-sendiri.
Pelaksanaan Salat Idulfitri di lapangan pada tahun ini cukup hikmat. Selain dipenuhi oleh umat muslim, cuacanya juga cukup sejuk. Tidak terlalu panas, tapi juga tidak hujan.
Seusai melaksanakan salat, kami pun segera pulang ke rumah untuk saling bermaaf-maafan. Tidak lupa saya pun beberapa kali singgah ke rumah tetangga dan teman dekat untuk bersilaturahmi.
Setibanya di rumah, barulah gantian saya yang meminta maaf kepada Ayah dan Ibu, juga kepada kakak dan adik. Setelah kegiatan bermaaf-maafan bersama keluarga di rumah, kami pun bergegas pergi ke rumah nenek. Rencana kegiatan kami adalah bersilaturahmi ke rumah nenek, mengikuti syukuran, dan dilanjutkan dengan ziarah kubur.
Rumah nenek tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami, yaitu sekitar 20 km. Bisa kami tempuh selama 30-40 menit dengan mengendarai sepeda motor. Pada pukul 10.00 WIB, saya bersama keluarga tiba di rumah nenek. Kami pun saling bersapa, bermaaf-maafan, dan saling mendoakan.
Di rumah nenek, saya mendapat THR berupa beberapa lembar uang baru. Belum selesai sampai di sana, para paman dan bibi pun tidak segan-segan memberikan uang jajan tambahan untuk saya, kakak, dan adik.
Bahagia rasanya, karena pada Lebaran Idulfitri tahun ini, kami bisa berkumpul dengan keluarga besar, saling mendoakan, dan senantiasa sehat.
Sekitar pukul 11.00 WIB, saya pun diajak oleh ayah dan ibu untuk berziarah kubur. Karena lokasi TPU tidak terlalu jauh dari rumah nenek, kami mendatanginya dengan cara berjalan kaki.
Sesampainya di tempat ziarah, saya pun menghampiri makam adik yang telah meninggal, dan beberapa sanak-saudara dari pihak ayah yang telah meninggal. Karena cuacanya sudah cukup terik, kami berziarah hanya sebentar saja dan setelahnya segera kembali ke rumah nenek.
Pada hari pertama Idul Fitri, saya bersama kakak dan adik terlebih dahulu menginap di rumah nenek. Karena selain waktu liburan sekolah yang masih panjang, nenek kabarnya ingin mengajak kami jalan-jalan.
Baca Juga: Contoh Teks Narasi Fiksi Beserta Pengertian, Ciri-Ciri, dan Struktur
5. Liburan Lebaran ke Sumatera
Pada momentum hari raya Idul Fitri atau Lebaran kali ini, sekolah-sekolah formal termasuk SD tempatku bersekolah diliburkan selama enam hari.
Di hari ke-3 libur lebaran, aku bersama keluargaku pergi berkunjung ke rumah sanak saudara di Lampung, Sumatera, untuk bersilaturahmi. Kerabat yang kami kunjungi adalah saudara kandung ibuku yang sudah sangat lama sekali tidak bertemu hingga berpuluh-puluh tahun.
Bahkan kami belum tahu rumah tempat tinggalnya dan ini adalah pertama kalinya aku beserta keluargaku berkunjung ke sana. Aku, ayah dan ibuku, saudara-saudaraku, dan beberapa kerabat lainnya, pergi ke Lampung dengan menyewa mobil travel.
Tempat tinggalku di Jawa Timur. Kami berangkat ke Sumatera pada malam hari dan sampai tujuan pada malam berikutnya. Ini adalah pengalaman liburan lebaran yang belum pernah kurasakan, karena perjalanannya sangat jauh sekali.
Berbagai kota-kota yang ada Jawa Tengah dan Jawa Barat, juga ibu kota Jakarta kulewati untuk sampai ke sana, hingga laut pun kami sebrangi dengan menaiki kapal.
Tidak hanya berbagai kota, aku juga melewati desa-desa yang ada di pulau Sumatera untuk pertama kalinya. Perjalanan yang memang mengasyikkan. Namun juga ada hal tidak menyenangkan, karena aku sempat mabuk saat di dalam kendaraan travel.
Bahkan sewaktu menaiki kapal di atas laut, aku khawatir kalau nanti mabuk dan muntah lagi. Untung saja, hal itu tidak terjadi. Perjalanan jauh yang cukup melelahkan, karena kami juga mencari-cari di mana rumah tempat tinggal keluarga kakak perempuan ibuku itu.
Namun, capek dan letih pun terobati setelah kami berhasil menemukan dan menyinggahi rumah yang kami tuju. Betapa senangnya kami dapat berkumpul dengan kerabat yang sudah lama tidak bertemu, seolah hubungan yang putus tersambung lagi.
Dua malam satu hari aku dan keluargaku berada di sana, saling bercengkrama dan melepas rindu. Kemudian saat hendak berpisah lagi, kami dan mereka pun tak kuasa menahan tetesan air mata haru.
Cerita tentang hari raya Idul Fitri untuk anak SD di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa.
Demikian 5 contoh cerita tentang hari raya Idul Fitri untuk anak SD yang menarik.