Kebiasaan mawarung diakuinya sudah dilakukan sejak muda dan dilakukan sebelum pergi ke kantor. Suasana lingkungan sekitar rumah yang masih asri dan sepi, menurutnya jadi nilai plus dari aktivitas mawarung.
"Jadi ajang silaturahmi juga dengan tetangga, biasanya kita tukar informasi. Ya, saling mengenal gitu lah pokoknya," tambah Hamid.
Meski identik dengan kaum pria, mawarung juga banyak dilakukan oleh perempuan.
"Bukan untuk nongkrong, tapi kita biasanya beli lauk atau sarapan untuk anak-anak di rumah kalau malas masak," tutur Sunar, yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Baca Juga: 4 Cara Menikmati Kopi Selama Bulan Puasa agar Tetap Sehat
Pilihan makanan dan penganan yang bervariasi, menurutnya sangat membantu mereka dalam menentukan menu sarapan pagi. Apalagi pagi hari, anggota keluarganya jarang makan berat dan lebih suka menikmati sajian ringan, seperti roti atau kue-kue tradisional.
Di tengah menjamurnya kedai kopi modern, tradisi mawarung nyatanya masih tetap diminati masyarakat di Kalimantan Selatan.
Selain jadi tempat kumpul dan cari makan, mawarung juga jadi salah satu wadah untuk menyalurkan kebiasaan urang Banjar yang suka ngobrol atau dalam bahasa Banjar disebut 'bapandiran'.
Tak hanya di lingkungan permukiman warga, mawarung juga banyak dilakukan di kantor-kantor, baik swasta maupun pemerintahan.
Bedanya hanya pada menu dan suasana yang ditawarkan, selebihnya sama. Sama-sama menikmati pagi dengan secangkir kopi atau teh panas sambil sarapan dan mengobrol.