Sonora.ID - Pada zaman sekarang semua di permudah dengan adanya tekhnologi digital, sudah menjadi hal yang lumrah anak-anak berinteraksi dengan smartphone, media sosial, dan juga platform online, bahkan ada istilah kudet kurang update ketika anak-anak tidak memperhatikan perkembangan tekhnologi.
Dalam perkembangan Teknologi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan sosial di masyrakat, semua orang mempunyai vasilitas mengakses informasi secara cepat dan terbuka, mempunyai banyak resiko yang mempunyai kaitan yang berbahaya yang mengahantui anak-anak, yakni salah satunya Sexting Dalam era digital yang semakin maju, tantangan baru dalam menjaga keamanan anak-anak muncul,telah menjadi masalah serius yang mengancam kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia.
Baca Juga: Dispar Kukar Siap Jadikan Jam Bentong Destinasi Wisata Unggulan, Segera Hadirkan Museum Digital
Sexting adlah tindakan mengirim video,gambar, atau pesan yang mengandung unsur sexual melalui teks, pesan langsung dam platform media sosial
dan hal ini banyak di temukan di kalangan remaja pada usia 11 sampai 17 tahun, walaupun anak-anak yang lebih mudah dari itu juga di laporkan terlibat dalam sexting.
Melindungi anak-anak dari praktik sexting memerlukan upaya bersama antara orang tua, pendidik, dan pemerintah.
Salah satu langkah pertama yang dapat diambil adalah meningkatkan kesadaran akan risiko yang terkait dengan sexting.
Orang tua dan pendidik perlu berbicara secara terbuka dengan anak-anak tentang bahaya dan konsekuensi dari berbagi konten yang tidak pantas secara online.
Selain itu, penguatan literasi digital juga sangat penting.
Anak-anak perlu diberikan pemahaman yang kuat tentang etika digital, privasi online, dan cara mengelola reputasi mereka di dunia maya.
Pendidikan tentang pentingnya memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan online mereka harus dimulai sejak dini.
Baca Juga: Era Digital Dibutuhkan Literasi Inklusi Sosial
Peran teknologi juga dapat dimanfaatkan dalam upaya melindungi anak-anak dari sexting.
Penggunaan perangkat lunak atau aplikasi yang dapat memantau aktivitas online anak-anak
dan memberikan peringatan tentang perilaku yang berisiko dapat membantu orang tua dan pendidik untuk lebih aktif dalam melindungi anak-anak mereka.
Tidak kalah pentingnya adalah pembentukan hubungan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Anak-anak perlu merasa nyaman untuk berbicara dengan orang tua mereka tentang segala hal yang mereka hadapi dalam dunia digital.
Dengan membuka saluran komunikasi yang baik, orang tua dapat menjadi pendukung yang kuat dalam membantu anak-anak memahami dan mengatasi tekanan dan godaan yang muncul dari lingkungan online mereka.
Berdasarkan data dari situs Cleveland Clinic, pada Rabu, 15/5/2024, satu dari tujuh remaja melaporkan pengiriman dan satu dari empat dilaporkan menerima sexting.
Sexting telah menjadi aspek umum dalam aktivitas seksual modern, menurut hampir semua penelitian, namun sexting juga memiliki sisi negatif, termasuk sexting tanpa persetujuan, berbagi foto atau video tanpa izin, dan bahkan pemaksaan.
Misalnya, penelitian mengungkapkan bahwa 14,5% sext dikirim ke orang lain tanpa izin pengirimnya.
Di era di mana teknologi terus berkembang dengan cepat, upaya untuk melindungi anak-anak dari sexting dan risiko online lainnya harus terus diperbarui dan disesuaikan.
Hanya dengan kerjasama antara semua pihak yang terlibat, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan menyenangkan bagi generasi mendatang.
Baca Juga: Keluarga Pondasi Awal Budaya Literasi di Era Digital
Penulis: Diva Aqila