Sonora.ID - Berikut ini simak khutbah Jumat edisi 5 Juli 2024 menyambut tahun baru Islam 1446 H.
Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, terutama laki-laki, untuk menunaikannya.
Sedikit berbeda dengan salat lima waktu, salat Jumat diawali dengan dua khotbah dari khatib.
Pada edisi tersebut akan membahas mengenai ‘Renungan Hidup Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H'.
Khutbah ini bertujuan untuk mengingatkan umat muslim tentang pelajaran penting yang bisa diambil sekaligus merenung, mengevaluasi diri, dan melakukan perbaikan dalam hidup kita.
Berikut ini khutbah Jumat edisi 5 Juli 2024 menyambut tahun baru Islam 1446 H:
Khutbah I
ألحمد لله الذى حمى الرسول من كل من آذاه وخدعه, وطيّب ذكره بين العالمين ورفعه, وقال تعالى: ومن يهاجر فى سبيل الله يجد فى الأرض مراغما كثيرا وسعة. نحمد سبحانه وهو ذو العزة والجلال, العظيمُ فى ملكوته الكبيرُ المعتال, ليس له مما سواه شبيه ولا مثال.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, ربّ الأرض والسماء, وربّ العظمة والكبرياء. وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ونبيّه, رسول النزاهة و النقاء, والتواضع والعفو والسخاء.
صلى الله على سيدنا محمد وسلّم عليه وعلى آله وصحبه تسليما كثيرا.
قال الله تعالى فى مُحكم تنزيله: يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة وجاهدوا في سبيله لعلكم تُفلحون.
صدق الله العظيم.
أوصيكم وإيّاي نفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون. أما بعد…
Jamaah Jum’ah rahimakumullaah.
Imam Ali ibnu Abi Thalib karramallâhu wajhah, pernah berwejang kepada kita:
من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح, ومن كان يومه مثلَ أمسه فهو خاسر, ومن كان يومه شرّا من أمسه فهو مغبون.
Artinya: Barang siapa yang hari ininya lebih baik dari hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ininya sama dengan hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ininya lebih buruk dari hari kemarinnya, maka ia adalah orang yang celaka.
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 28 Juni 2024, Menyambut Tahun Baru Islam 1446 H
Dari nasihat imam Ali ra di atas, dapat kita petik pelajaran, bahwa Islam menghendaki pemeluknya untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidupnya, baik pada sisi material, intelektual, lebih lagi pada sisi moral-spiritualnya.
Jama’ah yang mulia
Berkenaan dengan wejangan Sayyidina Ali di atas, cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pada tahun 1446 H ini adalah dengan kembali bercermin dan meneladani ruh dan makna hijrah itu sendiri.
Hijrah menurut bahasa memiliki dua arti, pertama secara zhahiriy, yaitu perpindahan dari suatu tempat menuju ke tempat yang lebih baik. Dan kedua secara ma’nawiy, yaitu perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lebih baik. Hijrah yang berakar kata hajara juga memiliki arti meninggalkan/menjauhkan diri.
Ketiga sisi etimologis hijrah di ataslah, baik secara dhahiriyah maupun maknawiyah, yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat ra., dari kota Mekkah menuju Yatsrib (al-Madinah al-Munawwarah).
Lalu bagaimana berhijrah pada konteks kekinian? Hijrah adalah sebuah etos dan spirit yang harus terus dirawat dalam kehidupan. Hijrah adalah sebuah upaya keras (jihad) untuk memperbaiki kualitas hidup yang berisi dan menuju kepada kebaikan dan perbaikan, dalam bingkai peribadatan. Allah Swt Berfirman dalam surah an-Nisaa’ ayat 100:
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat/cita-cita yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan berusaha keras agar kehidupan diri, keluarga, masyarakat serta bangsa berjalan pada koridor yang diridhoi oleh Allah SWT, sesuai dengan tuntunan serta panduan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang diwarisi dan diajarkan oleh para ulama.
Inilah satu-satunya cara, yang bila cara tersebut ditempuh, maka garansinya adalah suatu perubahan menuju kepada situasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik dan beradab, sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada kita pada ayat di atas.
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Tentang Idul Adha 14 Juni 2024, Paling Sedih dan Penuh Renungan
Dalam berhijrah, secara lebih spesifik, Rasulullah berwasiat kepada kita:
والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه (رواه البخاري)
Artinya: Dan orang yang berhijrah adalah orang yang telah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. (HR. Imam Al-Bukhari)
Wasiat Rasulullah di atas senada dengan apa yang telah Allah wajibkan dalam surah al-Muddatstsir ayat 5:
والرجز فاهجر
Artinya: Dan dari segala perbuatan dosa, maka hijrahlah (tinggalkanlah).
Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah SWT
Memperkokoh niat dan mengoptimalkan daya upaya untuk menaati segala perintah dan larangan Allah, inilah esensi dari kewajiban hijrah. Semoga, pada awal tahun baru 1446 Hijriah ini, mengintrospeksi diri atas segala langkah yang telah kita ayunkan pada tahun 1445 H yang lalu, untuk kemudian mengoreksinya dan menjadikannya sebagai modal guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas ketaatan, sehingga tidak menjadi orang yang merugi, apalagi celaka.
بارك الله لى و لكم فى القرآن الكريم, و نفعنى و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم, و تقبّل منى و منكم تلاوته, إنه هو السميع العليم.
أقول قولى هذا, وأستغفر الله لى ولكم ولسائر المسلمين من كلِ ذنب, فاستغفروا الله, إنه هو الغفور الرّحيم.
Wallahu A'lam.