Di sisi lain, Stephen membahas respon bakteri terhadap stres di dalam tubuh manusia serta reaksi terhadap antibiotik.
Hasil penelitian menunjukkan resistensi antibiotik ditemukan akibat perubahan karakteristik bakteri secara genetik.
Ia juga menyoroti pentingnya riset untuk inovasi dalam pengembangan antibiotik yang lebih efektif, sejalan dengan upaya mendorong kemajuan industri dan infrastruktur kesehatan.
Lalita memaparkan hasil penelitiannya yang menggunakan bahan alami seperti daun mimba, pare, dan serai, menunjukkan karakteristik antibakteri yang konsisten.
Penelitiannya ini sejalan dengan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, berfokus pada penggunaan bahan alami sebagai alternatif antibiotik yang ramah lingkungan.
Ia percaya bahwa penelitian yang lebih mendalam mengenai metode ekstraksi serta pemahaman tentang struktur senyawa tanaman dapat mengembangkan alternatif antibiotik berbasis tanaman, sehingga dapat diproduksi dan dikonsumsi secara massal di masa depan.
Baca Juga: Apresiasi Stakeholder: Pajak DIY Gelar Kegiatan Gala Tax Gathering
Hal lain terkait antibiotik disampaikan Anshoo. Ia menyatakan resistensi antibiotik seringkali muncul akibat penggunaan yang tidak tepat, membuat konsumsi antibiotik tidak lagi menunjukkan khasiatnya untuk menghadapi bakteri.
Ditambahkannya, antibiotik tidak dapat mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau jamur.
“Pengetahuan yang cukup bagi masyarakat untuk memahami fungsi antibiotik dapat mengurangi kemungkinan penyalahgunaan antibiotik sehingga dapat meminimalisir potensi resistensi antibiotik,” tegasnya.
Velma menyoroti penurunan penemuan antibiotik sejak 1950 dan berakhir pada 1987. Meskipun demikian, angka resistensi antibiotik terus meningkat.
“Ini menandakan urgensi untuk menggunakan antibiotik secara rasional lewat diagnosis penyakit yang benar, meresepkan antibiotik dengan dosis yang sesuai terhadap pasien,” pungkasnya sebagai pembicara terakhir.
Seminar internasional ini turut dihadiri Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Untar Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ. dan Dekan Faculty of Health and Life Sciences INTI International University Prof. Lee Shiou Yih.