Sonora.ID - Kota Pontianak bergabung dengan 31 kabupaten dan kota lainnya di Indonesia dalam acara peluncuran Computer Security Incident Response Team (CSIRT) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Acara ini digelar di Aula dr Roebiono Kertopati, Kantor BSSN Sawangan, Depok, pada Rabu (24/7/2024).
CSIRT merupakan tim tanggap cepat yang bertugas mendeteksi masalah keamanan siber.
Kota Pontianak, melalui CSIRT-nya, telah aktif memberikan layanan keamanan siber bagi ASN dan perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak.
Peluncuran ini ditandai dengan penekanan tombol serentak serta penyerahan Surat Tanda Registrasi (STR) oleh Kepala BSSN, Hinsa Siburian.
Baca Juga: Kadin Kalbar Siap Gelar Muprov 2024 Pemilihan Ketua Umum
Pj Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Zulkarnain, menjelaskan pentingnya kehadiran CSIRT untuk mengatasi ancaman siber yang semakin kompleks di era digital ini.
Dengan bergabungnya Kota Pontianak dalam jaringan CSIRT nasional, diharapkan dapat meningkatkan respons dan keamanan terhadap ancaman siber yang mungkin terjadi.
“Pendirian CSIRT ini merupakan langkah yang sangat penting bagi Kota Pontianak dalam mengantisipasi dan menanggulangi berbagai ancaman keamanan siber yang dapat mengganggu stabilitas jaringan dan layanan publik,” ujarnya.
CSIRT Pontianak tidak hanya fokus pada perlindungan infrastruktur pemerintah, tetapi juga memberikan layanan perlindungan kepada sektor swasta, termasuk perusahaan dan lembaga keuangan.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua entitas di Kota Pontianak memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk melindungi diri dari serangan siber yang berpotensi merusak.
Salah satu langkah awal yang diambil oleh CSIRT Pontianak adalah melakukan pemetaan risiko keamanan siber di seluruh sektor, baik pemerintah maupun swasta.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi titik lemah yang dapat dieksploitasi oleh para penyerang.
"Dengan kolaborasi yang kuat antara sektor publik dan pemangku kebijakan, kami yakin CSIRT Pontianak akan menjadi garda terdepan dalam melindungi infrastruktur teknologi informasi di Kota Pontianak dari serangan siber yang merugikan," ungkap Pj Sekda.
Bukan hanya tentang respons terhadap insiden, CSIRT Pontianak turut memberikan perhatian khusus pada upaya pencegahan.
Baca Juga: Sambut HAN 2024, Dinsos Kota Pontianak Bagikan Hadiah dengan Kalimat Positif ke Masyarakat
Mereka secara aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha mengenai praktik keamanan siber yang baik serta memberikan pelatihan kepada personel IT di berbagai institusi untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan tanggap terhadap ancaman siber.
Zulkarnain berharap, keberadaan CSIRT ini akan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi warga dan bisnis di Kota Pontianak dari ancaman siber di masa depan.
“Pendirian CSIRT Pontianak ini merupakan langkah progresif yang menunjukkan komitmen Kota Pontianak dalam menghadapi tantangan keamanan siber yang semakin kompleks,” ungkapnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Indonesia memerlukan lebih banyak lagi talenta tim tanggap siber.
Hal tersebut menyusul data dari Astra Security 2024, di mana terdapat 2.200 serangan siber global per hari. Indonesia, lanjutnya, menjadi peringkat ke-10 target serangan siber global.
“Tingginya ancaman siber, implementasi CSIRT dapat memberikan berbagai manfaat antisipatif, seperti memberikan perlindungan dari ancaman pencurian data,” paparnya.
Ia berharap lewat peluncuran CSIRT atau TTIS ini kemudian terjadi percepatan untuk mencetak tim tanggap insiden siber. Diawali dengan kesadaran internal membentuk CSIRT.
“Kunci CSIRT ada lima, identifikasi, proteksi, deteksi, respon dan pemulihan. Kita perlu cermati dalam implementasi teknis selalu jadi tantangan, ada keterbatasan sumber daya anggaran dan manusia,” katanya.
Hinsa Siburian, Kepala BSSN RI menyampaikan, perlindungan siber meliputi tiga lapis ruang. Ketiganya adalah infrastruktur, ruang logika dan ruang sosial.
Baca Juga: Tim Gabungan BPBD Provinsi Kalbar Lakukan Pemadaman Karhutla di Kawasan Sekunder C
Ketika serangan siber terjadi, outputnya adalah rekayasa informasi dan propaganda kepada masyarakat.
“Nanti dicari Indonesia kekuatannya, kelemahannya, disusupi dengan serangan siber, mereka mencari celah melalui referensi data yang dicuri,” ucapnya.
Sebagai contoh kejahatan siber yang baru-baru ini terjadi, papar Hinsa, memiliki motif menyandera data untuk kemudian meminta imbalan.
“Semakin maju teknologi semakin membuat malware ikut maju mengikuti perkembangan bahkan ia bisa di depan,” tutupnya.