8 Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Anak SD yang Penuh Pesan Moral

25 Agustus 2024 19:48 WIB
Ilustrasi cerita pendek anak SD.
Ilustrasi cerita pendek anak SD. ( Pexels)

“O iya, benar! Di rumah ini, kan, ada 17 kamar,” sahut Rudi sambil tertawa.

Datuk berjalan tertatih-tatih menuju tangga. Biasanya Datuk berjalan dibantu dengan tongkat. Datuk sudah tidak muda lagi. Kali ini, Rudi yang menjadi tongkatnya. Rudi menuntun Datuk ke arah yang Datuk tunjukkan. Mereka menuju ke sebuah kamar di lantai 2.

Semua kamar di rumah Datuk dilengkapi dengan tempat tidur, kasur, meja, dan lemari. Demikian pula dengan kamar yang didatangi Datuk dan Rudi ini. Bedanya kamar ini memiliki lemari yang besar sekali.

“Wah, besar sekali lemarinya. Bisa untuk main petak umpet,” kata Rudi dalam hati.

“Duh, Datuk capek. Kita duduk sebentar, ya. Setelah itu, baru kita masuk dalam lemari,” ucap Datuk.

“Aku tadi berpikir lemari ini besar sekali sampai bisa untuk main petak umpet. Datuk mau main petak umpet, ya? Ha ha ha,” tanggap Rudi sambil tertawa.

Rudi masih tertawa terbahak-bahak ketika Datuk menuju lemari. Datuk berhenti sebentar untuk merogoh kunci di kantongnya. Sebuah anak kunci antik berukuran besar digunakan untuk membuka lemari besar itu. Rudi menghentikan tawanya ketika Datuk membuka kedua pintu lemari itu. Di dalam lemari itu tidak ada raknya. Yang ada adalah tangga menuju ke atas.

“Wow!” pekik Rudi kagum.

“Tidak semua orang mengetahui tangga ini. Datuk hanya berbagi rahasia pada orang yang dipercaya,” bisik Datuk penuh rahasia.

Datuk menekan saklar lampu yang ada di dalam lemari. Setelah itu Datuk menaiki tangga itu sambil berpegangan pada pegangan tangga. Sepertinya tangga ini memang dibuat khusus untuk orang tua seperti Datuk. Pegangan tangga ada di kedua sisinya.

“Nah, kita sudah sampai,” seru Datuk dengan riang.

Sesampai di lantai atas, Rudi kembali menjadi tongkat bagi Datuk. Datuk menunjuk ke sebuah meja di dekat jendela. Meja tulis itu bentuknya bundar, warnanya kehitaman. Setelah didekati, Rudi baru menyadari kalau meja itu berasal dari batang pohon. Di atas meja itu ada sebuah buku, setumpuk kertas, dan sebuah gelas yang dipenuhi pensil. Ada pemberat kertas berbentuk rumah di atasnya.

tuk suka ke tempat ini untuk menulis. Datuk mengajakmu karena kamu juga suka menulis,” ujar Datuk sambil duduk di sebuah kursi hitam.

“Hmmm… Aku memang suka menulis. Atau lebih tepatnya mengetik di laptop. Aku sudah tidak pernah lagi menulis dengan pensil. Apalagi pensil HB seperti ini. Terlalu tipis,” kata Rudi sambil mengangkat sebuah pensil.

“Datuk dulu belajar menulis dengan menggunakan pensil HB. Sejak saat itu Datuk suka menulis dengan pensil HB,” sahut Datuk.

“Mengapa Datuk menulis di tempat ini? Bukankah Datuk bisa menulis di kamar lainnya? Atau di perpustakaan? Atau di kamar tidur?” tanya Rudi.

“Perpustakaan tempat Datuk membaca. Kamar tidur? Uh, Datuk selalu mengantuk kalau masuk ke kamar itu. Inilah tempat yang paling tepat untuk menulis. Datuk akan menuliskan kisah hidup Datuk. Apakah kamu mau mengetiknya?” tanya Datuk.

“Siap, Datuk!” tanggap Rudi.

“Rudi, bukakan dulu jendela itu. Setelah itu Datuk akan menceritakan sesuatu tentang tempat ini padamu,” kata Datuk.

Rudi segera menuju jendela yang dimaksud Datuk. Jendela itu berbentuk segitiga. Bentuknya mengikuti bentuk atap rumah. Rudi dapat membukanya dengan mudah. Sepertinya engsel jendela ini baru saja diminyaki. Angin berhembus sepoi-sepoi dari jendela itu.

“Tanah tempat rumah ini berdiri dulunya adalah sebuah bukit. Datuk membelinya ketika masih muda. Datuk membangun sebuah rumah kecil di puncak bukit itu dengan angin sepoi-sepi seperti ini. Saat itu, Datuk belum mampu membeli banyak perabotan. Datuk hanya memiliki sebuah meja yang Datuk buat dari batang pohon. Setelah Datuk berhasil mengumpulkan cukup uang, Datuk membangun rumah yang besar. Bahkan sangat besar. Datuk ingin menolong saudara-saudara yang belum memiliki tempat tinggal. Mereka boleh tinggal di rumah Datuk. Inilah rumah itu,” kata Datuk.

Penjelasan panjang lebar itu membuat Datuk terbatuk-batuk.

“Datuk, aku ambilkan air minum dulu, ya,” pamit Rudi sambil berlari ke bawah.

Rudi kembali ke kamar paling atas itu sambil membawa botol minum. Kamar yang ada di dalam lemari ini Rudi beri nama kamar nomor 18.

Paku dan Palu
Ada seorang anak yang pemarah dan egois hidup di suatu tempat bersama dengan Ibunya. Ia suka sekali marah kepada orang lain yang tidak salah, mengucapkan kata-kata buruk, dan bertingkah tidak sopan kepada orang tua.

Hal itu membuat orang di sekitarnya menjauhinya karena sering sakit hati mendengar ucapannya. Mengetahui hal tersebut, Ibunya mencari cara agar anaknya bisa menjadi lebih sabar.

Keesokan harinya, Ibunya membawa paku dan palu lalu memberikannya kepada anaknya. Ibunya berkata ketika anaknya marah, ia harus menancapkan paku ke pagar belakang rumah dengan menggunakan palu.

Ketika anaknya marah, ia memaku semua pagar hingga tidak ada paku yang tersisa. Sang anak menghampiri Ibunya dan mengatakan bahwa ia sudah menggunakan semua paku tersebut.
Kemudian Ibunya mengatakan bahwa ketika sedang marah, ia harus mencabut semua paku.

Keesokannya lagi, saat sang anak marah, ia mencabut semua paku hingga tidak tersisa satupun. Melihat hal tersebut, Ibunya menghampiri anak dan berkata, “anakku apa yang kamu lakukan sudah bagus, sekarang coba lihat lubang bekas paku pada pagar itu.”

“Lubang itu tidak akan pernah hilang walaupun dilapisi menggunakan cat. Seperti itu juga perkataan kita, apabila kamu menyakiti seseorang maka sebaik apapun kau meminta maaf, orang tersebut tidak akan pernah melupakannya.”

5. Kisah antara Semut dan Belalang

Suatu hari di musim panas yang terik dan melelahkan, seekor semut terlihat rajin bekerja mengumpulkan makanan. Ia mencari dan mengangkut bahan makanan yang ia temukan untuk dikumpulkan dan disimpan di dalam lumbungnya.

Meski panas yang terik dan hujan yang turun membasahi tanah dan tubuhnya ia tetap bekerja dengan giat agar nanti saat musim dingin tiba semut bisa memiliki persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Melihat hal ini si belalang menegur semut dan berkata,”Hey, Semut. Kenapa kau begitu rajin mengumpulkan makanan tanpa henti?”. Kemudian dijawab oleh semut,”Aku harus mengumpulkan banyak makanan agar saat musim dingin nanti tidak mati karena kelaparan”.

Mendengar jawaban si semut, belalang pun terbawa terbahak-bahak, katanya,”Hahahahaha kenapa repot sekali? Musim dingin masih lama!” Belalang pun berlalu sambil memakan daun yang jadi makanannya. Semut tetap bekerja dengan keras dan giat mengumpulkan makanan yang banyak, sementara sepanjang musim panas dan musim selanjutnya belalang tetap bermalas-malasan dan tidak mengumpulkan makanan untuk musim dingin di mana persediaan makanan nantinya akan sulit untuk dicari.

Sampai akhirnya musim dingin datang dan ternyata berlangsung lebih lama dibandingkan sebelumnya. Belalang pun hampir mati karena tidak punya cadangan makanan yang cukup dan minta makanan kepada semut. Semut yang baik hati tidak tega melihat belalang yang kelaparan dan mau berbagi makanan dengannya.

6. Cerita Kupu-Kupu yang Punya Hati Mulia

Di sebuah taman yang cantik, seekor semut kecil berjalan-jalan mengelilingi taman di pagi hari yang cerah. Sungguh hari yang indah untuk menikmati pemandangan taman dan saling menyapa dengan hewan yang lain. Lalu kemudian semut melihat ada sebuah kepompong menggantung di salah satu tanaman.

Semut kemudian berkata,”Kasian sekali kamu kepompong, sudah jelek tidak bisa ke mana-mana lagi. Ayo turun dan nikmati taman yang cantik ini!” Tapi kepompong tersebut diam saja dan tidak menanggapi semut. Kemudian semut pun melanjutkan jalan-jalannya tanpa menghiraukan kepompong.

Suatu hari karena kecerobohannya, semut jatuh ke dalam kubangan lumpur karena semalam hujan lebat. Karena tidak bisa berenang dan keluar dari lumpur, semut pun berteriak minta tolong. Kebetulan ada seekor kupu-kupu cantik yang melintas dan melihat semut yang sedang kesusahan.

Diambilnya ranting kecil kemudian diulurkannya ke arah semut, “Ayo semut! Raih ranting ini dan aku akan mengangkatmu keluar dari lumpur!” Semut pun meraih ranting tersebut dan berhasil keluar dari jebakan lumpur. Ketika akan berterima kasih kepada kupu-kupu, betapa malunya semut bahwa yang telah menyelamatkannya adalah kepompong jelek yang ia hina tempo hari. Ia pun meminta maaf pada kupu-kupu dan kupu-kupu pun memaafkannya.

7. Kisah Abu Nawas yang Mau Terbang

Di sebuah negeri Timur Tengah tempatnya 1001 malam terjadi, ada seorang pemuda bernama Abu Nawas yang membuat geger warga kerajaan. Ia mengaku mau terbang kepada orang-orang namun tidak ada yang percaya padanya. Karena kabar Abu Nawas yang mau terbang sangat heboh, berita ini pun sampai ke telinga Baginda Raja. Baginda kemudian memerintahkan rakyatnya untuk berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan Abu Nawas yang mau terbang, jika ia tidak berhasil maka Abu akan dihukum karena berbohong.

Abu Nawas kemudian naik ke menara yang tinggi dan mengepak-ngepakkan tangannya seperti mau terbang. Baginda Raja pun jenuh menunggu dan memanggil Abu Nawas turun ke bawah dan bertanya kenapa tidak kunjung terbang? Abu Nawas pun menjawab ia bilang hanya mau terbang, bukan bisa terbang. Mendengar hal ini pun Baginda tidak jadi menghukum Abu karena ia tidak berbohong.

8. Kisah Jaka dan Pengemis

Di sebuah desa, tinggallah seorang pria bernama Jaka dan juga keluarganya. Jaka memiliki seorang istri dan 3 anak yang harus diberinya makan. Sayangnya saat itu sedang musim hujan dan sudah lebih dari satu minggu hujan tidak berhenti. Karena hujan, Jaka tidak bisa bekerja untuk membeli makanan untuk anak dan istrinya, persediaan makanan pun sudah habis dan tidak cukup untuk hidup besok-besoknya.

Istri Jaka menghampiri suaminya dengan membawa lima buah kentang, katanya makanan di dapur tinggal itu saja dan tidak ada yang lain. Jaka kemudian menyuruh istrinya untuk memberikan kentang tersebut pada anaknya, dan ia akan keluar untuk mencari bahan makanan meski sedang hujan.

Ketika hendak keluar rumah, pintu rumah Jaka pun diketuk oleh seorang pengemis. Melihat pengemis yang renta dan kelaparan membuat Jaka tidak tega dan memberikannya lima buah kentang yang disimpannya untuk anak-anaknya. Pengemis tersebut menerima 4 buah kentang dari Jaka dan memberikan 1 sisanya kepada Jaka. Ia menyuruh Jaka untuk memberikan 1 buah kentang tersebut kepada anak-anaknya.

Setelah pengemis pergi, secara ajaib 1 buah kentang yang dipotong tersebut setiap potongannya akan menghasilkan 5 buah kentang yang baru, begitu seterusnya. Alhasil keluarga Jaka tidak lagi kekurangan makanan, bahkan ia bisa menanam sisa kentang untuk jadi bahan panennya nanti, dan sisanya ia berikan kepada tetangga-tetangganya.

Demikian 8 contoh cerita pendek anak SD yang dapat menjadi referensi.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm