Sonora.Id - Kreativitas menempati posisi penting dalam pendidikan, terutama dalam konteks Profil Pelajar Pancasila. Elemen ini mengajarkan siswa untuk tidak hanya mengikuti pola yang ada, tetapi juga mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, dan berdampak. Kemampuan untuk berinovasi dan menemukan solusi baru bukanlah hal instan. Kemampuan demikian lahir dari keingintahuan mendalam, pengamatan tajam, dan eksplorasi yang terus-menerus terhadap apa yang dipelajari.
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh sederhana dari kreativitas sering kali muncul tanpa disadari. Misalnya, perubahan dalam cara kita makan. Dahulu, makan dilakukan dengan tangan kosong, kemudian kita mulai menggunakan sendok. Lalu, garpu ditambahkan sebagai pelengkap. Dari alat makan yang sederhana ini, muncul berbagai kreasi yang melibatkan elemen seni, seperti ukiran pada sendok atau garpu yang terbuat dari logam, kayu, atau bambu. Kreasi-kreasi ini tidak hanya mempercantik alat makan, tetapi juga mempengaruhi cara orang menikmati makanan, menambahkan dimensi estetika yang lebih dalam.
Kreativitas juga bisa dimulai dari satu titik kecil. Bayangkan bagaimana sekumpulan titik dengan berbagai tingkat ketebalan dapat membentuk gambar atau lukisan yang indah. Proses ini mengajarkan kita bahwa dari sesuatu yang sederhana, dengan imajinasi dan keinginan untuk mencari hal baru, orang bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, kreativitas tidak hanya diharapkan dari siswa tetapi juga dari guru. Kurikulum ini mendorong pembelajaran lebih fleksibel, memungkinkan guru dan siswa mengeksplorasi ide-ide baru dan cara-cara kreatif dalam menyampaikan dan memahami materi pelajaran. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi penerima pasif informasi, tetapi juga menjadi pencipta aktif yang mampu memodifikasi dan menerapkan apa yang telah dipelajari.
Baca Juga: Satu Abad Perkumpulan Strada: Bertekad Tingkatkan Kualitas SDM menuju Indonesia Emas 2045
Beberapa karakteristik kepribadian yang erat kaitannya dengan produktivitas kreatif, dan dapat dikaitkan dengan elemen kreativitas dalam Profil Pelajar Pancasila. Mari kita uraikan beberapa aspek kunci dari data ini dan hubungannya dengan pengembangan siswa sebagai pelajar kreatif.
Pertama, Kerr (2024) menyebut istilah otonomi dan kemandirian. Dalam data disebutkan bahwa individu kreatif cenderung otonom dan tidak konformis dalam pemikiran dan tindakan. Hal tersebut berkaitan erat dengan bagaimana Profil Pelajar Pancasila mengharapkan siswa untuk menjadi kreatif. Seorang siswa kreatif tidak akan merasa terikat oleh norma atau metode konvensional, melainkan akan mencari solusi baru dan berbeda.
Sifat mandiri dalam berpikir memungkinkan mereka mengeksplorasi pendekatan yang tidak biasa dan mengembangkan gagasan orisinal. Seperti halnya Steve Jobs dan Steve Wozniak yang menciptakan Apple II dengan perspektif baru yang menggabungkan kebutuhan individu dan bisnis, siswa kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila juga dapat berpikir out-of-the-box dalam menciptakan karya yang relevan dengan situasi mereka.
Kedua, Kerr (2024) menegaskan pentingnya penguasaan pada bidang tertentu. Kreativitas juga dihubungkan dengan penguasaan pada suatu bidang tertentu. Hal demikian menunjukkan bahwa siswa tidak hanya diharapkan kreatif secara acak, tetapi juga perlu mengembangkan kemampuan mendalam pada bidang yang mereka minati. Seorang pelajar Pancasila seharusnya mampu memodifikasi dan menghasilkan karya inovatif karena mereka memiliki penguasaan kuat dalam suatu domain.
Misalnya, seorang siswa yang memiliki pemahaman mendalam tentang teknologi informasi bisa menghasilkan aplikasi atau perangkat lunak yang memiliki dampak besar pada masyarakat, sama seperti Jobs dan Wozniak dengan komputer mereka, atau Coco Chanel yang mengubah cara berpakaian melalui desain yang simpel tetapi penuh inovasi.
Ketiga, Kerr (2024), menyinggung perihal ketidakpastian dan ketidakseimbangan. Data juga menunjukkan bahwa orang kreatif tertarik pada ketidakseimbangan, ketidakpastian, atau kontradiksi. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pelajar kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila mampu menghadapi tantangan yang tidak mudah dan seringkali ambigu.
Mereka tidak menghindari kekacauan, melainkan melihatnya sebagai peluang menemukan solusi baru. Hal demikian merupakan esensi dari Kurikulum Merdeka yang mendorong siswa dan guru untuk menghadapi tantangan dengan cara kreatif dan inovatif.
Keempat Kerr (2024) dalam kreativitas, diperlukan kepercayaan dan kesadaran diri yang tinggi. Siswa kreatif juga ditunjukkan memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi serta kesadaran diri yang luas dan fleksibel. Hal tersebut penting dalam konteks Pelajar Pancasila karena siswa kreatif percaya pada kemampuan mereka sendiri dalam menghasilkan karya atau gagasan yang bermanfaat. Mereka juga harus fleksibel dalam menghadapi perubahan dan tantangan baru, sama seperti Leonardo da Vinci yang mampu mencapai keberhasilan di berbagai bidang.
Kelima, Kerr (2024) memandang perlunya kepemimpinan intelektual dan sensitivitas terhadap masalah. Kreativitas dalam Profil Pelajar Pancasila dapat ditunjukkan melalui kepemimpinan intelektual dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Siswa kreatif tidak hanya menciptakan sesuatu yang baru, tetapi juga peka terhadap masalah yang ada dan berusaha menawarkan solusi relevan dan inovatif. Seorang pelajar kreatif akan mampu melihat permasalahan di sekitarnya sebagai peluang untuk menciptakan terobosan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, atau budaya.
Data karakter kreatif di atas memberikan gambaran kuat tentang kepribadian yang mendukung kreativitas, dan semuanya relevan dengan upaya membangun Profil Pelajar Pancasila. Pelajar diharapkan memiliki kemandirian, penguasaan dalam bidang tertentu, ketangguhan dalam menghadapi ketidakpastian, kepercayaan diri yang kuat, serta kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat. Kreativitas adalah kekuatan dalam mengubah dunia, dan Kurikulum Merdeka bertujuan menumbuhkan potensi ini dalam diri setiap siswa.
Pada akhirnya, kreativitas dalam Profil Pelajar Pancasila merupakan elemen kunci dalam membentuk generasi yang tidak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan, tetapi juga mampu menciptakan perubahan itu sendiri. Siswa kreatif akan terus mencari terobosan yang bermanfaat bagi masyarakat, tidak puas dengan keadaan yang ada, dan berusaha sungguh demi memberikan kontribusi berarti dalam setiap aspek kehidupan. Kurikulum Merdeka, dengan fokusnya pada kemandirian dan inovasi, memberikan ruang yang luas bagi siswa dalam mengembangkan potensi kreatif mereka.
Penulis : Odemus Bei Witono,
Direktur Perkumpulan Strada, dan Pemerhati Pendidikan