Sonora.ID - Dalam artikel ini kami sajikan link PDF contoh teks khutbah Jumat 2 Oktober 2024 tentang sabar dalam Islam.
Sabar adalah salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai ujian dan tantangan yang dapat menguji ketahanan jiwa kita.
Oleh karena itu, memahami konsep sabar tidak hanya penting untuk menghadapi kesulitan, tetapi juga untuk membangun karakter dan kedamaian batin.
Dalam Al-Qur'an, sabar diibaratkan sebagai perisai yang melindungi seseorang dari kehampaan jiwa dan mengarahkan mereka menuju kebahagiaan yang hakiki.
Kesabaran bukan hanya sekadar menahan diri dari reaksi negatif, tetapi juga mencerminkan sikap tawakal, ikhlas, dan penuh pengharapan kepada Allah.
Dengan memahami dan mengamalkan sabar, kita dapat meningkatkan keimanan dan meraih berkah dalam setiap ujian yang kita hadapi.
Melalui khotbah jumat berikut ini, mari kita dalami makna sabar dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari perjalanan kita menuju iman yang lebih kuat.
Baca Juga: Link PDF Khutbah Jumat 20 September 2024: Taat Pada Allah dan Rasul
Teks Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Sabar dalam Islam
SABAR DALAM ISLAM
Oleh: Prof. Dr. H. JM. Muslimin, M.A.
Segala puji bagi Allah, alam semua berseru puji-pujian. Zat Yang Maha Menjaga perjalanan waktu, Maha Memberi kesempatan kepada kita semua, Maha Menghitung dan Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui dan Dialah Zat Yang Memberitahu.
Dengan cahaya-Nya, Ia memberikan petunjuk, khususnya lewat firman-firman-Nya dalam Al-Qur‘ān.
Mari kita berselawat kepada Baginda Nabi Muḥammad saw. “Allāhumma ṣalli‘alā Sayyidinā Muḥammad,” yang telah menjadi contoh yang terbaik, memberikan kita wasiat, sehingga Al-Qur‘ān menjadi cahaya dan syafa`at untuk meraih kebenaran hidup yang hakiki.
Jemaah yang dirahmati Allah Yang Maha Esa,
Di awal khotbah ini, perlu ditekankan bahwa kekacauan dalam hidup dapat bermula dari komunikasi yang tidak efektif.
Komunikasi yang kacau ini sering kali bersumber dari jiwa yang kacau. Jiwa yang kacau pun dapat ditelusuri kembali ke hati yang tidak tenang.
Akar dari hati yang kacau terletak pada pola pikir yang keliru. Dan di balik pola pikir yang keliru tersebut, terdapat database di kepala kita yang berisi informasi yang kacau.
Ketika hidup kita kacau akibat informasi yang salah di dalam diri, maka ujungnya pun akan kacau pula.
Ujung kehidupan ini, yang biasa disebut dengan kematian, tak terelakkan oleh
semua makhluk hidup.
Namun, kematian bukan akhir dari segalanya. Pertanyaan yang lebih penting adalah: bagai-
mana akhir hidup kita? Apakah dengan baik (ḥusnul khātimah) atau dengan buruk (su`ul khātimah)?
Saudaraku Jemaah yang dirahmati Allah Yang Maha Cinta,
Bagaimana kehidupan kita bisa dikuasai oleh komunikasi, jiwa, dan hati yang salah? Akarnya terletak pada pendapat, ayat, dan pemikiran yang tidak tepat untuk kita konsumsi.
Kita mencerna informasi, mengucapkannya, dan membiarkannya membentuk hati kita. Hati yang penuh dengan informasi yang salah kemudian menjadi jiwa yang kacau.
Bahkan begini, ada ayat dalam Surah al-Ankabūt bunyinya begini:
“Apakah manusia itu mengira mereka dicampakkan begitu saja? di bumi ini maksudnya ya, lalu dengan seenaknya mengatakan “kami beriman”, padahal mereka belum difitnah (maknanya belum diuji). Padahal mereka belum diuji, kok seenaknya mengatakan demikian.
Bahkan dalam sebuah ḥadīṡ yang diriwayatkan oleh aṭ-Ṭabrānī:
“Kalau Allah senang pada suatu kaum, maka Allah pasti mengujinya.” Bahkan, diredaksi yang lain, kata qauman menjadi ‘abdan, “Kalau Allah mencintai seseorang, maka Allah mengujinya.”
Lalu apa sih tujuan Allah memberikan musibah itu? apa? Dalam Surah al-Baqarah ayat-156 yang berbunyi:
Rupanya tujuannya untuk perbaikan jiwa kita, supaya ada dinamika. Karena kalau hidup ini mulus terus, tidak ada cobaan, ujian, musibah, dan sebagainya, maka orang-orang akan jumawa, sombong, songong, bahkan lupa statusnya sebagai hamba.
Jadi Allah membuat sebuah mekanisme dari kalimat “innā lillāhi wa innā ilaihi rāji`ūn” bahwa se-
bagai fungsi agar manusia sabar, dengan kesabaran paling sempurna.
Apa itu kesabaran dari kalimat innā lillāhi itu, Ibnu Asyūr menyebutnya kesabaran itu bersamaan dengan basyīrah, eye of heart, mata hati. Kesabaran yang muncul dari hati.
Bukan hanya memandang peristiwanya, tapi meta peristiwa (peristiwa di balik peristiwa).
Jadi begitu bencana datang, Ia tidak hanya meratakan, meluluhlantahkan yang durhaka, yang zalim, yang menyalahgunakan ilmunya, yang menyalahgunakan kuasanya, yang menyalahgunakan falisitas Tuhan saja.
Tapi semuanya ditimpa. Di sini, ada orang-orang yang derajatnya mukhliṣīn (sabar
dengan itu), ada orang yang mau tidak mau dipaksa sabar, dipaksa ikhlas, namanya mukhlaṣīn.
Lanjut menurut Imām ar-Rāzy, bahwa orang yang ditimpa musibah harus rida. Dengan menyatakan “innā lillāhi wa innā ilaihi rāji`ūn”, kita rida kepada what next.
Kepada segala bencana, malapetaka, musibah yang akan datang kemudian, yang itu semua di luar kendali kita.
Begitu luasnya yang dihimpun oleh sabar. Tidak lupa juga dengan perkataan Baginda Sulaiman, “Hażamin faḍli Rabbī”, ini bahagian (faḍīlah) keutamaan dari Tuhanku agar Dia menguji, akfuru aw asykuru. Jadi kalau kita ditimpa musibah apakah kita ini kufur atau syukur.
Saudaraku yang dirahmati Allah Yang Maha Sayang,
Di lain kesempatan, saya ingin menjelaskan bahwa pikiran kita memiliki kekuatan untuk membentuk hati dan jiwa kita.
Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kata-kata. Semakin sering kita mengulang-ulang kata, semakin besar pengaruhnya terhadap hati dan jiwa kita.
Makanya orang-orang dulu sering mengingatkan “mulutmu adalah harimaumu”. Nabi Muḥammad saw. pernah mengingatkan kita bahwa, “kata-katamu adalah doamu”.
Artinya, apa yang kita ucapkan memiliki kekuatan untuk memengaruhi kehidupan kita.
Marilah kita hindari mengucapkan kata-kata yang dapat menghambat keimanan dan perubahan karakter kita menjadi lebih baik.
Salah satu contohnya adalah ucapan “Sabar-sabar, sabarkan ada batasnya, bagaimana saya bisa sabar ini kan sudah keterlaluan”.
Ucapan ini menunjukkan kesalahpahaman tentang kesabaran. Pertanyaan yang muncul adalah:
bagaimana cara untuk sabar? Jawabannya hanya satu: Sabarlah. Tidak ada cara lain. Kesabaran itu sendiri merupakan caranya. Oleh karena itu, hentikanlah mengucapkan “sabar ada batasnya”.
Rasūlullāh saw. bersabda, “Bukanlah sabar kalau itu ada batasnya”. Setelah mendalami lebih lanjut, ternyata sabar memang memiliki batasnya, yaitu kematian.
Orang yang mati tidak lagi memiliki pilihan untuk tidak sabar. Mereka pun terpaksa sabar, karena diam merupakan bentuk kesabaran.
Jadi, apasih sebenarnya definisi kesabaran dalam Islam? Sederhananya sabar
merupakan makna hidup-prinsip-ideologi yang kita pegang teguh dan kita jalani.
Makna, nilai-nilai, falsafah yang kita pegang teguh dan kita jalani. Itulah kesabaran dalam Islam yang mana panduannya adalah Al-Qur‘ān dan Al-Ḥadīṡ.
Tapi, kenapa sih orang yang sudah sampai di puncak ketenaran, pengetahuan, kekayaan, kenapa masih kacau-berantakan-bunuh diri?
Karena mereka gagal menemukan makna sabar. Nah itu dia masalahnya. Kalau kita melihat sabar dari ayat-ayat Al-Qur‘ān, sungguh sangat banyak ayat yang berbicara tentang sabar, bahkan tidak kalah banyak dari ḥadīṡ-ḥadīṡ tentang sabar.
Namun tidak ada habisnya untuk membahasnya satu persatu, atau bahkan mungkin ayat-ayat
tertentu yang mungkin cukup untuk menafsirkan sabar.
Sabar itu bukan jawaban, tapi cara. Jadi jangan tanya bagaimana cara sabar, karena sabar itu adalah cara.
Kalau orang masih bertanya “bagaimana caranya sabar?” Itu artinya ia tidak tahu bahwa sabar itu adalah cara. Cara untuk tenang? ya sabar. Jangan tanya bagaimana caranya, karena jawabannya, “sabarlah!”
Sabar itu tidak berat, cuma diucapkan–ditelan, “sabar, bismillāhirraḥmānirrahīm! sabar”. “Tapi masih sakit!” berarti
itulah tandanya Anda belum sabar. Terus, bagaimana caranya supaya kita tahu kita sudah sabar?
Nikmatnya itu sakit, asyiknya ya, asyiknya. Nikmatnya dia mengkhianati saya, nikmatnya. Belum pernah merasakan kan? Nanti coba rasakan nikmatnya, betapa nikmatnya jadi orang sabar.
Bahkan jangan tanya imbalan orang sabar, Al-Qur‘ān menyebut banyak sekali balasan orang sabar, sungguh kalau saya sebuat dalam satu kata, balasannya “Ajaib”.
Dan jika sabar telah bersatu dengan darah daging kita, mengalir dia di seluruh urat nadi kita, dalam setiap hembusan nafas kita, maka percayalah bahwa Allah akan merubah hidup kita
jauh lebih indah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Kini saatnya manfaatkan waktu kita yang masih hidup untuk memaksa diri kita untuk sabar. Hindarilah pemikiran “Saya tidak mau kalau saya terpaksa, saya tidak mau kalau saya dipaksa”.
Menurut ilmu jiwa, pintu gerbang untuk melakukan perubahan besar dalam hidup kita adalah dengan memaksa diri kita.
Hanya dengan memaksa diri, kita dapat berpindah dari satu takdir ke takdir yang lain.
Saudaraku yang dirahmati Allah Yang Maha Rindu,
Kita diciptakan untuk hidup bahagia bersama Allah. Namun, mungkin Anda bertanya, “Bagaimana jika kami sedang tidak bahagia?”
Jawabannya adalah tetaplah berusaha untuk bahagia, meskipun hati Anda sedang menderita. Ketahuilah, bahwa penderitaan itu pun ciptaan Allah dan bagian dari rencana-Nya.
Sungguh kita harus memahami bahwa kita diperintahkan untuk bahagia berada di jalan Allah. Namun, mungkin Anda bertanya lagi, “Bagaimana mungkin bahagia jika sedang sedih, sakit hati, atau ditimpa musibah?”
Ini terjadi karena sebagian orang belum mau merenungkan dan memahami lebih dalam. Mereka memisahkan antara perasaan mereka dan kehendak Allah.
Seakan-akan yang menyenangkan itu dari Allah, sedangkan yang tidak menyenangkan itu bukan dari Allah.
Inilah yang saya sebut sebagai pemisahan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, visi dan misi kita adalah mengarahkan diri untuk bisa bahagia di jalan Allah.
Anda mungkin bertanya, “Bagaimana jika tidak bahagia?” Pertanyaan saya balik kepada Anda, “Adakah kesedihan yang bukan ciptaan Allah?”
Banyak orang menolak untuk berubah karena takut terpaksa. Mereka beralasan, “Untuk apa saya melakukan ini kalau pada akhirnya terlihat bersih di luar tapi kotor di dalam?”
Mari kita renungkan, kira-kira mana yang lebih baik: terlihat bersih di luar tapi kotor di
dalam, atau terlihat kotor di luar tapi sedang berusaha menjadi bersih?
Menurut saya, yang lebih baik adalah pilihan yang menunjukkan usaha (ikhtiar). Tidak masalah jika kita belum sepenuhnya bersih di dalam, yang penting kita sudah mulai membersihkan diri dari luar.
Dengan terus berusaha, kebersihan luar akan terpancar ke dalam. Intinya, yang penting adalah kita sudah memulai untuk membersihkan diri.
Ini merupakan langkah awal yang penting untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
Saudaraku! semoga khotbah ini cukup menjadi data referensi yang baik untuk membentuk mindset kita tentang sabar, dan semoga pas di hati, dan mudah dikomunikasikan dalam perbuatan kita sehari-hari.
Mungkin akan ada yang menuduh kita sok beriman. Tapi, menurut saya, lebih baik dituduh sok beriman daripada sok kafir.
Demikianlah pesan singkat. Selamat merenungkan dan semoga selalu diberikan pemikiran yang indah. Tetap semangat dan junjunglah sabar di mana pun bumi dipijak!
Link PDF Teks Khutbah Jumat 4 Oktober 2024
Untuk mengunduh teks di atas secara lebih lengkap, kamu bisa klik tautan di bawah ini.
Link PDF Teks Khutbah Jumat 4 Oktober 2024
Demikianlah paparan contoh teks Khutbah Jumat 4 Oktober 2024 sebagai bahan referensi lengkap dengan link PDF untuk mengunduhnya.
Baca Juga: Link PDF Teks Khutbah Jumat 13 September 2024: Mencintai Rasulullah SAW
Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.