Adapun rincian anggaran untuk pembangunan PLBN tersebut yaitu PLBN Napan di Timur Tengah Utara di NTT, anggarannya Rp 128 miliar. Yang kedua PLBN Serasan di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, anggaran Rp 145 miliar.
"Yang ketiga PLBN Jagoi Babang ini di Kabupaten Bengkayang di Kalimantan Barat dibangun dengan anggaran Rp 224 miliar. Dan yang keempat PLBN Seinyamo di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, dibangun dengan biaya anggaran Rp 248 miliar," jelasnya.
Dia melanjutkan yang kelima, PLBN Labang di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara dibangun dengan anggaran Rp 210 miliar. Adapun yang ke-6 PLBN Long Nawang di Kabupaten Malino Provinsi Kalimantan Utara dengan anggaran Rp 243 miliar.
"Kemudian yang ketujuh di Yetekun, di Distrik Ninati Kabupaten Boven Digul, Papua Selatan, dibangun dengan anggaran biaya Rp 127 miliar," kata Jokowi sembari menutup sambutannya.
Sementara itu, Pj. Gubernur Kalbar mengatakan bahwa PLBN-PLBN di Kalbar termasuk yang telah diresmikan hari ini diharapkan menjadi gerbang peningkatan ekspor produk-produk unggulan Kalbar.
Baca Juga: Ombudsman Kalbar Jemput Bola, Buka Gerai Di PLBN Entikong
"Dengan begitu perekonomian Kalbar akan meningkat, dan saya harapkan PLBN di Provinsi Kalbar dapat menjadi pusat perekonomian bagi wisatawan mancanegara maupun lokal," harap Harisson.
Dirinya berharap keberadaan PLBN-PLBN di Provinsi Kalbar akan menumbuhkan sentra-sentra ekonomi daerah perbatasan bagi para pelaku UMKM.
"Banyak orang Malaysia itu berbelanja ke Kota Bandung, ke Jakarta, hal ini seperti saya harapkan mereka tidak perlu lagi untuk kesana melainkan kita yang membawa produk-produk kita ke perbatasan. Jadi warga Malaysia/Sarawak itu berbelanja di pasar PLBN kita, dengan begitu akan membuat tumbuh kembang UMKM maupun sentra ekonomi di PLBN," tutup Harisson.
Peresmian PLBN yang berdiri di atas lahan seluas 143.200 meter persegi ini menandai babak baru dalam upaya pengembangan wilayah perbatasan di Kalimantan Barat.
Berdasarkan informasi yang kami himpun, Infrastruktur di PLBN dan merupakan tapal batas antara Indonesia dan Serikin (Malaysia) ini didominasi motif budaya Dayak Bidayuh, seperti gerbang kedatangan yang menampilkan tameng ukiran dayak dan menara pengintai yang dibuat menyerupai Rumah Baluk.
Baca Juga: Lakukan Audiensi, Konjen RI di Sarawak Harap PLBN Indonesia-Malaysia di Kalbar Bisa Optimal
Suku Dayak Bidayuh adalah salah satu dari tujuh suku besar Dayak di Kalimantan yaitu Murut, Banuaka, Ngaju, Iban, Kayan, Ma'anyan, dan Bidayuh. Populasi masyarakat Dayak Bidayuh mencakup wilayah Kabupaten Sanggau, Bengkayang, dan sebagiannya menyebar di wilayah Sekadau, Ketapang, dan Sambas.
PLBN Jagoi Babang bagian dari Program Strategis Pembangunan 11 PLBN dan telah diatur dalam Inpres nomor 1 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan 11 Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan.
Kawasan ini memiliki tiga zona, yakni zona penunjang 1 sebagai tempat wisma dan mess, zona penunjang 2 sebagai lokasi rekreasi, ibadah, dan perdagangan, serta zona inti yang merupakan bangunan utama PLBN Jagoi Babang. Ketiga zona ini menjadi saksi bisu pergerakan ekonomi di tapal batas Indonesia.
Dari sisi aktivitas perlintasan barang, komoditas ekspor yang berlalu-lalang di PLBN Jagoi Babang adalah hasil pertanian seperti sayur dan buah serta kerajinan rotan. Sedangkan komoditas impornya adalah bahan kebutuhan pokok, seperti makanan dan sabun.
Dengan investasi infrastruktur yang signifikan dan visi untuk menjadikan PLBN sebagai sentra ekonomi, diharapkan fasilitas ini akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat perbatasan, serta penguatan keamanan dan kedaulatan negara.
Langkah strategis ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan hingga ke wilayah terdepan Indonesia, sekaligus membuka peluang baru bagi Kalimantan Barat untuk memaksimalkan potensinya sebagai gerbang perdagangan internasional.
Baca Juga: Wagub Kalbar Kunjungi PLBN Jagoi Babang