Indonesia, lanjut Ukik, juga berkomitmen memperkuat pelaksanaan Aksi Program ICPD dan pengarusutamaan SDGs di tingkat daerah. Sejak tahun 2014, kabupaten-kabupaten telah menyusun Grand Desain Pembangunan Kependudukan.
Pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia menerapkan SDGs Desa untuk melokalisasi tujuan SDGs. SDGs Desa memastikan bahwa suara dari akar rumput didengar dan bahwa masyarakat setempat memiliki rasa kepemilikan atas proses pencapaian tujuan SDGs.
Secara keseluruhan, selama tiga puluh tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan pencapaian yang mengesankan di luar dari sekadar memenuhi target numeriknya.
Sejalan dengan semangat ICPD, Indonesia telah memasukkan prinsip-prinsip inklusivitas, penentuan nasib sendiri, pemberdayaan, dan hak asasi manusia ke dalam kebijakannya.
"Kami yakin bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk mengambil peran yang lebih signifikan dalam kerja sama internasional. Khususnya di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, pembangunan keluarga, kependudukan serta penurunan stunting di antara negara-negara Asia Pasifik," ujarnya.
Indonesia juga ingin menjadi bagian dari berbagi pengetahuan dan kerja sama dengan negara-negara Asia-Pasifik berdasarkan timbal balik dan saling menguntungkan.
Ditambahkan Ukik, bahwa 60 persen penduduk dunia bermukim di kawasan Asia-Pasifik. Sehingga program kependudukan, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan pembangunan lainnya sangat penting untuk kawasan tersebut.
"Indikator di kawasan Asia-Pasifik bergerak sedikit saja akan mempengaruhi indikator global," jelasnya, seraya mengingatkan perlunya ada penyikapan tersendiri atas fenomena penduduk di kawasan ini yang semakin menua, dengan anak-anak yang semakin mengecil jumlahnya.
Dijelaskan, saat ini BKKBN tengah menyusun dokumen-dokumen terkait "profilling BKKBN in the future". "Perlu ada peremajaan kembali struktur dari institusi kita (BKKBN) dan bagaimana BKKBN menata program kependudukan di masa depan," urai Ukik.
Dalam kegiatan ini juga akan digelar kunjungan lapangan dari delegasi yang hadir ke satu lokasi yang memiliki program Layanan Terpadu Lansia. "Lansia akan kita muliakan (berdayakan: produktif, sehat tangguh dan mandiri), sehingga bonus demografi kedua bisa dicapai Indonesia" tambah Ukik.
Selain persoalan kependudukan, perubahan iklim juga menjadi fokus penting dalam pertemuan ini. Dampak perubahan iklim terhadap kondisi sosial dan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik tak bisa diabaikan. Negara-negara di wilayah ini sering menghadapi bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem yang semakin memperburuk ketidakstabilan populasi.
Sebagai salah satu negara dengan populasi besar, Indonesia juga ikut merasakan dampak perubahan iklim. Berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, sering kali mengalami banjir yang mempengaruhi kehidupan jutaan penduduk. Jika tidak ada mitigasi yang efektif, perubahan iklim dapat memperparah permasalahan sosial dan ekonomi di masa depan.
Dalam rangkaian pertemuan ini, berbagai negara anggota AFPPD akan berbagi pengalaman serta membahas implementasi International Conference on Population and Development Program of Action (ICPD PoA) dan Agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.
Isu-isu tersebut akan menjadi topik utama yang dibahas selama pertemuan. Dengan harapan bisa menghasilkan langkah-langkah konkret untuk menghadapi tantangan kependudukan dan perubahan iklim di kawasan Asia-Pasifik.
Keterlibatan anggota parlemen dari berbagai negara sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di tengah dinamika perubahan demografi.
Para pemangku kepentingan dari Indonesia, termasuk perwakilan dari DPR RI, BKKBN, dan Bappenas, juga hadir dalam pertemuan ini. Mereka berperan aktif dalam merumuskan solusi yang dapat membantu negara-negara di kawasan Asia-Pasifik menghadapi tantangan-tantangan ini.
Pertemuan ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi antarnegara dalam menghadapi isu-isu kependudukan dan pembangunan, serta mempersiapkan langkah-langkah konkret menuju keberlanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di Asia-Pasifik.
Salah satu delegasi dari Malaysia, Howard Lee Chuan How mengatakan dalam konferensi ini bahwa delegasi Malaysia juga mewakili ketamadunan atau peradaban di seluruh Asia Tenggara, termasuk ketamadunan India, China, dan Nusantara.
Sebagai sebuah negara yang terdiri dari banyak kaum, agama dan keturunan, Malaysia memang satu contoh dari berbagai budaya yang di satukan dalam satu tempat, khususnya dalam isu-isu kependudukan dan juga pembangunan, termasuk lansia.
°Hasil diskusi nanti akan kami bawa ke parlemen dan partai-partai politik masing-masing, di mana akan menjadi pengaruh besar untuk mengubah diskurs di masyarakat khalayak ramai," ucapnya.
"Saya akan fokus kepada perbincangan yang inovatif di Malaysia khususnya dalam bidang lanjut usia dan bagaimana kita menerapkan nilai-nilai moral murni Asia di Nusantara dan juga membuat kebijakan yang berdasarkan keperluan. Kita reka cipta sesuatu yang khusus untuk lanjut usia," tambahnya.
“Kita perlu mencari jalan keluar yang lebih bahagia, lebih seimbang dan lebih sesuai untuk masa kini dan masa depan,” ujar Lee.