Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa maksud dari ayat di atas ialah perintah untuk berpegang teguh dengan agama Allah dan tidak bercerai berai setelah masuk ke dalam Islam. Allah juga memerintahkan untuk selalu mengingat nikmat-nikmat-Nya.
Dalam ayat ini, Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa perintah untuk mengingat nikmat Allah ditujukan untuk dua suku besar pada zaman Nabi saw yang bertikai dalam jangka waktu yang lama yaitu Aus dan Khazraj.
Kedua suku tersebut kemudian masuk Islam dan menjadi saudara. Allah memberikan nikmat kepada mereka dengan mempersatukan hati mereka dalam persaudaraan sesama muslim.
Selain juga, Allah mengingatkan kepada mereka nikmat berupa diberi hidayah sehingga masuk Islam dan diselamatkan dari api neraka.
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir juz VIII halaman 311 menyimpulkan, maksud dari tali Allah pada ayat di atas ialah segala sesuatu yang dapat menjadi perantara melakukan kebaikan di jalan agama.
Karenanya, para ahli tafsir memiliki pemaknaan yang beragam.
Ibnu Abbas misalnya, memaknai tali Allah dengan janji Allah yang harus dipenuhi oleh manusia yang juga tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 40 dan Al-Imran ayat 112. Beberapa makna dari tali Allah juga dijelaskan oleh ahli tafsir lain.
Di antaranya yaitu Al-Qur’an, agama Allah, taat kepada Allah, ikhlas dalam tobat, ataupun bersatu dalam jamaah.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Dari semua makna yang disebutkan oleh ulama ahli tafsir, Imam Ar-Razi menjelaskan bahwa semuanya merupakan tali-tali Allah yang harus dipegang teguh untuk mengarungi dunia dan selamat dari panas neraka Jahanam.
Adapun makna larangan bercerai-berai pada ayat, Imam Ar-Razi menjelaskan bahwa ada tiga (3) makna kemungkinan maksud darinya:
Hal ini merujuk pada beberapa riwayat hadits. Di antaranya dari Imam At-Tirmidzi dan Abu Dawud yang mengatakan, umat Nabi saw akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
Dari 73 golongan yang selamat hanya satu golongan. Nabi Muhammad saw menyebutkan yang selamat ialah Al-Jama'ah, As-Sawwadul A’zham (golongan mayoritas), atau golongan yang mengikuti Nabi saw dan para sahabat Nabi.
Lebih lanjut Imam Ar-Razi menjelaskan, pada ayat ini pula Allah memerintahkan untuk selalu mengingat nikmat-Nya, nikmat yang dimaksud ialah nikmat duniawi dan nikmat ukhrawi.
Nikmat duniawi yang dicontohkan ialah Allah yang mempersatukan dua suku yang telah bertikai sejak lama pada masa Jahiliyah yaitu suku Aus dan Khazraj.
Allah meluluhkan hati mereka dan mempersatukan mereka dalam ikatan persaudaraan sesama muslim setelah keduanya masuk Islam.
Sedangkan nikmat ukhrawinya ialah mereka yang diselamatkan dari api neraka setelah diberikan keimanan dan mati dalam keadaan Islam.
Dengan demikian, ada dua garis besar yang menjadi elemen penting dalam kehidupan di dunia, yaitu berpegang teguh pada agama Allah dan selalu mengingat nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
Nikmat yang sangat banyak sehingga kita tidak akan mampu menghitungnya. Namun dari semua nikmat, nikmat Iman dan Islam yang paling utama.
Sebab dengan keduanya, kebahagiaan di dunia dan akhirat dapat diperoleh.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ