Sonora.ID – Apakah Anda mengenal istilah Doom Spending? Sejatinya sebutan ini berkaitan dengan gaya hidup genarasi Z hingga Milenial.
Yang mana segalanya akan serba mudah terutama di era digital seperti sekrang ini.
Fenomena konsumsi yang tidak terkendali terus terjadi bahkan pada saat ini berbelanja kerap kali dianggap sebagai self care atau self reward.
Yang mana seseorang terus mengeluarkan uang tanpa mempertimbangkan segalanya dan hanya berdasarkan dorongan emosional.
Doom spending adalah sebuah istilah yang popular untuk menggambarkan kebiasaan berbelanja tanpa adanya perhitungan.
Istilah ini kerap kali mengacu pada perilaku yang cenderung konsumtif tidak terkendali.
Baca Juga: 4 Zodiak yang Impulsif dan Boros Belanja, Harus Belajar Kontrol Diri!
Yang mana hal ini terjadi ketika adanya ketidakpastian finansial atau bahkan krisis pribadi. Singkatnya doom spending adalah perilaku belanja yang tidak rasional atau kurang kantrol diri yang mana sering kali didorong oleh emosi negative, layaknya kecemasan, stress, atau bahkan ketakutan dimana salah satu cara menenangkan perasaan adalah dengan cara belanja yang implusif.
Pada dasarnya doom spending terjadi karena beberapa faktor. Salah satu faktor utama terjadinya lantaran terlalu sering membandingkan diri mereka dengan orang lain.
Kemudian gaya hidup mewah dan juga barang-barang mahal yang akan ditampilkan pada beberapa sosial media.
Ingin terlihat memiliki kehidupan sebagaimana yang difikirkan dan membutuhkan validasi dari orang sekitar mengenai kehidupannya.
Untuk lebih jelasnya berikut beberapa ciri-ciri seseorang mengalami Doom Spending:
Baca Juga: Cara Belanja di TikTok Shop Terbaru! Banyak Diskon Harbolnas 12.12
1. Belanja impulsif tanpa pertimbangan
Salah satu ciri paling umum dari doom spending adalah keputusan untuk membeli barang secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi, anggaran dan kebutuhan.
Pembelian ini biasanya tidak direncanakan dan terjadi secara mendadak, sering kali disebabkan oleh dorongan emosional.
2. Menggunakan kredit atau paylater
Ketika kamu terjebak dalam prilaku doom spending, kamu sering kali menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk mendanai ekspektasimu.
Tentu hal ini akan menciptakan lingkaran hutang, jika tanpa diimbangi dengan pendapatan.
3. Berbelanja sebagai respons terhadap stres atau kecemasan
Banyak orang yang terlibat dalam doom spending menggunakan belanja sebagai pelarian dari masalah emosional mereka.
Perlu diingat bahwa berbelanja memberikan kepuasan dan pengalihan sementara, tetapi dalam jangka panjang, tidak menyelesaikan akar masalah yang mendasari stres atau kecemasan tersebut.
Baca Juga: 4 Zodiak Pencinta Promo, Pantang Belanja Kalau Enggak Diskon!
4. Mengabaikan kondisi keuangan
Jika kamu terjebak dalam prilaku doom spending, kamu sering kali mengabaikan situasi keuanganmu.
Meskipun memiliki keterbatasan anggaran, kamu tetap melakukan pembelian yang tidak perlu atau bahkan melebihi kemampuan finansialmu, Beauties.
5. Rasa bersalah setelah Berbelanja
Setelah melakukan pembelian impulsif, kamu akan mengalami rasa bersalah atau menyesal.
Ini adalah tanda bahwa pembelian tersebut tidak didasarkan pada kebutuhan, melainkan hanya untuk memuaskan dorongan sementara.
6. Keinginan untuk berbelanja lebih
Kurangnya kontrol diri dan manajemen stres yang buruk dapat meningkatkan risiko semakin besarnya frekuensi belanja impulsif.
Di sisi lain, dorongan emosional yang tidak diatasi juga memperbesar motivasi prilaku doom spending.
Baca Juga: Berencana Liburan ke Singapura? Yuk Intip Rekomendasi Tempat Belanja di Singapore!