3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati

7 November 2024 13:46 WIB
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati ( unsplash.com)

Mengawali khutbah Jumat pada kesempatan mulia kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.

Pesan penting tentang ketakwaan ini wajib disampaikan oleh setiap khatib karena menjadi salah satu rukun dalam khutbah Jumat.

Artinya, jika tidak menyampaikan wasiat tentang takwa, maka tidak lengkaplah rukun khutbah Jumat yang bisa berdampak kepada tidak sahnya rangkaian shalat Jumat yang dilakukan.

Wujud ketakwaan ini adalah dengan patuh menjalankan perintah Allah dan ikhlas meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Jika ketakwaan sudah terpatri dalam diri setiap kita, maka insyaallah kita mampu menjaga keimanan dan keislaman kita dengan kuat.

Ketakwaan, keimanan, dan keislaman merupakan paket lengkap sebagai modal dalam mengarungi kehidupan dunia agar senantiasa tetap di jalan Allah swt.

Pesan ini sering disampaikan para khatib dalam khutbahnya melalui ayat Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 102:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ Baca Juga

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."

Pada kesempatan kali ini, khatib juga mengajak kepada jamaah Jumat untuk senantiasa mengingat apa yang sering disampaikan bilal sebelum khatib naik mimbar melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Artinya: "Apabila kamu berkata kepada temanmu "diamlah" pada hari Jumat, sementara imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat tiada guna." [HR al-Bukhari]

Melalui hadits ini, kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang bisa menjaga diri untuk tidak banyak berbicara dan memahami situasi dan kondisi di mana, kapan, dan dengan siapa kita berbicara.

Hal ini penting kita ingat dan aplikasikan bukan hanya pada saat khatib sedang menyampaikan khutbah saja, namun juga dalam aktivitas interaksi dengan orang lain dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Kecenderungan manusia memang suka didengarkan daripada mendengarkan. Kita bisa amati bersama dalam sebuah forum bisa dipastikan ada saja orang yang mendominasi pembicaraan dan tidak mau mengalah dengan pendapatnya.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Singkat tentang Akhlak, Penuh Makna dan Menyentuh Hati

Ketika menanggapi pembicaraan orang lain, ia pun cenderung mengedepankan ke-aku-annya dengan menonjolkan diri dengan apa yang dimilikinya.

Banyak orang yang dalam sebuah forum masih saja tidak memahami orang lain. Sebaliknya, ia selalu ingin dipahami oleh orang yang diajak berbicara.

Tentu ini manusiawi. Namun jika kadarnya terlalu sering malah akan menjadikan kontraproduktif dan mengakibatkan dampak negatif dalam interaksi dan komunikasi.

Jika komunikasi tidak berimbang dan tidak berlangsung dengan baik, maka orang lain akan bosan dan tidak menanggapi apa yang sedang dibicarakan. Imam al-Lu'lui mengatakan dalam syair Adabut Thalab:

وَفِي كَثِيْرِ الْقَوْلِ بَعْضُ الْمَقْتِ

Artinya: "Dalam banyaknya bicara dapat menimbulkan sebagian kebencian."

Sehingga, di sinilah pentingnya keseimbangan dalam berbicara. Ada kalanya kita berbicara, namun ada kalanya kita mendengarkan.

Kita perlu renungkan bahwa Allah swt menciptakan telinga lebih banyak dari mulut.

Allah memberi karunia dua telinga di bagian kepala sebelah kiri dan kanan. Sementara mulut diciptakan oleh Allah swt satu buah. Hal ini sebenarnya memiliki hikmah yang mendalam bahwa kita diingatkan untuk lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara.

Saat berbicara pun, kita harus memperhatikan dengan siapa kita berbicara. Kita harus bisa memahami gerak-gerik, karakter, tingkat pemahaman dari orang yang diajak berbicara dan mengedepankan akhlakul karimah, tidak sombong dan tidak membangga-banggakan diri.

Kita juga diingatkan untuk selalu introspeksi terhadap kekurangan diri dan menanggalkan sikap senang mengoreksi kekurangan-kekurangan orang lain.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Terkait dengan komunikasi Rasulullah saw pun telah mengingatkan umat Islam untuk memiliki tata krama dan etika.

Dalam haditsnya, kita diingatkan untuk benar-benar berpikir matang pada apa yang akan kita ucapkan. Kita harus mempertimbangkan manfaat serta mudarat, keuntungan dan kerugian, serta apakah akan berdampak negatif atau positif.

Dalam haditsnya Rasulullah bersabda yang artinya: "Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim).

Lisan kita ibarat pisau yang bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik. Namun sebaliknya akan membawa bencana jika digunakan dengan tidak bijak. Bukan hanya melukai diri sendiri, namun bisa melukai orang lain.

Bukan hanya luka yang bisa sembuh dalam waktu pendek, namun luka dalam hati yang bisa saja terus bersemayam dalam hati.

Rasulullah mengingatkan dalam haditsnya yang artinya: "Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya." (HR. Thabrani). Rasulullah juga mengingatkan "Bertakwalah kalian di manapun kalian berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang mana itu bisa menghapusnya, dan pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik" (HR Imam At-Turmudzi).

Baca juga:
Sejarah Hari Pelajar Internasional 2023 dan Cara Memperingatinya
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Dengan penjelasan ini, mudah-mudahan kita senantiasa dianugerahi hati yang jernih yang terwujud dalam sikap dan perkataan lisan kita.

Semoga Allah swt senantiasa menjaga lisan kita untuk tidak banyak berbicara hal-hal yang tidak penting.

Semoga kita senantiasa bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita dengan akhlak yang baik dan mulia sehingga kedamaian dan kebahagiaan akan senantiasa tercipta. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

3. Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal

Tiga Hal Tidak Boleh Lupa
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kaum muslimin sidang jamaah Jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.

Puji dan syukur Alhamdulillah marilah kita sampaikan kehadirat Allah Robbul'izzati, pada kesempatan Jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu shalat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini.

Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di hari qiyamat mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.

Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri pribadi saya dan kepada seluruh jamaah, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Kaum muslimin sidang jamaah Jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.

Hidup di dunia ini banyak sekali yang menyebabkan manusia menjadi bosan. Entah karena capek, lelah atau karena sebab lainnya. Dengan kebosanan itu menyebabkan hidup menjadi tidak semangat dan tidak bergairah, akhirnya harapan dan cita-cita kandas ditengah jalan.

Diantara kebosanan-kebosanan tersebut, ada tiga hal tidak boleh kita merasa bosan apapun yang terjadi. Kita akan terus berjuang melakukannya tanpa kenal lelah hingga akhir kematian, karena untuk ini kita tercipta di atas muka bumi yang fana' ini.

Pertama, tidak boleh bosan dalam beribadah.

Beribadah adalah tujuan pokok diciptakan manusia. Hal ini dengan sangat jelas Allah cantumkan dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".

Dalam ayat tersebut yang dimaksud dengan mengabdi adalah beribadah kepada Allah. Di antara ibadah yang utama adalah bersifat ritual yang terkait dengan hablum minallah, seperti shalat, dzikir, doa dan membaca Al-Quran.

Jika keempat hal ini kita lakukan dengan ikhlas, khusyu' dan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapat manfaat yang luar biasa baik dari sisi duniawi maupun ukhrawi. Dengan shalat akan mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar, dengan dzikir hati menjadi tenang, dengan doa semua hajat dikabulkan dan dengan membaca Al-Quran iman akan terus bertambah.

Ketika manfaat dari ibadah-ibadah ini kita dapatkan, sungguh nikmat dan bahagia terasa meliputi jiwa. Akhirnya menjadi suatu kebutuhan yang mengasyikkan dan tidak akan pernah mau ditinggalkan, bahkan makin semangat dan tekun dalam melaksanakannya.

Kaum muslimin sidang jamaah Jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.

Kedua, tidak boleh bosan dalam belajar.

Perintah belajar itu terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari 'Alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.

Belajar itu meliputi tiga hal yaitu membaca, mendengar dan menulis. Dengan membaca akan terbuka wawasan pengetahuan yang luas, dengan mendengar akan bertambah kecerdasan dan dengan menulis akan mempertajam daya ingat.

Belajar itu tidak mesti dibangku sekolah/kuliah. Kita bisa belajar tentang apa saja di alam yang luas ini. Justru alam yang luas ini merupakan kampus pengetahuan raksasa yang takkan pernah habis dipelajari. Fakta menunjukkan banyak sekali ilmuwan yang menemukan ilmu-ilmu baru yang spektakuler di alam ini, bukan di kampus/perguruan tinggi tempat mereka belajar.

Dengan mengamati fenomena alam, terjadinya siang dan malam, aneka peristiwa yang terjadi, kehidupan flora dan fauna dan lain sebagainya, itu semua adalah sumber pembelajaran yang dahsyat akan menginspirasi diri kita untuk melakukan riset/penelitian yang menghasilkan karya yang sangat manfaat bagi kehidupan manusia. Inilah makna manusia tercipta oleh Allah sebagai khalifah (pemimpin, pengelola, pemakmur) di muka bumi ini. (QS. Al Baqarah 2:30)

Ketiga, tidak boleh bosan berbuat baik.

Berbuat baik itu pengertiannya luas yaitu apa saja yang dinilai baik, positif dan bermanfaat, itu adalah bagian dari perbuatan baik atau dalam agama disebut amal shalih. Kita dapat berbuat baik dimana saja dan kapan saja. Mulai dari hal-hal yang ringan sampai yang berat. Berbuat baik itu bisa dengan ucapan, sikap ramah atau perbuatan.

Di sekitar kita banyak sekali hal-hal baik yang bisa kita lakukan seperti membersihkan rumah, merapikan kamar, mencuci, menyetrika dan lain sebagainya. Di tempat kerja kita bisa merapikan file, membuat perencanaan, diskusi, membuat laporan dan lain sebagainya. Di lingkungan kita bisa menyiram tanaman/pohon, membersihkan got, menyapu. membakar sampah dan lain.

Bila berbuat baik ini menjadi budaya dalam keseharian kita, maka amanlah dunia ini. Komunikasi dengan sesama akan terbangun secara aktif. Tempat tinggal, tempat kerja dan lingkungan sekitar menjadi bersih, rapi, nyaman dan menyenangkan. Sehingga suasana hidup menjadi lebih indah, terarah, harmonis dan penuh bahagia.

Semoga khutbah singkat edisi Jumat ini, menjadi tambahan ilmu yang besar faedahnya bagi diri khatib dan jamaah sekalian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda, Penuh Makna dan Menyentuh Hati

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm