“Cukup berbahaya (bila dibagikan), karena susu yang dibuang itu sisa pengiriman kemarin,” terangnya.
Proses penyimpanan yang tidak sesuai standar menjadi faktor yang meningkatkan risiko kualitas susu menurun.
“Jadi harus menggunakan cooler, agar (kualitas) susu tidak rusak. Kalau hanya pakai jeriken, dalam perjalanan bisa rusak (kualitas susu),” tambahnya.
Menurut Sriyono, meskipun terdapat opsi untuk menyimpan susu, hal tersebut tidak dapat diimplementasikan karena keterbatasan kapasitas penyimpanan yang dimiliki oleh pengepul.
“Tidak memungkinkan (disimpan), karena kapasitas penyimpanan setiap pengepul terbatas,” paparnya. Di samping itu, kebutuhan pengambilan susu dari peternak secara rutin juga menambah beban pada pengepul.
“Padahal, setiap hari harus ngambil susu dari peternak,” tambahnya.
Krisis yang dialami para peternak dan pengepul susu di Boyolali ini menggambarkan pentingnya keberadaan fasilitas pengolahan susu lokal yang memadai untuk menampung produksi yang terus berjalan.
Penulis: Nasywa Nur Fauziah
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Pasar Karanggede Terbakar, Pemkab Boyolali Siapkan Pasar Darurat