3 Khutbah Jumat Hari Guru Nasional, Singkat dan Menyentuh Hati

21 November 2024 14:23 WIB
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Hari Guru Nasional, Singkat dan Menyentuh Hati
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Hari Guru Nasional, Singkat dan Menyentuh Hati ( )

Sonora.ID – Berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat tentang Guru yang cocok dibawakan khatib menjelang peringatan Hari Guru Nasional 2024.

Hari Guru Nasional setiap tahunnya diperingati pada tanggal 25 November.

Peringatan ini sendiri diadakan sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para guru atas perannya dalam melaksanakan tugas mulia mendidik generasi penerus bangsa.

Menjadi seorang guru merupakan tugas yang mulia, itulah sebabnya guru mendapat julukan pahlawan tanpa tanda jasa.

Setiap tahunnya Hari Guru Nasional diperingati dengan tema yang berbeda-beda.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Memilih Pemimpin, Singkat dan Menyentuh Hati 

Adapun tema Hari Guru Nasional 2024 seperti yang dilansir dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) adalah Guru Hebat, Indonesia Kuat.

Berikut 3 khutbah Jumat Hari Guru Nasional 2024, singkat dan menyentuh hati. 

1. Khutbah Jumat tentang Guru

Kemuliaan Menjadi Seorang Guru

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى :يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah 

Pekan ini, tepatnya tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru merupakan profesi mulia dan agung karena kita semua merupakan anak didik dari guru-guru yang hebat.

Dengan profesinya itu seorang guru menjadi perantara yang menghubungkan manusia, dalam hal ini murid, dengan penciptanya, yaitu Allah SWT. Rasulullah bersabda: 

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu” (HR Thabrani).

Hadits ini menegaskan kepada kita betapa pentingnya ilmu di dunia ini karena untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat diperlukan ilmu. Pintu untuk menuju kepada ilmu itu adalah melalui sang guru.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan profesional dalam menjalankan tugasnya akan memberi pengaruh yang baik bagi perkembangan murid dalam belajar. Dalam Hadits, Rasulullah Saw bersabda: 

كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ

Artinya: “Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR Bukhari).

Rasulullah adalah pendidik terbaik. Beliau memberi teladan kepada para sahabatnya. Diriwayatkan Ibnu Majah, suatu hari Rasulullah menjumpai dua halaqah dalam masjid, yaitu orang yang sedang mengaji Al-Quran dan orang yang sedang belajar mengajar, lalu beliau bersabda:

كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ

Artinya: “Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah).

Nabi telah mendidik para sahabat untuk selalu menebarkan kasih sayang kepada siapa pun. Beliau memperlakukan orang lain dengan akhlak dan kasih sayang, tanpa memandang status dan strata sosialnya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam sebuah Hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ دَخَلَ أَعْرَابِيٌّ الْمَسْجِدَ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَصَلَّى فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَقَدْ تَحَجَّرْتَ وَاسِعًا فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ بَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَأَسْرَعَ إِلَيْهِ النَّاسُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْرِيقُوا عَلَيْهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ دَلْوًا مِنْ مَاءٍ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ 

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata; seorang Arab badui masuk ke dalam masjid ketika Nabi sedang duduk. Orang Arab badui itu lalu shalat. Setelah shalat ia berdoa; ‘Ya Allah, sayangilah aku dan Muhammad, dan jangan engkau sayangi seorang pun bersama kami’.

Nabi kemudian berpaling ke arahnya seraya bersabda: ‘Sungguh engkau telah mempersempit sesuatu yang luas’.

Setelah itu badui ini kencing di dalam masjid hingga membuat orang-orang segera menghampirinya, namun Nabi bersabda: ‘Siramlah dengan seember air atau dengan satu timba air’. Setelah itu beliau bersabda lagi: ‘esungguhnya kalian diutus dengan memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesulitan." (Imam Tirmidzi).

Dalam Hadits ini terlihat bagaimana Rasulullah Saw menghargai seorang Badui, dan memberikan nasihat dengan sangat baik sehingga Badui tersebut terkesan dengan didikan Rasulullah Saw.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menyadarkan kepada kita betapa pentingnya ilmu dalam hidup ini. Dalam ayat ini Allah memuliakan orang orang yang berilmu dan memotivasi orang orang beriman agar menuntut ilmu dan menjadi orang yang berilmu.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di akhir khutbah ini, khatib mengajak kita kembali untuk terus menghormati para pengajar ilmu yaitu guru, mendoakan mereka dan marilah terus menuntut ilmu dan menjadi guru terbaik untuk anak anak kita.

Selamat hari guru, semoga Allah senantiasa meridhai dan memberikan keberkahan kepada kita semua, Âmîn yâ rabbal‘alamîn. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

2. Khutbah Jumat tentang Guru

Menjadi Guru yang Mengajar dan Mendidik

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Tiada kata yang tepat kita ungkapkan kecuali kalimat Alhamdulillahi rabbil alamin yang menjadi wujud rasa syukur kita kepada Allah swt atas nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu dan terus mengalir dalam kehidupan kita ini.

Dengan syukur, kita akan terus merasakan kenikmatan yang terus bertambah dan bisa kita memaksimalkannya untuk menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah swt. 

Selain bersyukur, pada momentum yang penuh berkah ini, mari kita juga senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sekuat kemampuan kita menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.

Ketakwaan ini harus terus disemai dalam diri kita untuk menjadi rambu-rambu agar tidak jauh dari jalan yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

Keimanan dan ketakwaan yang terus kita kuatkan ini juga harus terus kita tanamkan kepada anak-anak kita para generasi penerus peradaban di masa yang akan datang.

Kita sudah merasakan bagaimana dunia saat ini sangat cepat sekali mengalami perubahan.

Untuk menghadapinya, sangat penting untuk membekali mereka dengan keteguhan iman dan takwa dan juga bekal akhlak dan karakter mulia. Dan ini lah yang menjadi misi utama para pendidik atau guru. 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Menjadi seorang guru adalah profesi dan tugas yang sangat mulia. Guru merupakan sumber ilmu yang akan diserap oleh para  murid sebagai bekal menghadapi masa depan.

Dari keuletan guru lah, karakter generasi muda akan terbentuk dan mewujudkan sebuah peradaban yang mulia.

Guru menjadi tumpuan dalam menjadikan generasi yang berilmu dan berakhlak sebagaimana misi utama Nabi Muhammad sebagai guru umat Islam yang termaktub dalam haditsnya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

Artinya, “Sesungguhnya, aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak” (HR Ahmad).

Hadits ini adalah bukti otentik bahwa Nabi Muhammad lahir sebagai pembawa Islam yang penuh rahmat dan perbaikan akhlak.

Dengan akhlak yang mulia ini pula yang menjadi salah satu faktor suksesnya dakwah Nabi Muhammad saw sehingga bisa menyebar cepat ke berbagai penjuru dunia.

Mulianya akhlak Nabi telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS Al-Qalam: 4).

Dari hal ini kitab isa mengetahui bahwa misi seorang guru adalah bukan hanya mengajar agar para peserta didik menjadi pintar.

Namun guru juga memiliki tugas dan misi mendidik agar para peserta didik menjadi baik.

Terlebih di era modern dengan pola gaya hidup yang mengarah kepada hedonisme dan penghambaan kepada materi.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang lambat laun merubah pola pikir dan perilaku masyarakat khususnya para generasi muda.

Peran dan tugas guru semakin berat untuk tidak sekedar mencerdaskan murid namun juga membekali mereka dengan akhlak dan karakter mulia.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Menjadi guru yang baik bukanlah berorientasi kepada materi duniawi. Menjadi guru yang baik bukan hanya sekedar datang ke kelas menyampaikan materi pelajaran untuk mengisi asupan otak murid saja.

Guru bukan hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran siswa dan siswi. Namun lebih dari itu, menjadi pendidik harus secara utuh mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan melakukan evaluasi.

Guru harus benar-benar berkomitmen menjadi pendidik yang melaksanakan tugas dari dalam hati dan memberi asupan batin serta lebih peduli pada akhlak murid.

Akan menjadi hambar ketika seorang yang berprofesi sebagai seorang guru hanya berkutat pada administrasi dan nilai di atas kertas tanpa melihat perubahan akhlak para generasi muda.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati 

Sehingga penting untuk menjadi seorang guru yang mengajar dari dalam hati, bukan mengajar hanya karena gaji.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Untuk menjadi guru yang ideal, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga sudah menyebutkan tugas utama guru yakni mendidik, membimbing, mengajar, menilai, melatih, dan mengevaluasi peserta didik mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan formal.

Untuk melaksanakan tugas ini, ada 4 kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki guru yakni pertama kompetensi kepribadian.

Kompetensi ini adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

Kedua adalah kompetensi pedagogis yakni kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.

Ketiga adalah kompetensi sosial yakni kemampuan  guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat.

Dan keempat adalah kompetensi profesional yakni penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam.

Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuannya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Jika kemampuan ini dimiliki oleh para guru maka tugas mengajar dan mendidik akan bisa dilakukan dengan baik.

Ditambah lagi dengan keikhlasan niat dalam menjalankan misinya. Niat menjadi sangat penting untuk menjadi pondasi yang akan membentuk bangunan yang kokoh. Rasulullah bersabda:

عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: Dari Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah," (HR Bukhari Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Guru adalah sosok dianugerahi Allah swt ilmu, yang bukan saja diperuntukkan untuk dirinya sendiri.

Namun lebih dari itu, guru adalah sosok yang memberikan ilmunya pada orang lain. Sehingga tak heran posisi guru di tengah masyarakat memang ditempatkan pada posisi yang baik.

Hal ini selaras dengan firman Allah swt tentang kemuliaan yang diperoleh bagi mereka yang memiliki ilmu dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ۝١١

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. 

Semoga kita dianugerahi guru-guru yang hebat yang mampu membimbing para generasi muda yang memiliki karakter dan akhlak mulia ditambah dengan kecerdasan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai modal menghadapi keras dan derasnya perubahan zaman. Semoga Allah mengijabah doa dan harapan kita semua. Amin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

3. Khutbah Jumat Hari Guru Nasional

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Rais Akbar Nahdlatul Ulama: Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, dalam mukadimah salah satu kitabnya yang berjudul "Adabul 'Alim wal Muta'allim" (kitab ini ditulis oleh beliau sebelum didirikannya NU) beliau mengisahkan, suatu hari Imam Syafi'i pernah ditanya mengenai pentingnya adab atau etika dalam pengajaran dan pendidikan:

كيف شهوتُك للأدب ؟

"Bagaimanakah hasrat dan perhatianmu terhadap pengajaran adab?".

Beliau menjawab:

أسمعُ بالحرف منه فتوَدُّ أعضاءي أنّ لها أسماعا تتنعّم به

"Setiap kali telingaku mendengar materi pengajaran adab meski hanya satu huruf, maka seluruh organ tubuhku akan ikut menyimaknya, seolah-olah seluruh anggota tubuhku memiliki pendengaran. Demikianlah perumpamaan hasrat dan perhatianku terhadap pengajaran adab".

Beliau kemudian ditanya lagi, "Lalu, bagaimanakah upayamu dalam mencari pengetahuan tentang adab itu?". Beliau menjawab:

طلب المرأة المضلّة ولَدَها وليس لها غيرُها

"Aku akan dengan sekuat tenaga mencarinya sebagaimana upaya pencarian seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki". (Hasyim Asy'ari, Adab al-'Alim wa al-Muta'allim, 1415 H: 10-11).

Jamaah Jumah rahimakumullah,

Kisah di atas merupakan sepenggal pelajaran yang sangat menarik dan berharga dari Imam Syafi'I bagi kita semua, yang menjelaskan betapa penting dan berharganya pengajaran adab atau etika.

Sehingga orang yang tidak memiliki etika diumpamakan seperti seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki.

Adab, akhlak atau etika, merupakan unsur sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Ia adalah tolak ukur yang menentukan mental, kepribadian, dan perilaku seseorang, sekaligus sebagai mumayyizat atau ciri khas yang membedakan antara manusia sebagai makhluk mulia dengan makhluk Allah lainnya.

Apabila ciri khas itu hilang maka akan hilang pula kemuliaan martabat manusia, bahkan posisinya bisa jauh lebih rendah dibanding hewan sekali pun.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur'an:

لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم. ثمّ رددناه أسفل سافلين. إلاّ الذين آمنوا وعملوا الصالحات ....

"Sungguh telah Aku ciptakan manusia dalam bentuk (dan kelengkapan potensi) yang sebaik-baiknya. Namun kemudian Aku kembalikan ia pada posisi yang serendah-rendahnya. Kecuali mereka yang benar-benar beriman dan berperilaku sholeh...."

Dan agar seseorang benar-benar dapat menjadi insan yang beriman dan berperilaku sholeh, caranya tiada lain harus melalui satu proses yang dinamakan: pendidikan. Tentu, pendidikan yang tidak hanya berisi penyampaian materi pelajaran atau keterampilan (skill) semata, akan tetapi include di dalamnya penanaman nilai-nilai moral dan etika, melalui nasehat dan keteladanan seorang guru, apapun materi atau bidang ajar diajarkan.

Demikian pentingnya adab atau akhlak dalam kehidupan manusia, maka tidak mengherankan apabila dalam sejarah pemikiran (filsafat) misalnya, persoalan adab atau moralitas ini menjadi kajian penting di kalangan para filsuf yang telah berlangsung sejak ribuan tahun silam, hingga melahirkan cabang pengetahuan filsafat moral yang disebut dengan Etika.

Jama'ah sekalian yang dimuliakan Allah,

Rasulullah SAW pun telah dengan tegas menyatakan bahwa dirinya diutus oleh Allah SWT ke muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak umat manusia, sebagaimana disabdakan oleh beliau:

إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق

"Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk memperbaiki akhlak". Selain itu, akhlak atau etika juga merupakan cermin kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW dalam hal ini menyatakan:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya".

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,

Dalam dunia pendidikan pun sama demikian, penanaman etika merupakan unsur utama yang sudah seharusnya menyatu dalam setiap proses pembelajaran, apapun materi yang dipelajari atau diajarkan.

Hal ini selaras dengan hakikat tujuan pendidikan itu sendiri, yakni sebagai upaya pembentukan dan pengembangan seluruh aspek potensi peserta didik secara utuh, sesuai fitrah yang dimiliki manusia sejak lahir, baik potensi intelektual dan spiritualnya, potensi jasmani dan rohaninya, dan sebagainya.

Atau dengan kata lain, hakikat dari tujuan pendidikan itu sebagai upaya penanaman nilai-nilai luhur (transfer of moral) dalam rangka "memanusiakan" manusia.

Maka, adalah kurang tepat, apabila tugas mengajar atau mendidik hanya dimaknai secara sederhana sebatas pengajaran materi pengetahuan (transfer of knowledge) semata.

Oleh karenanya, seiring momentum Hari Guru Nasional saat ini, marilah aktivitas yang kita semua tekuni dalam dunia pendidikan, kita pahami bukan hanya sekadar "profesi", namun harus dijiwai sebagai sebuah pengabdian dan tanggungjawab "profetik", yakni tanggung jawab moral kita untuk sama-sama mengemban tugas kenabian dalam rangka menyiapkan generasi masa depan, yang tidak hanya diharapkan terampil dan berilmu pengetahuan tinggi, tetapi juga memiliki akhlak dan keluhuran budi pekerti.

[ ] Insya Allah, dengan paradigma semacam ini, setiap waktu, tenaga dan pikiran yang kita curahkan akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, seiring harapan semoga usia dan rizki yang dititipkan kepada kita akan benar-benar bernilai manfaat serta berkah fid diini wad dunya wal akhirah. Amin ya Rabbal 'Alamin.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني وإيّاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. وتقبّل منّي ومنكم تلاوته إنّه هو السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم فاستغفروه. إنّه هو الغفور الرحيم.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Singkat tentang Akhlak, Penuh Makna dan Menyentuh Hati 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm