Artinya, sekolah tatap muka dibuka dalam beberapa hari kemudian ditutup lagi.
Karena itu, Pemkot Surabaya saat ini terus melakukan persiapan sedemikian rupa.
“Ketika kita sudah putuskan sekolah ini buka, maka sekolah itu dibuka seterusnya. Nah, salah satu yang kita siapkan dan telah berjalan adalah test swab kepada guru. Nanti ke depan kita juga melakukan test swab untuk anak-anak,” katanya.
Baca Juga: Kelas Digital, Upaya Disdik Makassar Majukan Dunia Pendidikan
Sebab, anak-anak dan guru adalah bagian dari sekolah. Karena itu, Pemkot Surabaya ingin memastikan bahwa semua orang yang datang ke sekolah adalah mereka yang kondisinya benar-benar sehat.
Sehingga ketika belajar tatap muka itu dibuka, diharapkan tidak sampai terjadi klaster di lingkungan sekolah.
Di sisi lain, Supomo menyatakan, terkait metode pembelajaran maupun tahapan protokol kesehatan di sekolah saat ini semuanya sudah disiapkan.
Akan tetapi, hal yang paling utama adalah kondisi kesehatan warga sekolah, baik para guru, murid maupun orang tua.
“Kalau tidak cermat maka bisa menjadi penularan, kita khawatir di situ. Oleh karena itu, kita pastikan siapapun nanti yang akan mengikuti pendidikan tatap muka semuanya harus sehat dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” jelasnya.
Mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya ini menambahkan, bahwa dalam merumuskan kajian sekolah tatap muka pihaknya juga melibatkan pakar kesehatan masyarakat dan pakar epidemiologi.
Sehingga setiap masukan dari mereka itu dinilai penting dalam menyusun SOP pembelajaran di sekolah.
“Karena jumlah guru banyak, sekarang ini kita masih estafet melakukan swab kepada mereka. Kita juga melakukan pendataan kepada wali murid. Jangan sampai nanti anak pulang kemudian tertular dan keluarganya menjadi tertular juga, jangan sampai itu,” pungkasnya.
Baca Juga: Sekolah di Sumsel Diminta Update Dapodik Agar Dapat Kuota Gratis