Banjarmasin, Sonora.ID - Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin resmi menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah tahun depan.
Untuk tingkat SMP Negeri, belajar tatap muka rencananya mulai digelar pada 11 Januari 2021. Sedangkan untuk tingkat SD Negeri, simulasi belajar tatap muka digelar sepekan kemudian di sepuluh sekolah dan hanya untuk siswa kelas 4, 5 dan 6.
Pertanyaannya, amankah kebijakan ini diambil saat situasi pandemi CoVID-19 yang belum berakhir?
Baca Juga: Jelang Belajar Tatap Muka di Banjarmasin, Guru Akan Swab Sebelum Mengajar
Apalagi ada kecenderungan angka kasus penularan CoVID-19 di Banjarmasin dalam beberapa waktu terakhir menunjukan peningkatan.
Bahkan, dua kelurahan di Banjarmasin, yaitu kelurahan Pemurus Dalam dan Pelambuan pun sampai Senin, (28/12) lalu, masih berstatus zona merah.
Pengamat Pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Reja Fahlevi menilai, bahwa kebijakan yang diambil Pemko saat ini terlalu berisiko alias terlalu dipaksakan.
Baca Juga: Terapkan Prokes Ketat, Banjarmasin Jadi Gelar Sekolah Tatap Muka Tahun Depan
"Kebijakan Pemko ibarat 'kelinci percobaan' bagi sekolah-sekolah yang diwacanakan menggelar tatap muka," tegasnya saat dikonfirmasi Smart FM, Selasa (29/12) malam.
Ia juga mempertanyakan, siapa yang bertanggung jawab jika seandainya terjadi penularan CoVID-19 di sekolah, atau bahkan terbentuk klaster baru.
Walaupun kebijakan ini sudah direncanakan dan disinergikan dengan pihak-pihak terkait, namun Ia meyakini masih banyak sekolah yang menolak untuk dilaksanakan tatap muka seperti biasa, dengan alasan angka penularan CoVID-19 yang terus naik.
"Sungguh tidak adil apabila beban itu hanya ditujukan ke pihak sekolah," tambahnya lagi.
Alangkah bijaknya, lanjut Reja, jika Pemko mengambil kebijakan alternatif seperti menyediakan kuota gratis untuk siswa, atau membuat program aplikasi resmi untuk mempermudah proses pembelajaran daring di masa seperti ini.
Baca Juga: Pemkot Palembang Bakal Libatkan ACT saat Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka
"Apalagi sekarang varian CoVID-19 semakin beragam dan ganas," pungkasnya.
Disinggung kapan waktu yang tepat untuk menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah, Ia menerangkan sampai ada data pasti yang menunjukan angka penularan CoVID-19 sudah melandai.
Selain itu menurutnya, juga perlu ada sarana edukasi untuk orang tua, agar mereka sadar bahwa situasi seperti ini sangat riskan apabila sekolah tatap muka dilakukan.
"Jangan sembarangan setuju aja. Apalagi alasannya hanya karena tidak ada yang jaga anak di rumah," tandasnya.
Baca Juga: Tok! Januari 2021 Sekolah Tatap Muka Akan Dilaksanakan di Palembang
Sebelumnya diberitakan, menindaklanjuti rencana digelarnya pembelajaran tatap muka di sekolah tahun depan, Pemko Banjarmasin akan melakukan uji swab kepada tenaga pengajar.
Alasannya, untuk melindungi para tenaga pengajar dari penularan CoVID-19. Sebagaimana saran dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin.
Sasaran utama atau prioritas guru-guru yang akan di test swab adalah mereka berisiko tinggi dan komorbid atau memiliki penyakit penyerta. Tujuannya untuk memastikan, apakah guru itu bisa mengajar atau tidak.
Kebijakan ini pun tidak berlaku untuk sekolah atau siswa yang berada di wilayah zona merah. Alias hanya diperuntukan wilayah yang berstatus zona hijau atau kuning.
Jika ternyata ditemukan kasus saat kebijakan ini berjalan, proses belajar mengajar di sekolah pun akan langsung dihentikan.
Satgas CoVID-19 di satuan pendidikan rencananya juga akan dibentuk. Bahkan sebelum rekomendasi pembelajaran tatap muka diberikan, akan ada visitasi terlebih dahulu dari Dinas Kesehatan ke sekolah - sekolah.
Baca Juga: Jelang Belajar Tatap Muka di Banjarmasin, Guru Akan Swab Sebelum Mengajar