Semarang, Sonora.ID - Demak kental dengan sejarah penyiaran Islam di Pulau Jawa. Satu dari 35 kabupaten di Jawa Tengah (Jateng) itu bahkan dijuluki sebagai Kota Wali karena kaya jejak peninggalan wali sanga atau wali sembilan yang aktif berdakwah pada masa awal penyiaran Islam di Pulau Jawa.
Terhitung mulai 26 Januari 2021, destinasi wisata di Kabupaten Demak boleh dibuka dan dikunjungi kembali oleh para wisatawan. Namun tak seperti biasanya, karena jumlah pengunjung dan waktu operasional dibatasi secara ketat.
Menurut Kasi Pelayanan Informasi Dinas Pariwisata Kabupaten Demak Umi Kulsum, destinasi wisata Kabupaten Demak untuk tahap kedua PPKM ini dengan pembatasan sesuai ketentuan yang berlaku, seperti jumlah pengunjung maksimal 30 persen dan jam operasional sampai pukul 15.00 WIB.
Baca Juga: Meski Pandemi, Pembangunan Flyover Ganefo Segera Dimulai Tahun Ini
Ada beberapa rekomendasi wisata religi di Demak yang bisa anda kunjungi meski di tengah pandemi, diantaranya :
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Masjid ini dipercaya pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan wali sanga atau kerap pula ditulis dengan ejaan walisongo.
Menurut sejarah Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pertama pembangunan adalah pada 1466. Kala itu masjid tersebut masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi yang diasuh Sunan Ampel.
Pada 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada 1478, ketika Raden Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini kembali direnovasi dengan penambahan luas bangunan.
Masjid bersejarah itu, kini menjadi tujuan utama wisatawan dalam menjalani wisata religi di Kabupaten Demak. Pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat dan hari-hari besar Islam, masjid ini makin penuh wisatawan yang berdatangan dari berbagai daerah.
Makam Raja-Raja Demak
Baca Juga: Rasakan Sensasi Sejuk dan Damainya Bukit Cinta Rawa Pening
Demak di Bintoro menurut Babad Tanah Jawi merupakan kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa yang muncul setelah surutnya pengaruh Kerajaan Majapahit. Posisi itu membuat raja-raja Kasultanan Demak menjadi penting dalam catatan sejarah siar Islam di Pulau Jawa.
Tak heran, makam raja-raja Demak juga kerap menjadi tujuan para wisatawan penziarah yang singgah ke kabupaten Demak.
Makam raja-raja Demak, terletak di bagian utara Masjid Agung Demak, masih di Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Saat memasuk area dalam Masjid Demak, wisatawan harus memilih arah kiri sesampai serambi yang berada di kolam untuk tempat wudu untuk menemukan makam raja raja Demak terdahulu itu.
Makam raja-raja Demak itu terawat dengan baik karena adanya juru kuni yang selalu menjaga permakaman tersebut.
Di pemakaman itu, antara lain antara lain dikuburkan Pangeran Trenggono, Raden Patah, Syekh Maulana Maghribi, sampai dengan Arya Penangsang. Wisatawan bisa beristirahat di pendapa dan paseban yang menghadap permakaman jika mengunjungi objek daya wisata ini.
Makam Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga—atau kerap pula ditulis dengan ejaan Kalijogo—adalah salah seorang dari wali sanga yang kerap pula ditulis dengan ejaan wali songo.
Baca Juga: Menikmati Indahnya Karimunjawa, Wisata Pantai hingga Hutan Mangrove
Wali sanga atau wali sembilan itu dianggap sebagai tokoh sentral dalam catatan sejarah persebaran Islam di Pulau Jawa.
Kalijaga dianggap istimewa di antara kesembilan wali tersebut karena kental memanfaatkan tradisi Jawa dalam penyiaran agama baru di tanah yang sebelumnya telah mengenal agama Hindu dan Buddha.
Kalijaga lahir dengan nama Raden Said, putra Adipati Tuban. Meski lahir sebagai bangsawan di Tuban, ia dimakamkan di Demak, tepatnya di permakaman Kadilangu, Desa Kadilangu, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng). Makam salah satu dari wali sanga ini ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah setiap malam Jumat.
Makam Sunan Kalijaga tak akan sepi jika hari Kamis tiba. Dari pagi hingga malam makam tersebut selalu dipenuhi peziarah. Lantunan ayat-ayat Alquran dan doa terdengar dari berbagai sudut. Peziarah sebagian besar adalah para orangtua yang berasal dari berbagai kelompok pengajian.
Makam Syekh Abdullah Mudzakir
Makam Syekh Abdullah Mudzakir terletak di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), belakangan hari ini juga ramai didatangani wisatawan yang bermaksud melakukan wisata religius atau wisata ziarah ke Kabupaten Demak.
Menurut cerita rakyat, Syech Abdullah Mudzakir adalah seseorang pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Pesona Keindahan Pemandangan Goa Kreo yang Memanjakan Mata
Syekh Abdullah Mudzakir hidup antara 1900 hingga 1960-an. Ia berasal dari kampung Wringinjajar, Kecamatan Mranggen kemudian menetap dan menumbuhkan ajaran Islam di pesisir Pantai Sayung.
Namun, kondangnya makam Syekh Abdullah Mudzakir tak semata-mata karena kiprahnya dalam penyiaran Islam, melainkan karena makamnya terbilang unik.
Makam Syekh Abdullah Mudzakir kini terletak di tengah laut sehingga tak sedikit wisatawan yang menjuluki objek wisata ini sebagai makam terapung. Makam ini sejatinya berada di daratan seperti makam lainnya. Namun karena abrasi, maka daratan di sekitar makam tenggelam oleh air laut.