Banjarmasin, Sonora.ID - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh salah satu kubu pengelola makam Sultan Suriansyah di Balai Kota Banjarmasin, Kamis (08/07) lalu, menuai reaksi dari satu kubu lainnya.
Sebelumnya diketahui, ada tiga kubu yang mengklaim sebagai zuriat dan berhak untuk mengelola makam raja banjar pertama tersebut.
Kemudian, kubu ketiga yang mengatasnamakan Pegustian Raja Banjar itu lantas menggelar keterangan pers di Balai Kota, Jum'at (09/07) pagi.
Mereka menyayangkan adanya aksi unjuk rasa yang digelar oleh kubu kedua, yang dikomandoi oleh H Maulana dan H Budi Santoso Humaidi, itu.
Baca Juga: Kepengurusan Makam Sultan Tak Berkesudahan, Satu Kubu Mendemo
Menurut perwakilan kubu Pegustian Raja Banjar, aksi yang digelar itu semakin memperkeruh suasana saja. Alias memperumit polemik pengelolaan makam Sultan Suriansyah, saja.
"Padahal, sesuai hasil rapat di Disbudpar Kota Banjarmasin, pada 7 Juli lalu, seluruh kubu sudah sepakat menyerahkan sepenuhnya pengelolaan makam berada di tangan Pemko Banjarmasin," ucap perwakilan kubu Pegustian Raja Banjar, Gusti Nur Aina, dalam konferensi persnya yang dihadiri oleh Smart FM.
Tidak hanya sampai di situ. Aina juga mengungkapkan kekecewaannya lantaran kubu kedua mempertanyakan silsilah keturunan atau zuriat Sultan Suriansyah kepada pihaknya.
"Tidak perlu pembuktian dengan test DNA dan lainnya. Toh sejarah juga telah menjelaskan. Mereka (kubu kedua, red) kurang membaca, makanya kami minta mereka baca sejarah dulu," tudingnya.
Sementara itu. Rekan sekubu Aina, yakni Gusti Syarif, menilai bahwa dengan adanya aksi unjuk rasa, maka dianggapnya pihak kubu kedua sudah melanggar kesepakatan yang dibuat.
"Kalau diperumit seperti ini. Bagaimana mau selesai," timpalnya.
Syarif pun mengatakan, dengan diserahkannya pengelolaan makam ke pemko maka menurutnya, permasalahan pun bisa lekas berakhir. Tidak ada lagi kubu-kubu. Tapi bersama-sama melakukan pengelolaan.
"Maka kami mendukung penuh pemko bagaimana pun nantinya keputusan yang diambil," ungkapnya.
Baca Juga: Pemko Dibikin Pusing, Pengelolaan Makam Sultan Suriansyah Diserahkan Secara Adat
Seperti yang diketahui. Polemik makam itu muncul ketika adanya ketidakpuasan dari kubu kedua yakni H Maulana dan H Budi Santoso Humaidi, terhadap pengelolaan makam yang dilakukan secara turun temurun oleh kubu pertama yang diketuai oleh H Ahmad Yamani.
Kemudian, menggandeng dan membawa sejumlah unsur masyarakat, kubu kedua pun mulai melakukan gugatan. Saat gugatan terjadi, pemko pun lantas menjadi penengah. Dan membuat keputusan mengatur sementara pengelolaan makam dilakukan secara bergantian.
Namun rupanya, hal itu saja tidak cukup meredakan polemik. Masing-masing kubu masih kekeh ingin mengelola sendiri makam itu. Mediasi yang digelar oleh pemko selaku penengah pun selalu berakhir buntu.
Berkaca dari polemik itu, muncul kubu ketiga yang mengatasnamakan Pegustian Raja Banjar. Yang dikomandoi oleh Gusti Syarif dan Gusti Nur Aina, itu. Keduanya menilai, pihaknya perlu turun tangan lantaran polemik perlu dihentikan.
"Kami muncul hanya sebagai penengah. Kami hanya ingin soal pengelolaan makam diserahkan ke pemko," tegas Gusti Nur Aina.
Ditanya mengapa baru-baru saja muncul alias ketika justru masalah kian meruncing? Menjawab hal itu, Aina mengaku karena melihat kedua kubu sebelumnya yang berpolemik tak menemukan titik temu.
Dan selanjutnya, mengacu pada berita acara yang dikeluarkan pada 7 Juli lalu, pihaknya pun meminta agar pengelolaan makam diambil oleh Pemko Banjarmasin.
Baca Juga: Makam Sultan Tak Luput Dari Bahan Kampanye, Paslon Bisa Kena Sanksi
Mengembalikan keinginan pengelolaan berada di tangan pemko, seperti mengulang kisah lama.
Menanggapi hal itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan di Pemko Banjarmasin, Doyo Pudjadi mengaku tidak bisa serta merta bisa mengambil keputusan secara sepihak.
Ia mesti merembukkan kembali bersama masing-masing kubu. Hingga menyampaikannya kepada Wali Kota.
"Dirapatkan dulu seperti apa nantinya. Dan itu tentu akan banyak melalui proses lagi," tuntasnya.