Bandung, Sonora.ID - Pembangunan infrastruktur secara merata menjadi kunci penting dalam mengejar target peningkatan ekonomi Jawa Barat dalam beberapa tahun kedepan.
Demikian terungkap dalam kegiatan Infrastruktur yang digelar BUMN Center Unpad, Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar dengan tema “Peningkatan Dukungan Infrastruktur Logistik untuk Daya Saing dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat” yang digelar secara secara daring, Sabtu (14/8/2021).
Acara ini didukung PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, bank bjb, program studi Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad. Kegiatan ini menghadirkan pembicara Staf Khusus Menteri Perhubungan Otto Ardianto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Dr. Herawanto, Direktur Utama PII, Muhammad Wahid Sutopo, S.T, M.M, dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ina Primiana, SE.,MT. pada sesi panel. Sesi ini dimoderatori Ketua BUMN Center Unpad Prof Yudi Azis.
Baca Juga: Infrastruktur Forum: Dukungan untuk Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan, pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6 persen hingga tahun 2022. Namun untuk mengejar pencapaian itu, infrastruktur Indonesia harus digenjot lagi.
"Saat ini, peringkat infrastruktur Indonesia peringkat 57 di dunia. Alokasi pembangunan infrastruktur hingga Rp417 trilliun diharapkan bisa terdistribusi ke Jawa Barat. Sementara untuk di Jabar, ekonomi kita berada di urutan ketiga terbesar di Indonesia," kata Herawanto.
"Infastruktur Jabar menjadi kunci agar bisa mendorong ekonomi nasional. Setidaknya, jika anggaran Rp417 triliun terealisasi ke Jabar, bisa memberi PDRB sampai 0,45%. belum lagi multiplayer efek lainnya dan memberi dampak jangka panjang," ujarnya lagi.
Baca Juga: Ini Penjelasan BPS penyebab Ekonomi Sulsel Naik 7,6 persen di Tengah Pandemi
Staf Khusus Kemenhub RI Otto Ardianto mengatakan, sebelum pandemi laju pertumbuhan transportasi dan pergudangan sampai 5 persen.
Namun saat pandemi turun cukup besar, seperti sektor transportasi turun hingga 31 persen. Sehingga, kedepan, kata dia, perlu ada solusi untuk mempercepat sektor transportasi logistik ini, terutama pasca pandemi.
Dia pun menekankan, pemerintah tidak hanya membangun infrastruktur tapi membangun integrasi antar moda sehingga bisa terhubung.
Walaupun kebutuhan investasi sektor transportasi mencapai Rp1.300 triliun. Sementara akibat pandemi menyebabkan dana hanya terealisasi sekitar Rp266 triliun, sehingga dibutuhkan skema pembiayaan lainnya.
Baca Juga: Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Meningkat di Tahun 2025
Direktur Utama PT PII Wahid Sutopo mengatakan, kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia menurut data yang ada mencapai Rp4.700 triliun. Namun pemerintah tidak mungkin memenuhi kebutuhan itu sendiri sehingga diperlukan skema pembiayaan lainnya.
Saat ini, kata dia, PII terlibat dalam 12 proyek, salah satunya pada proyek logistik dan transportasi dengan nilai Rp116 triliun. Keterlibatan pada pembangunan tol, karena akses tol ini akan memberi dampak cukup besar dan efisiensi bagi masyarakat.
"Seperti tol Cileunyi-Tasik walaupun investasinya Rp50 triliun, tapi ini akan memberi akses lebih luas untuk wilayah selatan Jawa Barat," ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi Unpad Ina Primiana mengatakan, jalur logistik saat ini lebih banyak di bagian barat. Ada jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan lainnya seperti Tanjung priok dan Bandara Soekarno Hatta.
"Sementara ekspor terbesar selama ini dari Jabar, misalnya pada Juni 2021 tumbuh 15 persen. Sehingga sangat penting Jabar punya pelabuhan sendiri. Kita juga harus memperhatikan Jabar bagian timur, karena ternyata lengkap juga di sana. Apalagi industri pengolahan bisa tumbuh sampai 41 persen, sementrara transportasi dan pergudangan hanya tumbuh 5%," katanya.
Baca Juga: Pemkot Bandung Uji Coba Pembukaan Pusat Perbelanjaan dengan Prokes Ketat
Menurut Ina, perlu ada sesuatu yang sangat menarik, sehingga investasi bisa datang ke Jabar timur baik utara atau selatan. Namun, Jabar perlu dibangun infrastruktur logistik yang terintegrasi untuk menekan cost. Namun, kata dia, harus sesuai dengan karakteristik industri komoditas.
Sementara itu, Gubernur Jabar sebagai keynote speaker mengatakan, saat ini pihaknya terus menggenjot investasi untuk pembangunan Jawa Barat.
Sejak 2020 lalu, telah ada komitmen investasi hingga Rp380 triliun. Selain itu pihak nya juga terus menggenjot skema pembiayaan lainnya.
Baca Juga: Apindo Jabar Sebut Saat Ini Vaksinasi Jadi Kunci Utama Pemulihan Ekonomi
Saat ini, lanjutnya, minat investasi kepada Jabat cukup tinggi. Ada tiga hal yang menyebabkan Jawa Barat cukup menarik investasi, yaitu kesiapan infrastruktur, SDM yang produktif, dan kualitas pelayanan investasi yang baik. Kemudian konsep penyetaraan pembangunan antara selatan, Bandung raya, bodebek punjur, dan Rebana utara..
Sementara itu, Rektor ITL Trisakti Tjuk Sukardiman mengatakan, pembangunan infrastruktur transportasi logistik diharapkan bisa meningkatkan ekonomi jabar dan nasional.
Apalgai dengan adanya pembangunan pelabuhan Patimban dan BIJB. Jika dua infrastruktur ini berjalan, maka bisa meningkatkan ekspor, sehingga bisa menaikkan ekonomi Jabar dan nasional.
Baca Juga: Balitbangda Makassar Teliti Implementasi Merdeka Belajar dan Pemulihan Ekonomi
Rektor Unpad Rina Indriastuti mengatakan, ada beberapa pembangunan infrastruktur yang saat ini tampak yaitu pembangunan di kawasan Cirebon, Patimban, BIJB, dan Jabar Selatan. Pembangunan tersebut sangat diperlukan untuk mendorong ekonomi Jawa Barat.
Merangkum berbagai paparan saat sesi panel, Ketua BUMN Center Unpad Yudi Azis sebagai session chair mengatakan, kriteria prioritas pembangunan infrastruktur jabar saat ini adalah membangun konektifitas Infrastruktur yang berbasis digital teknologi.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan sejumlah cara. Diantaranya melalui creative financing sebagai diversifikasi sumber pembiayaan serta memanfaatkan digital banking, kemudian melalui inter konektivitas hub dan digitalitasi logistik antara Jabar utara dan selatan, dengan menjaga pengelolaan Ekonomi Kawasan Konservasi Berbasis Teknologi, dengan prioritas bagi pengembangan agro industri dan pariwisata.
Baca Juga: Ekonomi Sulsel Tembus 7,6 persen, BI Sebut Ditopang Sektor Ini
“Serta sinergitas Antar Stakeholders dengan pendekatan Pentahelix untuk penguatan konektivitas, regulasi, dan penetapan prioritas, serta debottlenecking infrastruktur logistik baik di tingkat nasional terkait jabar maupun ditingkat regional Jabar,” ucap Yudi.
"Rekomendasi ini diharapkan menjadi satu kado ulang tahun ke-76 bagi Provinsi Jawa Barat pada 19 Agustus 2021,” pungkasnya melalui keterangan pers.\
Kegiatan Infrastruktur Forum 2021 yang juga merupakan Road to West Java Investment Summit sudah mengeluarkan sejumlah rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Jabar dalam mengakselerasi pengembangan infrastruktur.