Kualitas Aset Solid, Laba BCA Tumbuh 15,8%
Pendapatan bunga bersih BBCA bertumbuh 3,3% dari tahun ke tahun (year-on-year/yoy) pada sembilan bulan tahun 2021 (Januari September/9M2021) menjadi Rp 42,2 triliun.
Beban provisi BBCA turun 16,2% yoy menjadi salah satu faktor pertumbuhan laba bersih BBCA pada 9M2021 sebesar 15,8% yoy menjadi Rp 23,19 triliun.
Kredit bermasalah (NPL) BBCA pada 9M2021 sebesar 2,4%, naik dari 9M2020 sebesar 1,9%. Walaupun naik, tingkat NPL BBCA jadi terendah di antara para bank besar lainnya.
BBCA melakukan aksi pemecahan saham atau stock split pada tanggal 12 Oktober 2021 agar semakin menjangkau investor. Aksi ini disambut baik oleh investor bahakan sempat membawa BBCA mencapai nilai pasar Rp 1.000 triliun.
BBCA resmi merilis aplikasi bank digitalnya pada awal Juli 2021 lalu setelah sebelumnya BBCA telah mengakuisisi Bank Royal Indonesia dan diganti nama menjadi Bank Digital BCA atau yang lebih dikenal dengan platform ‘Blu’.
Blu (BCA Digital) memiliki 215 ribu pengguna yang 30%nya merupakan pelanggan dari Bank BCA. Hingga kuartal ketiga 2021, Blu telah menghimpun dana Rp 800 miliar. Jumah ini setara dengan Rp 4 juta/akun, dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 100 ribu/hari.
BBCA kami rekomendasikan dibeli untuk jangka panjang melihat potensi pertumbuhan bank milik Djarum ini kedepan. Selain itu rasio-rasio perbankan BBCA mengungguli bank besar lainnya sehingga bisa dibilang kokoh secara fundamental.
Sebagai investor, kita juga perlu memperhatikan pembagian dividen perusahaan, apalagi jika untuk investasi jangka panjang. BBCA adalah emiten yang ‘gak pelit’ bagi dividen. BBCA membagikan dividen dua kali dalam setahun. Sehingga saham ini sangat lovable bagi para investor.
Baca Juga: 3 Kunci yang Harus Industri Perbankan Miliki Guna Lindungi Nasabah
PPOP BBRI Terdepan Diantara Big 4
BBRI berhasil memperoleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp 71,69 triliun pada sembilan bulan tahun 2021 (Januari-September/9M2021), tumbuh 27,9% dari yoy. Pertumbuhan pendapatan BBRI jadi yang tertinggi diantara tiga bank besar lainnya.
Walaupun beban provisi atau pencadangan BBRI meningkat 56,6%, pertumbuhan laba bersih BBRI masih terjaga 34,7%. NIM BRI pada 9M2021 sebesar 6,95%, tumbuh dari 9M2020 5,64%.
Sementara itu, kredit bermasalah BRI meningkat menjadi 3,28% dari 3,12%, namun angka tersebut masih di atas batas aman BI sebesar 5%. Sehingga kualitas aset BBRI masih baik.
BBRI berhasil melaksanakan serangkaian aksi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/right issue) untuk menyerap dana masyarakat sekaligus membentuk holding dengan menjadi pemilik Pegadaian dan PNM (PT Permodalan Nasional Madani).
Emtrade merekomendasikan Buy BBRI untuk investasi jangka panjang melihat pertumbuhan yang bisa dicapai BRI di masa depan dari ekosistem ultra mikro.
Potensi unbanked yang besar di segmen ultra mikro diharapkan dapat dioptimalisasi oleh BRI. Hadirnya BRILink dan SuperApp ultra mikro yang nantinya dibangun bisa menjadi salah satu kunci pertubuhan BRI di masa depan.
Baca Juga: Bagaimana Perlindungan yang Tepat bagi Nasabah Perbankan di Era Digital?