Pengelolaan emosi adalah salah satu dari himpunan kecerdasan emosi, dan kecerdasan emosi adalah himpunan bagian dari kehidupan sosial (Salovey and Mayer).
Pengelolaan emosi dalam pola asuh orang tua dengan anak jika mengalami trauma
Masa usia pertumbuhan pada masa kanak-kanak atau golden age seringkali mengalami penderitaan akibat suatu peristiwa yang merugikan (Kilmer, Gil Rivas, & Hardy, 2014).
Melalui pernyataan ini dapat diasumsikan, meski secara umum orang tua dapat mengupayakan yang terbaik bagi anaknya, mereka tetap tidak mampu menjaga kondisi lingkungan yang positif secara menyeluruh.
Peristiwa ekonomi, sosial, dan alam seperti peristiwa bencana bisa menyebabkan tekanan secara psikis sehingga menimbulkan trauma.
American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan trauma sebagai Catastrophic Stressor.
Catastrophic Stressor adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi diluar rentang kegiatan yang dilakukan, dapat terjadi pada seorang individu atau kelompok.
Psikolog Klinis dan CEO dari DearAstrid Sharing Story Space, Dr. Astrid Regina Sapiie dalam perbincangannya bersama sahabat sonora di acara sonora parenting edisi 28 Januari 2022 turut mengemukakan hal yang serupa.
Bahkan Dr. Astrid menambahkan, seorang anak dapat diasumsikan berpotensi mengalami trauma sejak dikandung oleh ibunya.
Baca Juga: Menyimpan Kisah Inspirasi, Ternyata Bisnis Orang Tua dari Atta Halilintar Bikin Takjub
Mengenal definisi trauma dan jenisnya.
Menurut Dr. Astrid dan Psikolog Klinis secara umum, trauma dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi, dimana seseorang itu menyadari bahwa ia kehilangan kendali dirinya, sehingga ada sesuatu terjadi yang tidak bisa dikendalikan.
Kejadian traumatis dapat menggoncangkan dan melemahkan pertahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari (Sondang E. Irene, 2003).
Sehingga kejadian tersebut dapat menimbulkan reaksi emosional berupa perilaku yang berlebihan dari seseorang.
Layaknya luka yang dialami secara fisik, jenis trauma dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu trauma besar atau big trauma, dan trauma kecil atau little trauma.
Semakin dalam goresan luka, maka semakin besar kejadian traumatis yang pernah dialami.
Kejadian Traumatis yang berpotensi menimbulkan luka mendalam atau big trauma yaitu, bencana alam, sebagai contoh: pasca-bencana alam, anak seringkali merasa takut ketika mendengar suara ombak.
Trauma besar memiliki konsekuensi tidak dapat dipulihkan seumur hidupnya.
Adapula kejadian traumatis yang menimbulkan luka ringan secara psikis, yaitu cedera dan pola asuh orang tua yang cenderung menggunakan kekerasan.
Contohnya, seorang anak pernah mengalami cedera yang cukup parah di bagian kepala akibat jatuh saat berjalan disekitar rumah, akibatnya anak tersebut menolak dengan keras ketika hendak melewati jalan yang sama.
Contoh lainnya, seorang anak seringkali mengalami kekerasan dalam pola asuh sehingga anak tersebut cenderung merasa takut ketika bertemu kedua orang tuanya.
Cara mengelola emosi pada orang tua dengan anak pasca-kejadian traumatis
Agar emosi yang muncul pasca-kejadian traumatis dapat dikelola dengan baik, secara umum orang tua diundang untuk dapat melakukan hal berikut: