Namun, kebijakan itu bak pedang bermata dua, soalnya dengan rasio DMO yang tinggi artinya pasokan global berkurang karena jumlah ekspor CPO Indonesia turun. Artinya, pasokan yang menipis berpotensi mengerek harga saham sawit lebih tinggi lagi.
Apalagi, kapasitas produksi CPO di Indonesia berpotensi terserap penuh dengan potensi permintaan dari kebutuhan untuk minyak goreng hingga biodiesel. Apalagi, kebutuhan minyak goreng berpotensi meningkat jelang Ramadan nanti.
Untuk jangka panjang, harga saham CPO juga memiliki tantangan, yakni aktivitas penanaman kembali atau replanting pohon-pohon yang sudah berusia uzur.
Baca Juga: Apakah Aman Investasi Saham dengan Utang? Ini Kata Ryan Filbert
Aktivitas replanting memang membutuhkan waktu, tetapi jika nanti masuk masa produktif bisa meningkatkan produksi yang memulihkan pasokan. Dengan begitu, harga CPO berpotensi terkoreksi karena pasokan yang mulai pulih.
Prospek Tiga Saham Nikel Terbesar
Saat ini, ada tiga saham nikel besar di Indonesia, yakni ANTM, INCO, dan PT Harum energy Tbk. (HRUM).
ANTM menjadi saham nikel yang punya prospek bagus. Soalnya, ANTM memiliki cadangan yang cukup besar, yakni 1,36 miliar wet metrik ton atau lebih dari 40% cadangan nikel di Indonesia.
Selain itu, ANTM juga tergabung dalam MIND ID dan juga pemegang saham Indonesia Battery Corporation (IBC). Artinya, ANTM berpotensi mendapatkan keuntungan dari rencana pembuatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Baca Juga: Yang Muda yang Berinvestasi, Ini Tips Alokasi Saham Bagi Kawula Muda Menurut Tung Desem
Hal itu justru berbeda dengan INCO, emiten yang dikuasai oleh Vale Canada, Sumitomo, dan sebagian ada pemerintah Indonesia itu memiliki kontrak penjualan nikel jangka panjang.
Jadi, seluruh nikel yang diproduksi INCO harus dijual ke Vale Canada dan Sumitomo. Artinya, potensi INCO mendongkrak penjualan hanya berasal dari pergerakan harga nikel dunia.
Di sisi lain, saham HRUM diperkirakan mulai produksi nikel dan masuk ke laporan keuangan pada kuartal III/2022. Di sini, HRUM mengakuisisi Nickel Mines Ltd, yang memiliki operasi tambang di Morowali, Sulawesi Tengah.
Prospek Teknikal Saham Komoditas
Secara teknikal saham komoditas masih bergerak dalam tren naik dan masih berpotensi melanjutkan trennya tersebut. Meskipun begitu, fluktuasi harga saham komoditas tetap wajib diwaspadai dalam jangka pendek.
Misalnya, INDY secara teknikal masih bergerak dalam tren naik, dan saat ini berada di area support 2.330 yang diperoleh dari MA20 daily. Bila berhasil memantul, dalam jangka pendek berpotensi menguat menguji area resisten 3000 yang diperoleh dari level tertinggi Maret 2022.