Sonora.ID - Laju kenaikan harga saham komoditas terhenti sejenak sampai penutupan perdagangan 10 Maret 2022. Namun, investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih beberapa saham komoditas. Dengan begitu, bagaimana prospek saham komoditas ke depannya?
Mayoritas saham komoditas mencatatkan koreksi pada perdagangan 10 Maret 2022. Tercatat, hanya PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yang mencatatkan kenaikan mencolok sebesar 2,89 persen menjadi Rp6.225 per saham.
Meskipun begitu, investor asing yang mencatatkan aksi beli bersih di pasar reguler senilai Rp286,41 miliar masih banyak borong saham komoditas. Sebut saja, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang diborong asing senilai Rp207,4 miliar.
Lalu, ada juga INCO, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang masing-masing diborong asing Rp116,8 miliar, Rp70,8 miliar, dan Rp46,9 miliar.
Daya tarik saham komoditas di negara Asia Tenggara, terutama Indonesia, meningkat sejak tensi perang Rusia-Ukraina meningkat.
Baca Juga: Rekomendasi Saham yang Paling Kinclong 5 Tahun Terakhir, Auto Cuan deh!
Hal itu wajar mengingat harga komoditas global melonjak tinggi dari harga minyak mentah ke atas US$100 per barel, minyak sawit ke atas 7.000 ringgit per ton, harga batu bara di atas US$400 per ton, dan nikel yang disuspensi di kisaran harga US$100.000 per ton pada 8 Maret 2022.
Tim Emtrade memperkirakan prospek saham komoditas secara keseluruhan untuk jangka pendek tetap menarik, setidaknya hingga tensi perang mereda dan kepastian implementasi sanksi ekonomi untuk Rusia.
Soalnya, saat ini masih dipenuhi ketidakpastian terkait sanksi ekonomi untuk Rusia di mana beberapa negara Eropa menolak untuk mengimplementasikan sanksi tersebut. Namun, untuk jangka menengah panjang, setiap komoditas memiliki risiko masing-masing.
Prospek Saham Batu bara
Fundamental saham batu bara untuk jangka pendek akan tetap bagus karena rata-rata harga jual batu bara diperkirakan naik. Soalnya, harga batu bara per 10 Maret 2022 masih bertahan di level US$420 per ton.
Baca Juga: Harga Bersahabat, Ini 5 Rekomendasi Saham untuk Dibeli Hari Ini (26/1)
Daya tarik saham batu bara juga masih cukup tinggi. Soalnya, mayoritas saham batu bara royal dalam membagikan dividen.
Ditambah, kenaikan harga batu bara sepanjang 2021 membuat potensi pembagian dividen pada tahun ini bisa lebih besar. Soalnya, rata-rata kinerja keuangan saham batu bara juga tumbuh agresif.
Namun, saham batu bara punya risiko jangka menengah-panjang terkait environment, social, and governance (ESG).
Apalagi, dunia sudah kompak untuk mengurangi emisi karbon, terutama dari batu bara. Bahkan, beberapa bank global mulai mengurangi penyaluran kredit ke sektor batu bara.
Di sisi lain, beberapa saham batu bara di Indonesia banyak yang mulai diversifikasi bisnis ke ESG. Misalnya, saham ADRO, INDY, dan HRUM yang menjajaki bisnis non-batu bara yang lebih ESG.
Baca Juga: 2 Orang Meninggal Akibat Omicron, Bagaimana Efeknya pada Bursa Saham?
Daya Tarik Saham CPO Jelang Ramadan
Saham minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) juga memiliki prospek fundamental yang positif untuk jangka pendek-menengah. Meski, saham CPO sempat diterpa sentimen negatif akibat dinaikkannya rasio domestic market obligation (DMO) Indonesia menjadi 30% dari sebelumnya 20%.
Namun, kebijakan itu bak pedang bermata dua, soalnya dengan rasio DMO yang tinggi artinya pasokan global berkurang karena jumlah ekspor CPO Indonesia turun. Artinya, pasokan yang menipis berpotensi mengerek harga saham sawit lebih tinggi lagi.
Apalagi, kapasitas produksi CPO di Indonesia berpotensi terserap penuh dengan potensi permintaan dari kebutuhan untuk minyak goreng hingga biodiesel. Apalagi, kebutuhan minyak goreng berpotensi meningkat jelang Ramadan nanti.
Untuk jangka panjang, harga saham CPO juga memiliki tantangan, yakni aktivitas penanaman kembali atau replanting pohon-pohon yang sudah berusia uzur.
Baca Juga: Apakah Aman Investasi Saham dengan Utang? Ini Kata Ryan Filbert
Aktivitas replanting memang membutuhkan waktu, tetapi jika nanti masuk masa produktif bisa meningkatkan produksi yang memulihkan pasokan. Dengan begitu, harga CPO berpotensi terkoreksi karena pasokan yang mulai pulih.
Prospek Tiga Saham Nikel Terbesar
Saat ini, ada tiga saham nikel besar di Indonesia, yakni ANTM, INCO, dan PT Harum energy Tbk. (HRUM).
ANTM menjadi saham nikel yang punya prospek bagus. Soalnya, ANTM memiliki cadangan yang cukup besar, yakni 1,36 miliar wet metrik ton atau lebih dari 40% cadangan nikel di Indonesia.
Selain itu, ANTM juga tergabung dalam MIND ID dan juga pemegang saham Indonesia Battery Corporation (IBC). Artinya, ANTM berpotensi mendapatkan keuntungan dari rencana pembuatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Baca Juga: Yang Muda yang Berinvestasi, Ini Tips Alokasi Saham Bagi Kawula Muda Menurut Tung Desem
Hal itu justru berbeda dengan INCO, emiten yang dikuasai oleh Vale Canada, Sumitomo, dan sebagian ada pemerintah Indonesia itu memiliki kontrak penjualan nikel jangka panjang.
Jadi, seluruh nikel yang diproduksi INCO harus dijual ke Vale Canada dan Sumitomo. Artinya, potensi INCO mendongkrak penjualan hanya berasal dari pergerakan harga nikel dunia.
Di sisi lain, saham HRUM diperkirakan mulai produksi nikel dan masuk ke laporan keuangan pada kuartal III/2022. Di sini, HRUM mengakuisisi Nickel Mines Ltd, yang memiliki operasi tambang di Morowali, Sulawesi Tengah.
Prospek Teknikal Saham Komoditas
Secara teknikal saham komoditas masih bergerak dalam tren naik dan masih berpotensi melanjutkan trennya tersebut. Meskipun begitu, fluktuasi harga saham komoditas tetap wajib diwaspadai dalam jangka pendek.
Misalnya, INDY secara teknikal masih bergerak dalam tren naik, dan saat ini berada di area support 2.330 yang diperoleh dari MA20 daily. Bila berhasil memantul, dalam jangka pendek berpotensi menguat menguji area resisten 3000 yang diperoleh dari level tertinggi Maret 2022.