Saat usianya ke-17 tahun, ia tak segan mengangkat senjata melawan penjajah Belanda.
Peran Martha Christina Tiahahu juga luar biasa dengan memberikan semangat dan dukungan kepada kaum wanita agar membantu laki-laki yang sedang di medan perang melawan penjajah.
Kondisi kesehatan fisik dan mental Martha Christina Tiahahu mengalami penurunan setelah ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu dihukum mati oleh Belanda.
Dia pun ditangkap bersama 39 orang lainnya dan dibawa ke Pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi.
Selama di kapal, kondisi kesehatannya makin parah. Apalagi dia enggan makan dan minum obat.
Akhirnya, Martha Christina Tiahahu wafat pada 2 Januari 1818 dan disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
4. Laksamana Malahayati
Pahlawan nasional wanita selanjutnya adalah Keumalahayati, yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550.
Dia merupakan pejuang Kesultanan Aceh yang memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Pada 11 September 1599, Malahayati memimpin perang melawan Belanda dan membunuh Cornelis de Houtman.
Karena keberaniannya yang luar biasa, Malahayati diberi gelar Laksamana.
5. Dewi Sartika
Dari daerah Jawa Barat, ada Raden Dewi Sartika.
Seperti Kartini, dia juga adalah sosok yang memperjuangkan pendidikan para wanita di masa penjajahan.
Pada 16 Januari 1904, ia membangun Sekolah Istri di Pendopo. Sekolah itu kemudian diganti namanya menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri pada 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.
Pada 11 September 1947 Dewi Sartika meninggal dunia.
Karena perjuangannya dalam memajukan pendidikan bagi para wanita, ia mendapat gelar Orde van Oranje-Nassau.
Beberapa tahun setelah kematiannya, namanya dimasukkan dalam daftar Pahlawan Nasional Wanita, tepatnya pada 1 Desember 1966.
Baca Juga: 10 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI Lengkap dengan Profilnya
6. Nyai Ahmad Dahlan