Sonora.ID - Berikut ini akan diulas tentang sosok para pahlawan nasional wanita Indonesia yang turut berjuang demi kemerdekaan lengkap dengan ulasan asal usulnya.
Pahlawan merupakan sosok berjasa yang namanya diabadikan karena telah berjuang untuk tanah air.
Selain pahlawan laki-laki, ada pula ditemui pahlawan nasional wanita.
Meski jumlahnya tidak sebanyak pria, mereka turut berkontribusi dan berjasa hingga mengorbankannya nyawanya.
Karena perjuangannya, gelar pahlawan nasional disematkan kepada mereka. Gelar ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan bagi mereka yang gugur demi membela bangsa.
Kali ini akan diulas siapa saja pahlawan nasional wanita yang ada. Inilah ulasannya dikutip dari Gramedia.com.
Baca Juga: 17 Pesan Perjuangan Pahlawan untuk Ucapan Hari Pahlawan 10 November
Pahlawan Nasional Wanita Indonesia
1. Raden Adjeng Kartini
R.A Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879.
Nama R.A Kartini sudah sangat dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional.
Perjuangannya untuk para wanita di Indonesia sangat luar biasa.
Seorang Kartini dengan berani memperjuangkan hak-hak para wanita agar bisa mendapatkan pendidikan layaknya kaum pria.
Karena perjuangannya inilah, hari kelahirannya ditetapkan sebagai salah satu hari penting nasional, yaitu Hari Kartini.
2. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien lahir di Lampadang Kerajaan Aceh.
Meski seorang wanita, tekad dan semangat Cut Nyak Dien untuk melawan penjajahan sangatlah besar.
Bahkan dia pernah ikut ke medan perang saat melawan koloni Belanda.
3. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu lahir pada 4 Januari 1800 di Desa Abubu, Pulau Nusalaut. Maluku.
Saat usianya ke-17 tahun, ia tak segan mengangkat senjata melawan penjajah Belanda.
Peran Martha Christina Tiahahu juga luar biasa dengan memberikan semangat dan dukungan kepada kaum wanita agar membantu laki-laki yang sedang di medan perang melawan penjajah.
Kondisi kesehatan fisik dan mental Martha Christina Tiahahu mengalami penurunan setelah ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu dihukum mati oleh Belanda.
Dia pun ditangkap bersama 39 orang lainnya dan dibawa ke Pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi.
Selama di kapal, kondisi kesehatannya makin parah. Apalagi dia enggan makan dan minum obat.
Akhirnya, Martha Christina Tiahahu wafat pada 2 Januari 1818 dan disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
4. Laksamana Malahayati
Pahlawan nasional wanita selanjutnya adalah Keumalahayati, yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550.
Dia merupakan pejuang Kesultanan Aceh yang memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Pada 11 September 1599, Malahayati memimpin perang melawan Belanda dan membunuh Cornelis de Houtman.
Karena keberaniannya yang luar biasa, Malahayati diberi gelar Laksamana.
5. Dewi Sartika
Dari daerah Jawa Barat, ada Raden Dewi Sartika.
Seperti Kartini, dia juga adalah sosok yang memperjuangkan pendidikan para wanita di masa penjajahan.
Pada 16 Januari 1904, ia membangun Sekolah Istri di Pendopo. Sekolah itu kemudian diganti namanya menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri pada 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.
Pada 11 September 1947 Dewi Sartika meninggal dunia.
Karena perjuangannya dalam memajukan pendidikan bagi para wanita, ia mendapat gelar Orde van Oranje-Nassau.
Beberapa tahun setelah kematiannya, namanya dimasukkan dalam daftar Pahlawan Nasional Wanita, tepatnya pada 1 Desember 1966.
Baca Juga: 10 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI Lengkap dengan Profilnya
6. Nyai Ahmad Dahlan
Dari Yogyakarta, ada sosok Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah.
Ia berperan sebagai tokoh emansipasi wanita yang berdiskusi dengan Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno.
Pada 1914, Nyai Ahmad Dahlan juga menjadi pelopor pendirian perkumpulan Sopo Tresno bagi para wanita muslim. Perkumpulan ini berfokus pada bidang dakwah, pendidikan, dan sosial.
Perhatiannya pada para wanita juga diwujudkan dengan mendirikan asrama putri di rumahnya.
Para wanita ini diajarkan tentang pengetahuan agama, seperti tata cara ibadah, pendidikan keimanan dan pelatihan pidato dan ceramah.
7. Rasuna Said
Jika Anda pernah melintas ke salah satu Jalan Rasuda Said, inilah sosoknya.
Wanita bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said ini berasal dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat.
Seperti kartini, Rasuna Said juga memperjuangkan persamaan hak antara wanita dan laki-laki di masa penjajahan Belanda.
Ia pernah menyampaikan pidato yang mengecam pemerintahan Belanda hingga dijatuhi hukuman Speek Delict, hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda
Pada tahun 1932, Rasuna Said juga pernah ditangkap Belanda dan dipenjara di Semarang.
Setelah Indonesia merdeka, salah satu pahlawan nasional wanita ini menjadi Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Pada 2 November 1965, Rasuna Said wafat setelah melawan penyakit kanker darah yang dideritanya.
8. Nyi Ageng Serang
Pahlawan nasional wanita selanjutnya berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah.
Dialah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang lahir pada tahun 1752.
Ayahnya merupakan Pangeran Natapraja dan masih satu keturunan dengan Sunan Kalijaga.
Kakaknya, Kyai Ageng Serang beperan melawan penjajah bersama ayahnya. Namun kakaknya tewas setelah melawan Pakubuwono I yang ditunggangi Belanda. Ayah dan suaminya pun gugur.
Kematian orang-orang yang dicintainya membuat Nyi Ageng Serang kian semangat melawan Belanda. Bahkan hingga usianya yang ke-73, ia masih memimpin pasukan perang melawan Belanda.
Kemampuan menyusun strategi perang seorang Nyi Ageng Serang memang tak perlu diragukan lagi. Kehebatannya itu pun diakui oleh Pangeran Diponegoro.
Karena itulah, Pangeran Diponegoro mempercayakan dirinya sebagai penasihat.
Di usia 76 tahun, dua tahun sebelum Perang Diponegoro berakhir, Nyi Ageng Serang wafat karena wabah malaria.
9. Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus
Pahlawan Nasional Wanita juga datang dari kalangan jurnalis. Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus ditetapkan sebagai salah satu pahlawan pada tahun 2019 lalu oleh Presiden Joko Widodo.
Rohana Kuddus lahir di Kotagadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884.
Rohana merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama.
Dia juga adalah bibi dari penyair Chairil Anwar serta sepupu dari KH Agus Salim.
Di usianya yang masih 24 tahun, Rohana sangat aktif mengkritis kondisi para wanita di kota Gadang.
Seperti Kartini, Ruhana berjasa membangun sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang tahun 1911.
Dia juga dikenal sebagai jurnalis wanita pertama dari Sumatera Barat yang berkontribusi besar bagi para wanita Indonesia.
Melalui tulisannya, ia membakar semangat juang para pemuda melawan penjajah.
10. Siti Hartinah (Ibu Tien Suharto)
Raden Ayu Hj. Siti Hartinah, atau yang akrab disapa Ibu Tien Soeharto juga termasuk salah satu pahlawan nasional wanita.
Istri dari Presiden RI kedua ini mendapatkan gelar tersebut tak lama setelah wafat.
Semasa hidupnya, ia turut berperan menetapkan larangan poligami bagi para pejabat tanah air dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Dia juga merupakan penggerak Kongres Wanita Indonesia.
Baca Juga: dr. Raden Rubini Natawisastra Pahlawan Kalbar Resmi Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional
11. Opu Daeng Risadju
Opu Daeng Risaju lahir pada tahun 1880 di Palopo, Sulawesi Selatan.
Saat Belanda menguasai kerajaan Luwu, Opu Daeng dan suaminya meninggalkan kota Palopo dan menetap di kota Pare-pare.
Di Pare-pare inilah dia mulai aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dari sinilah ia mulai memperluas perjuangan hingga membuat pemerintahan Belanda ketat-ketir.
Hal ini membuatnya dituduh melakukan provokasi untuk melawan Belanda hingga dipenjara 13 bulan.
12. Fatmawati
Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Fatmawati dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Gelar ini diberikan karena banyak jasanya mendukung kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya berperan menjahit bendera merah putih untuk upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
13. Siti Manggopoh
Siti Manggopoh termasuk salah satu Pahlawan Nasional Wanita asal Sumatera. Julukannya adalah Singa Betina.
Siti Manggopoh lahir 1 Mei 1880 di Manggopoh, Hindia Belanda dan meninggal tanggal 22 Agustus 1965.
Semasa hidupnya, ia berperan mengobarkan perlawanan terhadap Belanda terkait kebijakan ekonomi pajak uang atau belasting. Pajak ini termasuk pajak tanah, rumah adat, tembakau, hingga barang rumah tangga.
Peraturan tersebut dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau karena tanah yang ada adalah milik warga pribumi. Aturan ini pun merugikan.
14. Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis lahir 1 Desember 1872.
Dia dikenal berkontribusi pada pendidikan terhadap kaum wanita yang semasa itu tidak diperhatikan.
Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.
Lewat PIKAT, kaum perempuan dibekali ilmu untuk berumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lainnya.
Maria meninggal pada 22 April 1924.
15. Andi Depu Maraddia Balanipa
Gelar Pahlawan Nasional Wanita untuk Andi Depu diberikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018 lalu.
Gelar ini diberikan karena jasanya yang mempertahankan wilayah Indonesia dari penaklukan Belanda.
Ketika pasukan Jepang datang di Polewali Mandar pada tahun 1942, dengan gagah berani Andi Depu mengibarkan bendera merah putih.
Andi Depu meninggal pada 18 Juni 1985 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar, Sulawesi Selatan.
16. Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia juga termasuk salah satu pahlawan nasional.
Ia aktif membantu suaminya melakukan perlawan terhadap Belanda. Suaminya, Teuku Muhammad tertangkap dan dihukum mati.
Ia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe, sesuai wasiat suami pertamanya. Bersama suami keduanya ini, Cut Meutia terjun ke medan perang. Mereka bertempur dengan Korps Marechausée dan membuat suaminya gugur pada 26 September 1910.
Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober 1910.
Demikian ulasan mengenai daftar pahlawan nasional wanita di Indonesia.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.