16 Pahlawan Nasional Wanita Indonesia, Ikut Berjuang untuk Tanah Air!

10 November 2022 10:00 WIB
ilustrasi, Pahlawan Nasional Wanita
ilustrasi, Pahlawan Nasional Wanita ( Istimewa)

Dari Yogyakarta, ada sosok Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah.

Ia berperan sebagai tokoh emansipasi wanita yang berdiskusi dengan Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno.

Pada 1914, Nyai Ahmad Dahlan juga menjadi pelopor pendirian perkumpulan Sopo Tresno bagi para wanita muslim. Perkumpulan ini berfokus pada bidang dakwah, pendidikan, dan sosial.

Perhatiannya pada para wanita juga diwujudkan dengan mendirikan asrama putri di rumahnya. 

Para wanita ini diajarkan tentang pengetahuan agama, seperti tata cara ibadah, pendidikan keimanan dan pelatihan pidato dan ceramah.

7. Rasuna Said

Jika Anda pernah melintas ke salah satu Jalan Rasuda Said, inilah sosoknya.

Wanita bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said ini berasal dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat.

Seperti kartini, Rasuna Said juga memperjuangkan persamaan hak antara wanita dan laki-laki di masa penjajahan Belanda.

Ia pernah menyampaikan pidato yang mengecam pemerintahan Belanda hingga dijatuhi hukuman Speek Delict, hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda

Pada tahun 1932, Rasuna Said juga pernah ditangkap Belanda dan dipenjara di Semarang.

Setelah Indonesia merdeka, salah satu pahlawan nasional wanita ini menjadi Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat.

Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Pada 2 November 1965, Rasuna Said wafat setelah melawan penyakit kanker darah yang dideritanya.

8. Nyi Ageng Serang

Pahlawan nasional wanita selanjutnya berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah.

Dialah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang lahir pada tahun 1752.

Ayahnya merupakan Pangeran Natapraja dan masih satu keturunan dengan Sunan Kalijaga.

Kakaknya, Kyai Ageng Serang beperan melawan penjajah bersama ayahnya. Namun kakaknya tewas setelah melawan Pakubuwono I yang ditunggangi Belanda. Ayah dan suaminya pun gugur.

Kematian orang-orang yang dicintainya membuat Nyi Ageng Serang kian semangat melawan Belanda. Bahkan hingga usianya yang ke-73, ia masih memimpin pasukan perang melawan Belanda.

Kemampuan menyusun strategi perang seorang Nyi Ageng Serang memang tak perlu diragukan lagi. Kehebatannya itu pun diakui oleh Pangeran Diponegoro.

Karena itulah, Pangeran Diponegoro mempercayakan dirinya sebagai penasihat.

Di usia 76 tahun, dua tahun sebelum Perang Diponegoro berakhir, Nyi Ageng Serang wafat karena wabah malaria.

9. Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus

Pahlawan Nasional Wanita juga datang dari kalangan jurnalis. Ruhana Kuddus atau Rohana Kuddus ditetapkan sebagai salah satu pahlawan pada tahun 2019 lalu oleh Presiden Joko Widodo.

Rohana Kuddus lahir di Kotagadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884.

Rohana merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama.

Dia juga adalah bibi dari penyair Chairil Anwar serta sepupu dari KH Agus Salim.

Di usianya yang masih 24 tahun, Rohana sangat aktif mengkritis kondisi para wanita di kota Gadang.

Seperti Kartini, Ruhana berjasa membangun sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang tahun 1911.

Dia juga dikenal sebagai jurnalis wanita pertama dari Sumatera Barat yang berkontribusi besar bagi para wanita Indonesia.

Melalui tulisannya, ia membakar semangat juang para pemuda melawan penjajah.

10. Siti Hartinah (Ibu Tien Suharto)

Raden Ayu Hj. Siti Hartinah, atau yang akrab disapa Ibu Tien Soeharto juga termasuk salah satu pahlawan nasional wanita.

Istri dari Presiden RI kedua ini mendapatkan gelar tersebut tak lama setelah wafat.

Semasa hidupnya, ia turut berperan menetapkan larangan poligami bagi para pejabat tanah air dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dia juga merupakan penggerak Kongres Wanita Indonesia.

Baca Juga: dr. Raden Rubini Natawisastra Pahlawan Kalbar Resmi Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional

11. Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risaju lahir pada tahun 1880 di Palopo, Sulawesi Selatan.

Saat Belanda menguasai kerajaan Luwu, Opu Daeng dan suaminya meninggalkan kota Palopo dan menetap di kota Pare-pare.

Di Pare-pare inilah dia mulai aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Dari sinilah ia mulai memperluas perjuangan hingga membuat pemerintahan Belanda ketat-ketir.

Hal ini membuatnya dituduh melakukan provokasi untuk melawan Belanda hingga dipenjara 13 bulan. 

12. Fatmawati

Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Fatmawati dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Gelar ini diberikan karena banyak jasanya mendukung kemerdekaan Indonesia.

Salah satunya berperan menjahit bendera merah putih untuk upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

13. Siti Manggopoh

Siti Manggopoh termasuk salah satu Pahlawan Nasional Wanita asal Sumatera. Julukannya adalah Singa Betina.

Siti Manggopoh lahir 1 Mei 1880 di Manggopoh, Hindia Belanda dan meninggal tanggal 22 Agustus 1965.

Semasa hidupnya, ia berperan mengobarkan perlawanan terhadap Belanda terkait kebijakan ekonomi pajak uang atau belasting. Pajak ini termasuk pajak tanah, rumah adat, tembakau, hingga barang rumah tangga.

Peraturan tersebut dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau karena tanah yang ada adalah milik warga pribumi. Aturan ini pun merugikan.

14. Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis lahir 1 Desember 1872.

Dia dikenal berkontribusi pada pendidikan terhadap kaum wanita yang semasa itu tidak diperhatikan.

Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.

Lewat PIKAT, kaum perempuan dibekali ilmu untuk berumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lainnya.

Maria meninggal pada 22 April 1924.

15. Andi Depu Maraddia Balanipa

Gelar Pahlawan Nasional Wanita untuk Andi Depu diberikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018 lalu.

Gelar ini diberikan karena jasanya yang mempertahankan wilayah Indonesia dari penaklukan Belanda.

Ketika pasukan Jepang datang di Polewali Mandar pada tahun 1942, dengan gagah berani Andi Depu mengibarkan bendera merah putih.

Andi Depu meninggal pada 18 Juni 1985 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar, Sulawesi Selatan.

16. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia juga termasuk salah satu pahlawan nasional.

Ia aktif membantu suaminya melakukan perlawan terhadap Belanda. Suaminya, Teuku Muhammad tertangkap dan dihukum mati.

Ia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe, sesuai wasiat suami pertamanya. Bersama suami keduanya ini, Cut Meutia terjun ke medan perang. Mereka bertempur dengan Korps Marechausée dan membuat suaminya gugur pada 26 September 1910.

Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober 1910.

Demikian ulasan mengenai daftar pahlawan nasional wanita di Indonesia. 

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm