Sonora.ID - Contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi bisa kamu jadikan referensi untuk menyusun teks drama.
Dalam sebuah pertunjukan, drama digambarkan sebagai kehidupan serta watak manusia melalui tingkah laku yang dipentaskan di depan umum.
Biasanya kisah yang diangkat adalah cerita fiktif (bukan sebenarnya) dan bisa juga yang merupakan sebuah fakta dalam realita. Namun sebelum drama tersebut dapat dipentaskan, maka harus ada naskahnya terlebih dulu.
Tujuannya supaya para pemain dapat memainkan kalimat atau adegan yang diperlukan dalam drama yang dipentaskan.
Sebelum membuat teks drama, pastikan kamu dan kelompokmu memahami unsur, tokoh, dan alur yang ada di dalamnya.
Baca Juga: 3 Contoh Naskah Drama Singkat 2 Orang tentang Cita-cita dan Teman Baik
Berikut adalah lima contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi antar sesama manusia.
Contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi 1
Adik: (sibuk bermain mobil-mobilan)
Ibu: "Dik, bisa tolong ibu ambilkan buah di kulkas?"
Adik: "Hmmm.. Enggak bisa bu, aku lagi sibuk mainan mobil-mobilan.."
Ibu: "Ibu minta tolong sebentar saja, nanti setelah itu kamu bisa main lagi,"
Adik: "Minta tolong ayah saja,"
Ibu: "Ayah kan lagi sibuk kerja di rumah. Ayo bantu ibu sebentar saja.."
Ayah: (keluar ruangan kerja menuju kulkas untuk mengambil buah)
Ibu: "Eh ayah, makasih ayah," (menerima buah dari ayah)
Ayah: "Adik, ayah tahu kamu lagi senang bermain mobil-mobilan, tetapi kamu jangan lupa membantu ibu. Kasihan ibu kerepotan di dapur.."
Adik: "Tapi ayah.. Aku kan juga pengin mainan, karena sedang libur.."
Ayah: "Iya.. Ayah tahu, tapi sebagai anggota keluarga, kita harus menerapkan hidup toleransi, yakni dengan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.."
Adik: "Oh begitu ya ayah.. Baiklah, mulai sekarang aku akan rajin membantu ibu dan ayah.."
Contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi 2
Putu: Eh, Ahmad, bukankah sebentar lagi bulan Ramadan. Apakah sekolah kita akan mengadakan lagi acara pesantren kilat seperti tahun sebelumnya?
Ahmad: Wah, saya belum berdiskusi dengan para pengurus rohis. Tapi mudah-mudahan saja ada, ya.
Gede: Iya, kalau ada pesantren kilat biasanya kita bisa ikut merayakan momen buka puasa meski tidak ikut berpuasa. Saat magrib berkumandang, ada banyak makanan dan minuman yang enak biasa. Seperti kolak, jus buah, es campur dan lain-lain.
Michael: Tapi jadinya kan kita pulang terlambat, kan?! Karena kita harus menunggu dulu anak-anak yang berpuasa untuk selesai berbuka, salat, dan kegiatan lainnya.
Putu: Lho, bukannya tidak diwajibkan untuk ikut, ya?! (memasang tampang bingung dan heran) Pak Guru sudah memperbolehkan kita yang bukan Islam untuk pulang lebih dulu. Pilihan kita sendiri mau ikut menemani teman-teman muslim buka puasa dan kegiatan pesantren kilat nya.
Gede: Apa yang diucapkan Putu tadi ada benarnya lho, Michael. Kita yang bukan Islam tidak diwajibkan untuk ikut merayakan momen buka puasa hingga pesantren kilat. Kamu bisa pulang begitu kegiatan ekstrakurikuler selesai.
Michael: Iya tetap saja, teman-temanku yang lain jadi ikut stay di sekolah. Aku jadi nggak ada kawan pulang. Mau tak mau kan aku juga ikut tinggal di sekolah.
Gede: Michael, tidak ada yang memaksa kamu untuk tinggal di sekolah. Bukan salah temen-temen muslim kita yang sedang melakukan ibadah juga. Kamu tinggal di sekolah itu murni keputusan kamu, bukan karena teman-teman muslim yang sedang menjalankan ibadah mereka.
Putu: Kamu harus menjaga tenggang rasa dan toleransi, Michael. Karena apa yang barusan kamu ucapkan itu pasti membuat hati Ahmad dan teman-teman muslim lainnya bersedih.
Michael: (menyadari kesalahan) Iya juga, ya. Maaf ya, Ahmad. Saya tidak bermaksud melukai kamu dengan ucapan saya tadi.
Ahmad: Tidak apa-apa Michael, santai saja.
Contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi 3
Angga: Teman-teman! Sepertinya besok kita harus melakukan kerja kelompok Bahasa Indonesia. Sebab tugasnya harus dikumpulkan minggu depan.
Doni: Tak masalah, mari kita kerjakan, supaya cepat selesai. Itu demi kebaikan kita.
Sasi: Hmmmm..
Doni: Kamu kenapa, Sasi? Kok tidak menjawab ajakan Angga tadi?
Sasi: Hmmmm.. Sebenarnya begini teman-teman, besok sepertinya saya tidak bisa ikut kerja kelompok, sebab saya harus merawat kakekku yang sedang sakit. Tidak ada orang di rumah.
Angga: Loh, kok begitu sih Sas? Tadi Doni sudah bilang kalau tugasnya akan lebih baik jika cepat selesai. Kamu juga tahu sendiri kalau menunda pekerjaan itu bakal repot ke belakangnya.
Sasi: Iya, aku tahu Angga. Tapi kakek saya sedang sakit, dan saya ingin merawatnya. Di rumah sedang tidak ada orang, karena ibu bapak saya pergi bekerja. Bagaimana kalau kita kerja kelompok besok lusa saja?
Angga: Aku nggak mau! Aku maunya besok. Kalau kamu ngga mau, tidak usah ikut. Kenapa aku harus ikutin kamu? (terlihat marah dan hendak pergi)
Doni: Hei! Angga! Jangan pergi dulu, kita masih bisa kok mengerjakan tugas kelompok itu besok lusa. Sekarang kan masih hari Selasa, sedangkan tugas harus terkumpul di hari Rabu pekan depan. Jadi sama sekali tak ada masalah jika kita mengerjakannya ada salahnya kalau kita mengerjakannya hari Kamis.”
Angga: T-t-t-tapi, Don, (hendak menyanggah)
Doni: Angga… Kita harus menerapkan sikap toleransi pada teman kita. Sasi tidak ikut bukan karena alasan yang macam-macam. Sasi bukan anak yang malas. Dia justru tidak dapat ikut karena harus merawat kakeknya yang sedang sakit. Apalagi di rumahnya tidak ada orang sama sekali. (menyela perkataan Angga)
Angga: (berpikir) Hmmmm…, Oke. Baiklah, kalau begitu. Setelah dipikir-pikir, waktunya memang masih cukup panjang. Oke Sasi, kita kerja kelompok hari Kamis saja ya.
Sasi: Makasih ya Angga, Doni, kalian sudah mau memahami kondisi saya.
Angga: Iya Sasi, sama-sama, maafkan atas perkataanku tadi. Semoga Kakekmu cepat sembuh.
Doni: Nah, Kalau begini kan jadi enak dan tidak perlu bertengkar dan berdebat. Bisa saling memahami itu indah lho.
Demikian adalah empat contoh naskah drama pendek tentang sikap toleransi.