Biografi Soekarno, Presiden Pertama RI, Proklamator Kemerdekaan Indonesia

24 Februari 2023 11:19 WIB
Ilustrasi Biografi Soekarno
Ilustrasi Biografi Soekarno ( Kompas.com)

Sonora.ID – Ir. Soekarno atau yang akrab dipanggil Bung Karno adalah sosok yang memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena memberikan banyak teladan bagi bangsa.

Pria yang disebut sebagai Bapak Proklamator ini adalah sosok yang memiliki rasa nasionalisme tinggi dan tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Itulah sebabnya, biografi Soekarno sangat menarik untuk dibahas dan diketahui oleh generasi bangsa Indonesia.

Berikut biografi Seokarno, Presiden pertama RI, proklamator kemerdekaan Indonesia.

Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945–1967.

Baca Juga: Ciri-ciri Teks Biografi, Beserta Struktur dan Kaidah Kebahasaannya

Beliau adalah seorang tokoh perjuangan yang berperan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Soekarno juga merupakan orang pertama yang mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.

Awal kehidupan Soekarno

Soekarno terlahir ketika Indonesia masih berada di bawah penjajahan kolonialisme Belanda.

Ia adalah anak dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayah Soekarno adalah seorang guru yang pernah bekerja di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.

Di sanalah, Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu Nyoman Rai yang merupakan perempuan keturunan bangsawan Bali.

Mereka kemudian menikah dan memiliki dua anak, yakni Soekarno dan kakak perempuannya yang bernama Soekarmini.

Saat lahir, Soekarno diberi nama Koesno Sosrodihardjo. Namun, saat berusia 11 tahun, namanya diubah menjadi Soekarno karena ia sering sakit-sakitan.

Ketika kecil, Soekarno sempat tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo, di Tulung Agung, Jawa Timur.

Soekarno lahir dari perpaduan antara bangsawan kelas priyayi dari sang ayah dan keluarga Brahmana dari sang ibu yang taat beribadah. Sehingga membuat Soekarno memiliki kultur dan kepercayaan yang kuat.

Ayahnya mendidik Soekarno dengan disiplin tinggi, sehingga Soekarno dituntut untuk terus belajar membaca dan menulis.

Usaha tersebut membuat Soekarno termasuk murid yang unggul.

Pendidikan Soekarno

Melansir dari Arsip Nasional Repblik Indonesia, masa kecil Soekarno hanya dihabiskan beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.

Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Kemudian beliau melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya.

Selepas lulus HBS tahun 1920, beliau pindah ke Bandung dan melanjutkan studinya ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB).

Dari studinya tersebut, beliau berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.

Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927.

Baca Juga: Punya Utang Budi, 7 Negara Ini Mengabadikan Nama Soekarno Jadi Bangunan Hingga Jalan

Perjuangan Soekarno

Melalui PNI, Soekarno kemudian menyusun rencana untuk memerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Pergerakan Soekarno bersama PNI kemudian membuat Belanda marah. Belanda kemudian menangkap Bung Karno di Yogyakarta pada 29 Desember 1929.

Keesokan harinya, Soekarno dibawa ke Bandung dan harus mendekam di Penjara Banceuy selama sekitar delapan bulan sebelum akhirnya dihadapkan di muka pengadilan.

Saat dibawa ke pengadilan, Soekarno membacakan pidato Indonesia Menggugat sebagai pledoi atau pembelaannya terhadap tuduhan hendak menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda.

Isi pidato Indonesia Menggugat itu membuat Belanda bertambah marah. Soekarno pun akhirnya dijebloskan ke Penjara Sukamiskin, Bandung, dan harus mendekam di sel hingga 31 Desember 1931.

Setelah keluar dari penjara, Bung Karno kemudian bergabung dengan organisasi pecahan PNI, yakni Partai Indonesia (Partindo), pada Juli 1932.

Akan tetapi, Belanda kembali menangkap Soekarno dan membuangnya ke pengasingan di Flores pada Agustus 1933.

Soekarno juga sempat diasingkan ke Bengkulu pada 1938 hingga 1942 sebelum akhirnya bebas ketika Indonesia dijajah Jepang.

Selama penjajahan Jepang, Soekarno memiliki peran penting dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Jepang sengaja menggandeng beberapa tokoh Indonesia, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, untuk menarik simpati rakyat pribumi dengan janji kemerdekaan.

Soekarno aktif dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang, seperti Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.

Sementara pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 Ir Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Akhir hidup Sang Proklamator

Berbanding terbalik dengan gempita perjuangannya dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia, akhir hidup Soekarno cenderung sunyi dan sepi.

Soekarno meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, pada 21 Juni 1970.

Soekarno mengembuskan napas terakhirnya setelah menjalani masa pengasingan dan menjadi tahanan Orde Baru.

Sang Proklamator terusir dari Istana Merdeka dan Istana Bogor pada 1967, seusai jabatannya sebagai presiden dicabut berdasarkan Ketetapan No XXXIII/MPRS/1967.

Pelengseran Soekarno tidak terlepas dari kekacauan yang timbul pasca-Gerakan 30 September (G30S).

Setelah dilengserkan, Soekarno harus menjalani pengasingan di Istana Batu Tulis di Bogor, Jawa Barat.

Soekarno sempat dipindahkan ke Wisma Yaso, Jakarta, pada 1969, sebelum akirnya Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia tutup usia pada 21 Juni 1970.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: Tak Hanya Soekarno dan Megawati, 6 Negara Ini Juga Pernah Dipimpin Ayah dan Anak!

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm