Hari, bulan, dan tahun pun berlalu, penduduk Mesir melihat bahwa jumlah Bani Israil semakin sedikit karena dibunuhnya anak laki-laki yang masih kecil. Mereka khawatir jika orang-orang dewasanya wafat, sedang anak-anaknya dibunuh nantinya tidak ada lagi yang mengurus tanah mereka. Oleh karena itu, mereka pun pergi mendatangi Firaun dan memberitahukan masalah itu. Lalu, Fir'aun pun berpikir ulang, kemudian ia memerintahkan untuk membunuh laki-laki secara umum dan membiarkan mereka secara umum.
Di tengah perintah pembunuhan bayi laki-laki tersebut, lahirlah Nabi Musa dari seorang ibu bernama Yukaibd. Yukaibd merasa ketakutan kalau anaknya akan dibunuh sehingga memutuskan untuk menaruh anaknya di tempat yang jauh dari jangkauan tentara Fir'aun yang diperintahkan membunuh anak laki-laki dari Bani Israil.
Allah Swt. mengilhamkan kepada Yukaib untuk menyusui Musa dan meletakkannya ke dalam sebuah peti kecil yang terikat dengan tali. Selanjutnya, peti itu dihanyutkan di Sungai Nil. Ketika tentara Fir'aun pergi, maka ia menarik kembali peti itu.
Yukaibd lupa mengikat peti itu dengan tali maka peti itu terbawa oleh air dan terus berjalan. Sementara itu, saudari Musa diperintahkan untuk memperhatikannya dan berjalan di sampingnya sambil melihat ke mana peti yang membawa Nabi Musa itu berhenti. Peti tersebut tetap mengambang di atas Sungai Nil bergoyang ke kanan dan ke kiri digerakkan oleh ombak, hingga kemudian peti itu terbawa ke arah istana Fir'aun yang berada di dekat Sungai Nil. Ketika saudari Musa melihat peti itu mengarah ke istana Fir'aun maka ia segera menyampaikan kepada ibunya untuk memberitahukan hal itu sehingga hati ibu Musa menjadi kosong, hampir saja ia menyatakan keadaan yang sebenarnya bahwa Musa adalah anaknya sendiri.
Istri Fir'aun, Asiyah, suatu ketika sedang berjalan di kebun istana bersama para pelayannya. Saat berjalan, Asiyah melihat sebuah peti di pinggir Sungai Nil di ujung istana. Asiyah pun menyuruh para pelayannya untuk membawanya dan mereka tidak berani membukanya sampai meletakkan peti itu di hadapan Asiyah. Kemudian, Asiyah melihat peti itu dan dilihatnya ada seorang bayi laki-laki dan menanamkan dalam hatinya rasa cinta kepada anak itu.
Diketahui Asiyah adalah seorang wanita yang mandul. Asiyah pun mengambil bayi Musa dan memeluknya. Ia bertekad untuk menjaganya dari pembunuhan dan penyembelihan yang sedang dilakukan Fir'aun. Kemudian, Asiyah membawa bayi Musa ke hadapan suaminya yakni Fir'aun dan berkata dengan penuh rasa kasihan.
Fir'aun pun menyetujui permintaan Asiyah untuk tidak membunuh bayi laki-laki tersebut dan mengangkatnya sebagai anak.
Kisah Nabi Musa: Pertemuan dengan Ibu Kandung
Karena Asiyah tidak dapat menyusui, ia pun mencari ibu susu untuk untuk menyusukan dan mengurus bayi Musa. Ada beberapa ibu susu yang datang ke istana untuk menyusui bayi Musa tetapi bayi Musa menolak semuanya. Hal ini membuat semua orang yang tinggal di istana sibuk memikirkannya. Berita ini tersebar di kalangan masyarakat sekitar istana sehingga saudari Musa mengetahui hal itu. Ia pun segera pergi ke istana untuk menemui Asiyah istri Fir'aun dan memberitahukan bahwa ia mengetahui ibu susu yang cocok untuk anak ini. Mendengar hal itu, Asiyah bergembira sekali dan meminta kepadanya agar ibu susu itu dibawa segera ke hadapannya.
Saudari Musa pun pulang dan menemui ibunya yang sedang dalam keadaan menangis karena kehilangan anaknya. Kemudian, saudari Musa memberitahukan pembicaraan antara dirinya dengan istri Fir'aun sehingga tenanglah hati ibu Nabi Musa.