Sonora.ID - Salah satu metode yang sangat efektif untuk mencapai tubuh yang ramping dan menjaga berat badan yang ideal adalah dengan mematuhi aturan diet.
Namun, sayangnya, banyak orang terlalu ambisius dalam upaya mereka untuk mencapai bentuk tubuh yang diidamkan, sehingga terkadang mereka mengambil risiko dengan mengadopsi diet ekstrem.
Pada awalnya, diet ekstrem memang dapat membantu seseorang menurunkan berat badan secara signifikan dalam waktu singkat.
Namun, menjalani pola makan yang sangat ketat ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jika dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Diet ekstrem memang dapat menghasilkan penurunan berat badan yang cepat, tetapi dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, mual, dan kelelahan otot.
Semua efek ini berpotensi merugikan kesehatan kita.
Ketika kita memutuskan untuk nekat menjalani diet ekstrem, kita juga perlu memperhatikan efek samping dari diet ekstrem.
Kenali efek samping diet ekstrem sebagai berikut.
Baca Juga: 12 Manfaat Susu Kedelai untuk Kesehatan Tubuh, Cocok untuk Diet!
1. Turunnya Massa Otot
Penurunan berat badan yang sehat biasanya tidak melebihi satu persen dari berat badan tubuh per minggu.
Dalam penurunan berat badan yang sehat ini, sekitar 75 persen dari berat badan yang hilang merupakan lemak yang terbakar.
Sementara 25 persen sisanya berasal dari campuran air dan otot.
Namun, ketika berat badan turun terlalu cepat, risiko kehilangan massa otot lebih besar.
Misalnya, ketika kita menjalani diet yang menghasilkan asupan kalori kurang dari 1.000 hingga 1.200 per hari, ini dapat menyebabkan tubuh menguraikan protein otot untuk mendapatkan energi.
Penurunan berat badan yang sangat cepat juga bisa berdampak negatif pada otot jantung yang dapat menyebabkan atrofi.
2. Penurunan Metabolisme Tubuh
Ketika massa otot berkurang, tingkat metabolisme tubuh secara otomatis menurun.
Akibatnya, tubuh akan membakar lebih sedikit kalori saat beraktivitas.
Seiring berjalannya waktu, penurunan metabolisme ini dapat menjadi cukup signifikan, sehingga membuat sulit untuk mencapai penurunan berat badan yang berkelanjutan.
3. Dehidrasi
Pertama-tama, tubuh akan membakar glikogen sebagai sumber energi utama.
Glikogen adalah bentuk karbohidrat yang disimpan di hati dan otot, dan setiap gram glikogen melekat pada tiga gram air.
Ketika semua glikogen terbakar, tubuh akan kehilangan air yang terkait dengannya.
Setelah sekitar tiga hari menjalani diet, tubuh akan mengalami kehilangan cairan yang signifikan, menyebabkan dehidrasi.
Ini dapat menghasilkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, dan pusing.
Anda juga mungkin merasa lemas, mual, dan pegal.
Dalam jangka pendek, beberapa masalah ini dapat berdampak negatif pada kesehatan Anda.
Selain itu, penurunan berat badan yang disebabkan oleh kehilangan air ini cenderung sementara dan berat badan Anda dapat kembali naik seiring waktu.
Baca Juga: 15 Manfaat Terong Belanda untuk Kesehatan, Kurangi Risiko Kanker!
4. Siklus Gula Darah Berfluktuasi
Keseimbangan gula darah dalam tubuh kita sangat dipengaruhi oleh asupan karbohidrat, protein, lemak, dan serat yang stabil.
Ketika kita menjalankan diet detoks, misalnya, dengan hanya mengonsumsi jus, umumnya jus mengandung tinggi gula dan rendah serat.
Hal ini dapat menyebabkan lonjakan dan penurunan cepat dalam kadar gula darah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan rasa lapar yang datang dengan cepat.
Diet ekstrem juga berisiko untuk menyebabkan peningkatan berat badan yang cepat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi berat badan ini dapat mengakibatkan resistensi insulin dan berpotensi meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Penulis : Ega Tri Saputra