Mengupas pikiran serupa sayatan
Kalam-kalam hujatan
Menggiring jiwa pada renungan
Tak selalu ada pelangi seusai hujan
Semua diam tersimpan
Kidungkan lirih nada kematian.
Hujan Bulan Desember
Hujan terasa lebih deras, lebih lebat di bulan ini
Bulan Desember, bulan akhir semua bulan
Hujan bulan Desember
Membasahi semua jalan kenangan
Buliran air mengaliri lubang-lubang sepi
Melewati terowongan hati yang hitam, kelam
Bermuara pada lautan masa lalu
Hujan bulan Desember
Lebih deras lebih lebat dari hujan bulan Juni
Membanjiri pelosok hati yang kering
Karna terbakar api amarah dan nafsu
Airnya meluap-luap, menghancurkan sekat ikhlas dan sabar
Desember bermula banjir
Diakhir banjir
Menyisakan serpihan rindu
Ranting-ranting duka
Sampah-sampah mimpi
Yang kini berserakan
Dan terbuang di jalanan yang bernama cinta.
Baca Juga: 10 Puisi Hari Guru Nasional 25 November 2023, Bikin Nangis Tersedu
Irama langkahku terhenti di pengujung tahun
Napas ini mulai terengah
Banyak impian
Sayang dia pergi dengan jengah
Aku tersadar
Hati ini semakin kosong
Tak ada warna
Tak ada teman
Tak ada sahabat
Sibukku fana
Senyumku gelap
Sedikit pun tak terlirik oleh gemerlap
Ternyata Desember ini kelabu
Harap hampanya menyayat kalbu
Mengurung senyumku dalam belenggu
Serasa ada bangku kosong yang menyuruhku duduk berselimut debu
Desember kelabu
Aku terharu dengan sedihku
Sedih karena tak tampak lagi langit biru
Hingga kini
Aku masih terengah
Aku masih ingin menghabiskan sisa napas untuk menggeru.
Baca Juga: 9 Puisi tentang Palestina, Penuh Pesan Moral yang Menyayat Hati