"Jadi, anak-anak ini umumnya memiliki rasa percaya diri tinggi, kemampuan sosial lebih baik dan lebih siap menghadapi berbagai situasi dalam hidup mereka,” jelas Rahmat.
Selain itu, dampak perkembangan terlihat juga dari sisi sosial. “Anak dengan ayah yang resposif lebih baik dalam bergaul dan menunjukkan perilaku prososial (Baker 2011; Flour 2005). Contohnya anak yang memiliki ayah yang aktif mendengarkan dan memberi perhatian, itu cenderung lebih mudah berinteraksi dengan teman-temannya,” tambah Rahmat.
Dari sisi perkembangan perilaku, keterlibatan anak mengurangi perilaku negatif dan meningkatkan pengaturan perilaku diri (Day & Padilla-Walker 2009; Flouri 2008 Owen 2013). Contoh, anak-anak yang terlibat dalam aktifitas bersama ayah seperti olahraga, cuci mobil bareng, cuci motor bareng, bersepeda bareng ternyata lebih mampu mengontrol impuls dan mengelola emosi mereka, jelasnya.
Dari fungsi kognitif dan akademis, anak dengan ayah terlibat memliki IQ lebih tinggi dan performa akademis yang lebih baik (Yogman 1995; Meuwissen & Carlson 2015; Forehand & Nousiainen 1993; DuBois 1994)
Dampaknya baik banget buat para ayah terlibat di dalam pengasuhan. Tapi, dari pengalaman tidak mudah bagi ayah untuk terlibat di dalam pengasuhan, karena ada beberapa faktor yang jadi tantangan.
Tantangan yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan, yang membuat ayah jadi sulit terlibat.
Beberapa penilitian menyebutkan keterlibatan ayah sering dipengaruhi oleh status pekerjaan (Nelson 2004, Munoz Boudet 2013). Pekerjaan dianggap sebagai syarat minimum untuk keterlibatan, terutama bagi pria berpenghasilan rendah.
Keterlibatan ayah dipengaruhi oleh hubungan dengan ibu, seperti kepuasan hubungan dan co-parenting, serta persepsi kemampuan ayah dalam pengasuhan. Jika ayah dianggap mampu, mereka lebih terlibat.
Ayah dengan pandangan tradisional sering bekerja lebih lama dan mengalami lebih banyak konflik antara pekerjaan dan keluarga, sehingga mengurangi keterlibatan dalam pengasuhan. Di masyarakat dengan pembagian peran gender yang ketat, keterlibatan ayah juga cenderung lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang lebih egaliter.
Jadi, bagaimana membuat laki-laki terlibat dałam pengasuhan?
Ayah yang mengambil cuti lebih mungkin terlibat dalam activitas pengasuhan sehari-hari (Tanaka & Waldfogel 2007; Rehel 2014)
Pria sering mempertimbangkan dampak ekonomi sebelum mengambil cuti. Berbeda dengan wanita yang fokus pada orientasi keluarga. (Duvander 2014)
Menginspirasi Ayah
Kelas Kerabat Seri 10 ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak ayah di Indonesia untuk lebih aktif dalam pengasuhan anak. Kegiatan ini dihadiri peserta dari beberapa perwakilan, seperti Perwakilan dari BKKBN Provinsi, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Babinsa, serta berbagai organisasi masyarakat turut hadir untuk mendukung acara ini.
Dengan sinergi dari berbagai pihak, diharapkan program-program BKKBN, termasuk pencegahan stunting, dapat terlaksana dengan lebih baik di seluruh Indonesia.
Kegiatan Kelas Kerabat ini juga menjadi ajang untuk menyatukan visi dan misi antara para ayah dan berbagai elemen masyarakat dalam menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.