Kebutuhan terpenting adalah pangan, air dan energi (sumber kekayaan alam).
Ketiga hal ini akan menjadi picu atau penyebab munculnya perang baru. perang Ukraina dan Russia terjadi salah satunya karena sumber air tawar.
Untuk itulah, persaingan persenjataan militer semakin jelas terlihat sekarang. Pembentukan blok kekuatan militer juga jelas tergambar.
"Karena Indonesia kaya akan sumber pangan, air dan energi, negara kita menjadi target utama negara adidaya. Target untuk dikuasai. Salah satu cara menguasai Indonesia adalah melalui ekonomi, bantuan finansial. Selain melalui ekonomi, negara adidaya menguasai Indonesia dengan memanfaatkan karakter buruk bangsa Indonesia, yakni adu domba. Sejarah menjelaskan bahwa, penjajahan berabad di Nusantara terjadi karena praktik adu domba, antar suku, antar pemimpin lokal, antar raja dan lain-lain,” tegas Putut Prabantoro.
Taprof Lemhannas itu menegaskan, bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sumber norma dan juga filosofi kehidupan bangsa merupakan ideologi yang paling pas bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan.
Kebhinnekaan Indonesia terlihat dari banyaknya suku, bahasa, budaya, agama dan bahkan juga makanan.
“Pancasila adalah kekayaan paling bernilai bangsa Indonesia yang tidak ada di manapun juga. Pancasila menjadi dasar bagi tujuan dan cita-cita nasional sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” ujarnya.
Terkait dengan Pancasila Putut Prabantoro menekankan pentingnya Sila Ketiga yakni Persatuan Indonesia.
Menurutnya, jika ingin menguasai Indonesia, cara yang paling mudah yakni menghancurkan sila ketiga.
Caranya dengan melakukan adu domba yang kemudian menmbulkan konflik. Konflik antar agama, antar suku, antar ras, antara orang miskin dan kaya, antar siswa, antar mahasiswa, antar orang tua dan sebagainya.
Dan, bangsa asing sangat mengetahui kekuatan Indonesia bersumber pada persatuannya.
Oleh karena itu, Putut Prabantoro menegaskan, tidak ada pilihan lain bagi generasi muda untuk mendidik diri menjadi cerdas.
Bangsa Indonesia termasuk bangsa dengan kecerdasan rendah. Peringkat paling akhir di antara negara Asean dan dunia.
Di antara 11 negara ASEAN, Indonesia menempati posisi ke 10. Sementara tingkat kecerdasan bangsa Indonesia menempati urutan ke 130 dari dari 199 negara yakni pada tahun 2022.
Tanpa menjadi cerdas, bangsa Indonesia sangat mudah untuk diadu domba dan Indonesia dikuasai.
Putut Prabantoro juga mengingatkan kembali kelemahan mental yang diungkapkan Prof Koentjaraningrat yakni meremehkan mutu, suka menerabas, sifat tidak bisa percaya diri sendiri, sifat tidak disiplin, dan sifat tidak bertanggung jawab.
Demikian juga kelemahan karakter bangsa yang dikatakan Budayawan Mochtar Lubis meliputi hipokrit atau munafik, enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, berjiwa feudal, percaya takhayul, artistik, dan watak yang lemah.
Kepada generasi muda, Putut Prabantoro, juga mengingatkan bahwa dunia senyatanya tidak ada di medsos yang ditonton hanya sebagai hiburan, untuk mendapatkan sucscriber ataupun follower.
Generasi muda diminta mewaspadai munculnya mental FOMO – Fear Of Missing Out atau kekhawatiran tidak up to date, tidak kekinian, tidak gaul atau dianggap tidak ada dan lain-lain.
Atau jika tidak ikut, akan menjadi orang terbelakang. Menjadi orang yang terpinggirkan, atau dianggap tidak ada.
Dunia senyatanya ada di kehidupan sehari-hari. Menyadari realitas kehidupan adalah hal penting dan tidak hanya sekedar mengagumi orang lain yang flexing di dunia medsos.
Flexing adalah istilah gaul yang menggambarkan perilaku memamerkan sesuatu secara berlebihan untuk mendapatkan pengakuan sosial.
Fomo dan Flexing dapat mendorong orang melakukan perbuatan negatif termasuk pinjol ataupun judol untuk mendapat uang sebagai sarana pemenuhan pengakuan sosial.
Putut Prabantoro juga mengingatkan bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Jika terperosok pada pelanggaran hukum, norma, susila dan sebagainya, jejak itu tidak terhapus dan akan ikut seumur hidup.
“Lalu kalau sudah terperosok, tercemar akan jadi apakah kita nanti? Jika jejak digital kalian warnanya hitam, apakah kita bisa memutihkan menjadi pemimpin masa depan?," ucapnya.
Oleh karena itu, Putut Prabantoro mewanti-wanti agar kaum muda menggunakan akal budi yang sehat, emosi yang stabil dalam bermedia sosial. Mereka harus bijak menyikapi dan menghadapi perubahan jaman.
“Negara dan bangsa Indonesia memerlukan Anda semua. Harus menjadi apa? Atau menjadi siapa?," katanya.
Diingatkan pula pesan Uskup Pertama Indonesia, Mgr Albertus Soegijapranata SJ, yang menitipkan negara Indonesia dengan semboyan 100% Katolik dan 100% Indonesia.
Dengan semboyan ini, umat Katolik diminta untuk menjadi garda terdepan dalam membela dan mempertahankan Indonesia.
Karena Indonesia adalah anugerah bagi rakyatnya. Seratus persen Indonesia menjadi batu pondasi yang kuat agar tidak ada pengkhianatan terhadap cita-cita dan tujuan negara Indonesia didirikan, baik secara ideologi ataupun politik demi kepentingan kelompok.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Sulap Foto Buram Jadi HD! Teknologi AI Ini Bikin Hasilnya Seperti Nyata